Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 65 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Rani Marsini
Abstrak :
Penyakit jantung koroner dan asma masih menjadi beban bagi kesehatan masyarakat global. Pada penderita asma diketahui terjadi peningkatan penanda inflamasi yang berperan dalam patogenesis terjadinya aterosklerosis hingga menimbulkan sakit jantung koroner. Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara asma dengan kejadian penyakit jantung koroner dengan menggunakan desain studi cross sectional dan menggunakan data Riset Kesehatan Dasar 2013. Sampel penelitian adalah individu berusia > 19 tahun yang memenuhi kriteria inklusi yakni tidak memiliki riwayat diabetes melitus, hipertensi, dislipidemmia dan obesitas berdasarkan hasil wawancara. Hasil penelitian menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung koroner pada penderita asma adalah 0,9% (95% CI 0,7-1,1). Terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara asma dengan penyakit jantung koroner dan berbeda menurut kelompok umur. Penderita asma pada kelompok umur ≤45 tahun memiliki OR sebesar 2,7 (95% CI 2,0-3,7) sedangkan pada penderita asma yang berusia >45 tahun memiliki OR sebesar 7,9 (95% CI 5,8-10,9) untuk menderita penyakit jantung koroner dibandingkan dengan bukan penderita asma. Oleh karena itu, penderita asma diharapkan dapat meningkatkan aktivitas fisiknya seperti berolahraga secara teratur serta menerapkan pola hidup sehat dengan tidak merokok dan pengaturan pola makan untuk mengurangi risiko terjadinya penyakit jantung koroner.< ......Coronary heart disease and asthma still becoming burden for global public health. In patients with asthma have been known to increase the inflammantory markers which have role in pathogenesis to make atherosclerosis until being coronary heart disease. This study was conducted to see the relations of asthma between coronary heart disease by using cross sectional study design and data of National Basic Health Survey 2013. The samples of study were individuals aged >19 years who fulfilled inclusion criteria such as individuals who don’t have diabetes melitus, hypertension, dyslipidemia and obesity based on interview. The results showed that the prevalence of coronary heart disease in patients with asthma was 0,9% (95% CI 0,7% -1,1%). There was a statistically significant relations between asthma and coronary heart disease with differed by age group. Asthma in the age group ≤45 years had OR 2,7 (95% CI 2,0-3,7) whereas in patients with asthma aged >45 years had OR 7,9 9 (95% CI 5,8-10,9) for coronary heart disease compared with non-ashmatics. Therefore, the people with asthma are expected to increase physical activitysuch as exercising regularly and apply a healthy lifestyle with no smoking and dietary patterns to reduce the risk of coronary heart disease.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
New York: McGraw-Hill, Medical, 2007
617.412 Int
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Saheta, N.P.,
Bombay: Bharata Medical Journal, 1969
616.123 SAH c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Zahra Zetira Muchtar
Depok: Universitas Indonesia, 2010
S26611
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zubaidah
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk menjawab pertanyaan penelitian : ?Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi perubahan pola eliminasi; konstipasi pada klien post operasi CABG (Coronary Artery Bypass Graft)?. Desain penelitian yang di gunakan adalah metode deskriptif sederhana, dengan responden sebanyak 30 orang klien post operasi CABG. Alat pengumpulan data berupa angket/ kuesioner yang dibuat sendiri oleh peneliti, dengan menyediakan 4 pilihan jawaban untuk masing-masing pertanyaan. Penelitian dilakukan pada bulan April dan Mei 2002 di Pusat Jantung Nasional Harapan Kita Jakarta Angket yang memenuhi syarat untuk di lakukan pengolahan data sebanyak 30 orang klien Dari hasil pengolahan data penelitian temyata pola eliminasi buang air besar pada klien berubah yang sebelum operasi sekali sehari menjadi tiga hari bahkan lebih setelah operasi bam bisa buang air besar. Faktor penyebab dari hal tersebut antara Iain: mobilisasi klien post operasi sangat terbatas, pola diet jumlah serat dan intake makanan kurang, konsumsi cairan perhari tidak adekuat, dan pengaruh usia lanjut.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2002
