Dionaea adalah honeypot yang memiliki tujuan utama mendapatkan salinan dari malware. Setelah mendapatkan salinannya, proses knowledge discovery dilakukan untuk mendapatkan informasi dari database Dionaea. Dua alasan utama penggunaan knowledge discovery adalah data terlalu banyak namun informasinya sedikit, dan untuk mengekstrak informasi yang berguna dan menafsirkannya. Proses knowledge discovery memiliki beberapa fase, yaitu pembersihan data, seleksi data, transformasi data, prekalkulasi, data mining, evaluasi pola, dan penyajian informasi. Proses data mining menggunakan variasi algoritma DBSCAN, yaitu multidensity DBSCAN. Analisis dibagi menjadi dua, yaitu analisis cluster dan dataset. Analisis cluster menjelaskan hubungan antara lokasi negara penyerang berdasarkan daerah Internet Registry-nya dan persentase deteksi malware berdasarkan beberapa vendor antivirus. Dari analisis dataset, didapatkan informasi bahwa malware yang paling sering digunakan penyerang atau tren malware, berjenis Downadup, yaitu sebesar 71.1%. Negara yang paling sering menyerang adalah Rusia dan beberapa negara Eropa. Sebagai pembanding, laporan tahunan yang dipublikasi Microsoft, ENISA, dan F-Secure pada akhir 2014 menunjukkan tren malware yang sama, yaitu berjenis Downadup.
The main purpose of implementation of Dionaea is to get copy of malwares. After that, knowledge discovery is applied to get information from Dionaea?s database. Two main reasons to use data mining method are data is too large but only contain few informations, and to extract useful informations and interpret them. Knowledge discovery process have several steps, they are data cleaning, data selection, data transformation, precalculation, data mining, pattern evaluation, and knowledge representation. Data mining process uses multidensity DBSCAN. There are two main sections of analysis, cluster analysis and dataset analysis. Cluster analysis show the relation between attackers? country location which is based on their Regional Internet Registry and malware detection rate from several antivirus vendor. Dataset analysis shows the most frequent country whose attacker is Conficker variant, 71.1% of all dataset is Conficker worm incident and the mode of attacker country is Russia and severals Europe countries. This outputs show similarity about threat landscape and malware in Asia, compared to annual report by Microsoft, Enisa, and F-Secure which was published at the end of 2014, which stated Downadup as most frequent malware.
Indonesia merupakan negara kepulauan yang memiliki pulau – pulau kecil yang tersebar dari Sabang hingga Merauke. Hal ini menjadi tantangan untuk meningkatkan konektivitas antar pulau nya, terutama di beberapa wilayah terpencil dan masih tertinggal. Beberapa wilayah ini sangat membutuhkan akses transportasi yang layak khususnya transportasi laut untuk menopang perekonomiannya. Maka dari itu, pelayaran perintis yang merupakan jasa pelayaran yang didanai oleh APBN dalam rangka membantu daerah – daerah yang membutuhkan askes transportasi laut, pelayaran ini juga bertujuan untuk mendukung perkembangan perekonomian di beberapa daerah terpencil Indonesia. Rute pelayaran saat ini masih belum efektif, terutama rute pelayaran perintis di Pelabuhan Bitung, Kepulauan Sulawesi Utara ditunjukkan dengan waktu pelayaran keliling selama 22 hari. Dengan waktu selama itu, intensitas kapal untuk mengunjungi setiap daerah menjadi lebih sedikit. Pada penelitian ini, beberapa faktor yang mempengaruhi konektivitas antar pulau akan dioptimasi, dengan cara mengurangi jarak tempuh pelayaran untuk mengurangi pengeluaran anggaran APBN, dan mengurangi waktu pelayaran keliling yang bertujuan untuk meningkatkan intensitas kunjungan ke setiap daerah terpencil. Proses optimasi untuk mendukung kedua hal itu dilakukan dengan metode DBSCAN (Density Based Spatial Clustering of Application with Noise) dan TSP (Traveling Salesman Problem). Hasil akhir dari penelitian ini adalah berupa rekomendasi rute baru untuk Pelabuhan Bitung (R-35 dan R-36). ......Indonesia is an archipelagic country that has small islands spread from Sabang to Merauke. This is a challenge to improve inter-island connectivity, especially in some remote and underdeveloped areas. Some of these areas really need access to proper transportation, especially sea transportation to support their economy. Therefore, Perintis Shipping routes which is a shipping service funded by the State Budget in order to help areas that need access to sea transportation, this cruise also aims to support economic development in several remote areas of Indonesia. Current shipping routes are still ineffective, especially the Perintis Shipping routes at Bitung Port, North Sulawesi Archipelago with a circumnavigation time of 22 days. With that long, the intensity of ships to visit each area becomes less. In this study, several factors affecting inter-island connectivity will be optimized, by reducing shipping distances to reduce spending on the state budget, and reducing circumnavigation time which aims to increase the intensity of visits to each remote area. The optimization process to support both of these is carried out using the DBSCAN (Density Based Spatial Clustering of Application with Noise) and TSP (Traveling Salesman Problem) methods. The final result of this research is a new route recommendation for Bitung Port (R-35 and R-36).