Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 11 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Nani Utami Dewi
"Latar Belakang: Stroke iskemia merupakan disfungsi neurologik area tertentu atau menyeluruh akibat gangguan aliran darah ke otak yang dapat menyebabkan kerusakan jaringan. Berbagai faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi dan dapat dimodifikasi seperti usia, jenis kelamin, riwayat keluarga, hipertensi, diabetes melitus, obesitas berperan menyebabkan pembentukan aterosklerosis, iskemia serebral selanjutnya menyebabkan stroke iskemia. Stroke iskemia dan sejumlah penyulit akan menimbulkan defisit neurologi yang menyebabkan malnutrisi, dehidrasi, keluaran yang buruk dan kualitas hidup menurun. Terapi medik gizi klinis berperan memberi nutrisi optimal, membatasai natrium, mengontrol glukosa darah dan memperhatikan volume cairan yang diberikan sehingga status nutrisi tetap terjaga, memperbaiki keluaran, dan mencegah rekurensi.
Metode: Serial kasus ini memaparkan empat kasus stroke iskemia pada pasien perempuan dan laki-laki dengan rentang usia 53 ndash;66 tahun, dengan penyulit seperti disfagia, perdarahan GIT dan pneumonia, disertai komorbiditas yaitu DM tipe 2, hipertensi, dan chronic kidney disease,. Keempat pasien membutuhkan dukungan nutrisi akibat komplikasi stroke iskemia yaitu disfagia dengan risiko terjadinya malnutrisi, dehidrasi dan ketidakseimbangan elektrolit. Satu pasien dengan berat badan normal, 1 pasien BB lebih, dan 2 pasien obes I. Masalah nutrisi yang dihadapi keempat pasien ini adalah asupan makro dan mikronutrien yang tidak optimal, jalur pemberian nutrisi, kebutuhan nutrisi yang tidak terpenuhi selama sakit, anemia, hiperglikemia, dislipidemia, gangguan fungsi ginjal dan keseimbangan cairan. Terapi medik gizi klinik diberikan sesuai rekomendasi stroke iskemia dan disesuaikan dengan komorbidnya. Pemantauan pasien meliputi keadaan umum, hemodinamik, analisis dan toleransi asupan, monitoring terhadap kadar glukosa darah, fungsi ginjal, keseimbangan cairan, elektrolit dan kapasitas fungsional.
Hasil :Ketiga pasien pada serial kasus menunjukkan perbaikan klinis, berupa tekanan darah terkontrol, kadar glukosa darah terkontrol, dan kapasitas fungsional yang membaik. Satu pasien meninggal pada hari perawatan ke-35 akibat sepsis.
Kesimpulan:Terapi medik gizi klinik yang optimal dapat memperbaiki kondisi klinis pada pasien stroke iskemia dengan DM tipe 2 dan penyulitnya.

Background: Ischemic stroke is a partial or comprehensive neurological disfunction caused by cerebral blood flow disturbance as basis of tissue damages. A diversity of non modified and modified risk factors such as age, sex, family history, hypertension, diabetes mellitus, and obesity act as underlying causes to atherosclerosis, ischemia cerebral, that lead to ischemic stroke. Ischemic stroke with accompanying comorbidity will inflict neurological deficit causing malnutrition, dehydration, bad outcome and the diminution quality of life. The role of nutritional medical therapy is pivotal for optimal nutritional support, sodium intake restriction, and glycemic control with the goal to maintain nutrition status, improve outcome and prevent recurrence.
Methods: The case series describes four ischemic stroke cases with complications such as dysphagia, gastrointestinal bleeding, and pneumonia, and aggravated by DM type II, hypertension, and chronic kidney disease comorbidity, in males and females aged 53 ndash 66 years old. Due to risk of malnutrition, dehydration and electrolyte imbalance caused by dysphagia, nutrition support was required by all patients to treat this ischemic stroke complication. One patient was normoweight, while three other cases included one overweight and two obese I patients. The nutritional problems faced by these four patients laid on the non optimal macro and micro nutrient intake, route of nutrient intake, nutrition composition imbalance during ill period, anaemia, hyperglycaemia, dyslipidemia, decrease of renal function, and fluid imbalance. Nutritional medical therapy was given according to recommendations for ischemic stroke and adjusted with its comorbidity. Patients rsquo monitoring was done including their general condition, hemodynamic, intake analysis and tolerance, monitoring in blood glucose, kidney function, fluid balance, electrolyte and functional capacity.
Result: Three patients in the case series showed positive changes in clinical conditions, shown by improvement in blood pressure, blood glucose, and functional capacity. One patient died on the 35th treatment day due of sepsis.
Conclusion: Optimal nutritional medical therapy plays important role in improving clinical conditions of ischemic stroke patient with DM type 2 and other complications.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Bangun, Argi Virgona
"Diabetes Mellitus (DM) merupakan suatu sindroma klinis gangguan metabolik akibat kelainan sekresi insulin, kerja insulin, atau keduanya. Pengelolaan DM dapat memberikan hasil yang maksimal bila dibarengi oleh perilaku kooperatif dari pasien DM melitus, salah satunya patuh terhadap rekomendasi terapi. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor ? faktor yang berkontribusi terhadap kepatuhan pasien DM Tipe 2. Desain pada penelitian ini adalah deskriptif korelasi dengan pendekatan crosssectional. Jumlah responden adalah 60 pasien DM tipe 2 di Poliklinik Endokrin RS Hasan Sadikin Bandung. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah faktor demografi (status ekonomi dan pendidikan), faktor sosial, faktor psikologis, faktor sistem pelayanan kesehatan dan faktor penyakit dan pengobatan (durasi dan komplikasi), sedangkan variabel terikatnya adalah kepatuhan. Analisis bivariat menggunakan chi square dengan α=0.05 menunjukan bahwa faktor sosial berkontribusi terhadap kepatuhan (p=0.001), faktor psikologis berkontribusi terhadap kepatuhan (p=0.032), faktor durasi menderita penyakit berkontribusi terhadap kepatuhan (p=0.001), dan faktor komplikasi berkontribusi terhadap kepatuhan (p=0.007). Pada analisis regresi logistik ganda diketahui bahwa faktor sosial (p=0.004) dan faktor durasi menderita penyakit (p=0.003) paling berkontribusi terhadap kepatuhan. Pasien DM Tipe 2 akan patuh bila memiliki pengaruh faktor sosial baik dan durasi pengobatan yang relatif singkat. Saran pada penelitian ini perawat perlu mengembangan metoda pendidikan kesehatan yang inovatif dan berfokus pada klien dan keluarga sebagai salah satu intervensi dalam asuhan keperawatan untuk mencegah atau mengatasi ketidakpatuhan.