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Irman Firmansyah
Abstrak :
Latar Belakang: Penyakit Jantung Koroner (PJK) sebagai masalah kesehatan di Indonesia. Terdapat peningkatan kejadian PJK dihubungkan dengan peningkatan sindrom metabolik. Sampai saat ini belum ada data prevalensi sindrom metabolik pada subyek dengan PIK di RSCM. Tujuan: Untuk melihat proporsi sindrom metabolik pads populasi penderita PAC, serta profil komponen sindrom metabolik. Metode Penelitian bersifat deskriptif, dilakukan pada bulan Maret-Nopember 2005 di Poli Kardiologi, Divisi Kardiologi Departemen Penyakit Dalam RSCM.. Subyek adalah penderita PIK di RSCM dengan jumlah responden 92 subyek. Hasil: Dari 92 responden didapatkan hasil yang mengalami sindrom metabolik pada PJK sebesar 45 (48,9%) lebih besar dibandingkan populasi umum (16,5%-31,1%), dengan komposisi laki-laki 30 (66,7%) clan perempuan 15 (33,3%). Rerata usia 59 tahun (1K 95% 55-63), rerata tekanan darah sistolik 133,9 mmHg (IK 95% 129,7-138,1), rerata tekanan darah diastolik 83,2 mmHg (IK 95% 80,8-85,6), rerata indeks massa tubuh 25 kg/m2 (IK 95% 24,3-25,7), rerata lingkar perut 86,5 cm (IK 84,6-88,4), rerata HDL 42,9 mg/dL (IK 95% 41,04,8), rerata LDL 133,7 mg/dL (IK 95% 126,3-141,1), rerata trigliserida 149,9 mgldL (1K 95% 131,6-168,2), rerata glukosa darah puasa 110,4 mg/dL (1K 95% 101,9-118,9). Simpulan Sindrom metabolik ditemukan pada sebagian besar populasi penderita PJK. Kata Kunci : PJK, sindrom metabolik, proporsi.
Background: Coronary heart disease (CHD) has become one of health problems in Indonesia. The increment in CHD incidence is associated with increment in metabolic syndrome. Currently, there is no data about metabolic syndrome in patient with CHD at Dr. Cipto Mangunkusumo hospital. Purpose_ (1) To find out the proportion of metabolic syndrome among CHD patients. (2) To find out the profiles of the components of metabolic syndrome. Methods: We conducted a descriptive study during March - November 2005 in Cardiology outpatient unit, Dr. Cipto Mangunkusumo hospital. The subjects for this study were CHD patients who came to the outpatient unit. The numbers of subjects included were 92 people. Results: From 92 subjects who participated in this study, we found 45 subjects (48.9%) had metabolic syndrome more than general population 16.5%-31.1%). Thirty six subjects (66.7%) were male. Mean age was 59 years old (95% CI = 55 - 63 years old)_ Mean systolic pressure was 133.9 mmHg (95% CI = 1293 - 138.1 mmHg). Mean diastolic pressure was 83,2 mmHg (95% CI = 80.8 --- 85.6 mmHg). Mean Body Mass Index was 25 kglm2 (95% CI = 24.3 - 25.7 kglm2). Mean waist circumference was 86.5 cm (95% CI = 84.6 - 88.4 cm). Mean HDL level was 42.9 mg/dL (95% CI = 41,0 - 44.8 mg/dL). Mean LDL level was 133.7 mg/dL (95% CI = 126.3 - 141.1). Mean triglyceride level 149.9 mg/dL (95% CI = 131.6 - 168.2 mg/dL). Mean fasting blood glucose level was 110.4 mg/dL (95% CI = 101.9 -118.9). Conclusion. Metabolic syndrome was found in the majority of CHD patients. Keywords : coronary heart disease, metabolic syndrome.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T21342
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rea Ariyanti
Abstrak :
Penyakit Jantung Koroner merupakan salah satu penyakit kardiovaskuler yang menjadi sorotan utama. Di Indonesia, PJK merupakan penyebab kematian utama dari seluruh kematian, dengan angka mencapai 26,4 , dimana angka ini empat kali lebih besar jika dibandingkan angka kematian yang diakibatkan oleh kanker. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan dislipidemia dengan kejadian Penyakit jantung koroner di Rumah Sakit Pusat Jantung dan Pembuluh Darah Harapan Kita. Desain penelitian adalah case control. Sampel berjumlah 164 responden, terdiri dari 82 kelompok kasus dan 82 kelompok kontrol. Analisis data menggunakan regresi logistik. Pada kelompok PJK, persentase responden dengan dislipidemia sebesar 50 sedangkan pada kelompok yang tidak menderita PJK, persentase responden dengan dislipidemia sebesar 17,1 . Hubungan dislipidemia dengan kejadian Penyakit Jantung Koroner berbeda menurut status hipertensi. Setelah dikontrol usia, pada responden yang hipertensi, dislipidemia memiliki peluang 19,8 kali lebih tinggi untuk terjadi PJK dibandingkan responden yang tidak dislipidemia, sedangkan pada responden yang tidak hipertensi, dislipidemia memiliki peluang 2,5 kali lebih tinggi untuk terjadi PJK dibandingkan responden yang tidak dislipidemia. Direkomendasikan kepada masyarakat untuk melakukan cek kesehatan secara berkala dan mengubah gaya hidup dengan melakukan diet makanan sehat guna mengontrol profil lipid dan tekanan darah. ......Coronary heart disease CHD is one of the major cardiovascular disease in the spotlight. CHD is the leading cause of death from all deaths, reaching 26,4 , where this figure is four times greater when compared with deaths caused by cancer. This study aims to determine the relationship of dyslipidemia and coronary heart disease in the National Cardiovascular Center Harapan Kita. Research design is case controll. The sample amounted to 164 respondents, consisting of 82 case groups and 82 control groups. Data analysis using logistic regression analysis. The finding shows, in patients with CHD, the percentage of respondents with dyslipidemia is 50 , while non CHD is 17,1 . The relationship of dyslipidemia with coronary heart disease differs according to hypertension status. After controlled by age, in hypertension respondents, dyslipidemia were 19,8 times more likely to have CHD than resondents who had not dyslipidemia. While in non hypertensive respondents, dyslipidemia were 2,5 times more likely to have CHD than respondents who had not dyslipidemia. It is recommended to the public to carry out regular medical checkup, and changing lifestyles by consuming healthy foods to control lipid profiles and blood pressure.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
T50597
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
I Gusti Ayu Wiwin Kusuma Dewi
Abstrak :
Tanda dan gejala psikologis dari Penyakit jantung Koroner (PJK) salah satunya adalah kecemasan, kecemasan yang tinggi dapat meningkatkan risiko munculnya penyakit jantung lainnya dan meningkatkan risiko serangan jantung berulang. Spiritualitas dilaporkan berkontribusi terhadap kesehatan dan kesejahteraan individu. Studi ini bertujuan mengidentifikasi hubungan kesejahteraan spiritual dengan kecemasan pasien PJK di rumah sakit. Penelitian potong lintang ini melibatkan sampel sebanyak 248 responden pasien PJK di rawat jalan dan rawat inap di rumah sakit di daerah Jakarta Selatan. Cara pemilihan sampel yang digunakan dalam penelitian ini dengan consecutive sampling. Instrumen yang digunakan dengan menggunakan kuesioner Spiritual Well Being Scale (SWBS) dan Hospital anxiety and Depression Scale (HADS). Hasil penelitian menunjukkan ada hubungan antara kesejahteraan spiritual dengan tingkat kecemasan pada pasien PJK dengan p < 0,001 kurang dari 0,05. Studi lanjutan perlu dilakukan penelitian mengenai intervensi penerapan pemberian asuhan keperawatan spiritual terhadap pasien PJK. ......One of the psychological signs and symptoms of coronary heart disease (CHD) is anxiety. High levels of anxiety can increase the risk of developing other heart diseases and increase the risk of recurrent heart attacks. Spirituality is reported to contribute to the health and well-being of individuals. This study aims to identify the relationship between spiritual well being and the anxiety of CHD patients in the hospital. This cross-sectional study involved a sample of 248 CHD patient respondents who were outpatients and inpatients at hospitals in the South Jakarta area. The method of selecting the sample used in this study was by consecutive sampling. The instruments used are the Spiritual Well Being Scale (SWBS) and Hospital Anxiety and Depression Scale (HADS) questionnaires. The results showed that there was a relationship between spiritual well being and anxiety level in CHD patients p <0,001 less than 0.05. Follow-up studies need to do research on interventions in the implementation of spiritual nursing care for CHD patients.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nia Kurniati
Abstrak :
Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) penyebab kematian terbanyak di Indonesia yaitu PJK yang semakin meningkat dari urutan ke-11 (1972), menjadi urutan ke-3 (1986) dan menjadi penyebab kematian utama pada tahun 1992, 1995 dan 2001. Berdasarkan penelitian, diketahui bahwa penyakit kardiovaskular merupakan penyebab kematian utama pada 58,3% pekerja di perusahaan minyak di Jawa Tengah tahun 2005 dan 40% pekerja di sebuah pabrik semen di Jawa Barat tahun 2006 & 2007 Kurniawidjaja, 2007). Kasus kematian karena PJK (serangan jantung) juga terjadi di PT ITP Citeurep- Bogor. Pada tahun 1984-2005 sebanyak 28% kasus kematian karena PJK (serangan jantung) terjadi pada karyawan yang masih aktif di PT ITP. Sedangkan pada tahun 2007, kasus karyawan aktif yang meninggal oleh karena PJK di PT ITP yaitu sebanyak 4 kasus dari 10 kasus (40%). Pada tahun 2005-2007 tercatat 62 kasus PJK pada karyawan PT ITP. Dan 39 kasus diantaranya sudah mengalami tindakan pemasangan balon/ring dan operasi by pass jantung. Dari hasil pemeriksaan kesehatan berkala yang dilakukan setiap tahun oleh PT ITP, pada tahun 2006 dan 2007 didapatkan adanya peningkatan faktor risiko PJK seperti kolesterol total, Body Mass Index, dan glukosa terganggu pada karyawan. Karyawan dengan kolesterol total tinggi (>200mg/dL) dari 46,9% meningkat menjadi 64,1%. Karyawan dengan BMI ¡Ý25 kg/m2 dari 13,8% meningkat menjadi 42,3%. Karyawan dengan glukosa tergangu pada tahun 2006 dari 11,4% meningkat menjadi 13,8%. Data lain mengenai faktor risiko PJK pada karyawan PT ITP tahun 2007 yaitu sebanyak 7,3% karyawan memiliki hipertensi (tekanan darah ¡Ý140/90 mmHg) dan 43,2% karyawan merokok (Health Dept, PT ITP). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran tingkat risiko PJK berdasarkan faktor risiko kumulatif (Framingham), gambaran faktor risiko PJK berdasarkan usia, kolesterol total, LDL, HDL, tekanan darah sistolik dan diastolik, diabetes melitus, merokok, IMT, dan hubungan antara usia, kolesterol total, LDL, HDL, tekanan sistolik dan diastolik, diabetes melitus, merokok, IMT, jabatan dengan tingkat risiko PJK serta besar peluang untuk memiliki risiko tinggi PJK. Desain studi potong lintang digunakan dalam penelitian 232 karyawan PT ITP tahun 2007. Berdasarkan kalkulasi skor risiko PJK Framingham, didapatkan prediksi bahwa dalam kurun waktu 10 tahun mendatang, 8,2% karyawan PT ITP memiliki peluang yang besar untuk sakit jantung koroner. Dan 57,7% karyawan PT ITP memiliki peluang yang cukup besar untuk sakit jantung koroner. Diketahui pula 34,1% karyawan PT ITP memiliki peluang yang kecil untuk sakit jantung koroner. Proporsi risiko tinggi PJK lebih banyak pada karyawan yang berusia ¡Ý 50 tahun, pada karyawan dengan kolesterol total ¡Ý 200 mg/dL, pada karyawan dengan kadar LDL ¡Ý130 mg/dL, pada karyawan dengan kadar HDL <40mg/dL, pada karyawan dengan tekanan darah ¡Ý120/80 mmHg, pada karyawan yang diabetes, pada karyawan yang merokok, pada karyawan dengan IMT ¡Ý25kg/m2, dan pada karyawan yang jabatannya rendah. Ada hubungan antara usia, kolesterol total, LDL, tekanan sistolik dan diastolik, diabetes melitus, dan merokok dengan tingkat risiko PJK pada karyawan PT ITP Tahun 2007. Tidak ada hubungan antara HDL, IMT, dan jabatan dengan tingkat risiko PJK pada karyawan PT ITP Tahun 2007. Karyawan dengan kolesterol total ¡Ý200 mg/dL mempunyai peluang 2,07 kali untuk berisiko tinggi PJK. Karyawan dengan kadar LDL ¡Ý130 mg/dL mempunyai peluang 2,53 kali untuk berisiko tinggi PJK. Karyawan dengan tekanan darah ¡Ý120/80mmHg mempunyai peluang 2,21 kali untuk berisiko tinggi PJK. Karyawan yang diabetes mempunyai peluang 6,41 kali untuk berisiko tinggi PJK. Karyawan yang merokok mempunyai peluang 7 kali untuk berisiko tinggi PJK. Saran yang dianjurkan sebagai upaya pengendalian risiko PJK yaitu Program olahraga yang sudah ada dan sudah dilaksanakan secara teratur, hendaknya juga terukur. Perlunya mewajibkan seluruh karyawan untuk mengikuti kegiatan olahraga dan penyuluhan umum mengenai gerakan hidup sehat sebagai usaha untuk meningkatkan kesadaran karyawan dalam mengendalikan kadar kolesterol, kadar gula darah, dan tekanan darah yang merupakan faktor risiko PJK. Perlunya pencantuman laporan aktifitas fisik karyawan pada MCU. Perlunya upaya yang dapat mendorong pekerja untuk stop merokok karena peluang karyawan yang merokok untuk sakit jantung koroner lebih besar dari pada karyawan yang tidak merokok. Upaya tersebut dapat berupa pemberian penghargaan (reward) pada pekerja yang berhenti merokok. Perlunya mewajibkan karyawan yang menderita hipertensi atau diabetes untuk mengikuti penyuluhan hipertensi atau diabetes. Hendaknya pemeriksaan kadar kolesterol total, LDL, HDL, dan kadar gula puasa sudah dilakukan pada karyawan yang berusia ¡Ý30 tahun.
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Eko Prastyo Cholis
Abstrak :
Penyakit Jantung Koroner PJK adalah istilah spesifik untuk penyakit jantung yang ditandai adanya penyempitan jaringan arteri koroner terutama dikarenakan aterosklerosis yang menyebabkan mikroangiopati. Pasien PJK dalam perawatannya selain mendapat pengobatan, juga dilakukan rehabilitasi untuk membantu mempercepat pemulihan kondisi fisik, psikis, dan sosialnya. Pemberian rehabilitasi tersebut perlu diberikan sejak pasien masuk di rumah sakit atau yang dikenal dengan rehabilitasi jantung fase I. Salah satu komponen dalam rehabilitasi jantung fase I adalah latihan aktifitas fisik yang bertujuan mempercepat pemulihan kondisi pasien untuk kembali beraktifitas seperti semula. Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara rehabilitasi jantung fase I terhadap lama rawat pasien PJK di RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar. Desain penelitian ini adalah quasi eksperimen dengan post test only non equivalen grup. Sampel dalam penelitian ini terdiri dari 14 responden kelompok intervensi dan 14 responden kelompok kontrol pasien yang didiagnosis PJK di RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar yang sesuai kriteria inklusi yang ditetapkan. Hasil penelitian menunjukkan adanya hubungan signifikan rehabilitasi jantung fase I terhadap lama rawat p value=0,007 . Uji statistik yang digunakan adalah uji korelasi bivariat dengan Mann Whitney Test. Rehabilitasi jantung fae I perlu diberikan sejak awal kepada pasien PJK karena dapat membantu mempercepat proses penyembuhannya dan memperpendek lama rawat pasien. Lama rawat yang semakin pendek akan semakin menghemat pembiayaan operasional perawatan pasien PJK. ......Coronary Heart Disease CHD Coronary Heart Disease CHD is a specific term for cardiovascular disease characterized by narrowing of coronary artery tissue mainly due to atherosclerosis that causes microangiopathy. CHD patients in the treatment in addition to receiving treatment, also rehabilitation to help speed up the recovery of physical, psychological, and social conditions. The rehabilitation program should be given since admission to the hospital or known as phase I heart rehabilitation. One of the components of phase I heart rehabilitation is physical exercise activity aimed at speeding up the recovery of the patient 39 s condition to return to regular activities. This study aims to determine the relationship between cardiac phase I rehabilitation for the length of patient care of CHD in RSUD Mardi Waluyo Blitar City. This study used quasi experiment design with the post test only non equivalent group. The sample in this study consisted of 14 respondents of the intervention group and 14 patients for control group respondents who diagnosed with CHD in RSUD Mardi Waluyo Kota Blitar matching the specified inclusion criteria. The results showed a significant correlation of heart phase I rehabilitation on the duration of care p value 0,007 . The statistical test used a bivariate correlation test with Mann Whitney Test. This results yielded it needs to be given early on to CHD patients as it can help the healing process and shorten hospitalization. Furthermore, the shorter length of care will further save the operational cost of CHD patient care.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T49464
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7   >>