Diabetes Mellitus (DM) is a clinical syndrome of metabolic disorder caused by disparity of insulin secretion, insulin work, or both. DM management can provide optimum result if combining with adherence to the management of DM. This research was conducted to identify contributing factors of adherence for patient with DM. With correlative descriptive design, this research involving 60 respondent of patient DM type 2 in outpatient clinic RS Hasan Sadikin Bandung. Independent variables in this research are demographic factor (economy status & education), social factor, psychological factor, health care provider and medical system factor, and disease and treatment related factor (duration and complication), and dependent variable is adherence. Bivariat analysis using chi square with α=0.05 had showed that social factor contribute to adherence (p=0.001), psychological factor contribute to adherence (p=0.032), duration of disease contribute to adherence (p=0.001), and complication contribute to adherence (p=0.007). Logistics regression analysis showed that two dominant factors to adherence were social factor (p=0.004) and duration of disease (p=0.003). Patient with DM Type 2 will adhere if they have good social factor and a shorter duration of disease. It is recommended that nurses should develop inovative health education method which is client and family centered as one of intervention in nursing care to prevent or handle non adherence."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2009
T-Pdf
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yusmayanti
"Angka prevalensi diabetes melitus dari tahun ke tahun cendenmg meningkat. Data Departemen Kesehatan menyebutkan jumlah pasien dan kematian diabetes melitus rawat inap maupun rawat jalan di rumah sakit menempati urutan pertama dad selumh penyakit endokrin. Tahun 2004 pasien rawat inap diabetes melitus 42.000 kasus CFR 7,9%; dan tahun 2006 meningkat menjadi 49.364 kasms CFR 8,42%. Dari 4 (cmpat) tipc diabetes melitus, maka diabetes melitus tipe 2 yang paling banyak. Prevalensi diabetes melitus tipc 2, tahun 1992 sebesar 5,69%, tahun 1993 meningkat menjadi 5,'7% dan tahun 2005 mcnjadi l4,7%. Penyakit tersebut merupakan masalah kesehatan yang sangat serius, dimana komplikasinya menimbulkan angka kematian yang cukup tinggi, dan beban biaya kesehatan yang cukup mahal. Untuk itu diperlukan usaha untuk mencegahnya.
Tujuan penelitian ini untuk mengetahui hubungan antara obesitas sentral dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 setelah dikontrol variabel kovariat. Beberapa faktor kovariat yang diduga meningkatkan jumlah penderita diabetes melitus tipe 2 antara Iain umur, jenis kelamin, pekerjaan, riwayat menderita DM, aktivitas fisik, konsumsi serat, konsumsi lemak, pola makan, konsumsi alkohol, dan merokok. Desain penelitian ini menggunakan rancangan kasus kontrol dengan jumlah responden 300 orang dimana masing-masing kasus dan kontrol sebanyak 150 responden. Analisis dilakukan secara bertahap mulai dan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Analisis multivariat menggunakan analisis regresi Iogistik ganda.
Hasil pcnclitian menunjukkan hubungan yang signiiikan antara obesitas sentral dengan kejadian diabetes melitus tipe 2 dimana obesitas sentral memiliki resiko untuk tcrkcna diabetes melitus tipe 2 sebesar 3,16 kali dibanding tanpa obesitas sentral, setelah dikcndalikan faktor riwayat DM dalam keluarga, aktiiitas fisik, dan kcbiasaan mcrokok.
Disarankan perlunya informasi mengenai faktor resiko diabetes melitus tipc 2 secara luas kepada masyarakat. Jika risiko DM dapat diketahui sedini mungkin, maka upaya pencegahan akan segera dapat dilakukan schingga prevalcnsi DM dapat ditekan.

Diabetes mellitus prevalence number of year goes to tend to increase. Health Depanmen data describes that the total of patient and diabetes melitus death, inpatient care and also outpatient care at hospital stays in the first range of all endocrine’s disease. On 2004 the diabetes melitus patient of inpatient care are 42,000 cases with CFR 7.9% and on 2006 become increase to 49,364 cases with CFR 8.42%. From 4 (four) diabetes melitus type, therefore diabetes melitus type 2 becomes most transmitted on patients. Diabetes melitus type 2 prevalence on 1992 as 5.69%, on 1993 increase becomes 5.7% and on 2005 becomes l4.7%. That disease was really serious health problem, where its complication caused high mortality and health charge which adequately expensive. For those reason required all effort to prevent it.
The purposed of this research to describes relationship among central obesity with diabetes melitus type 2 after controlled by covariate variable. Several preconceived covariate factor increases diabetes melitus type 2 patient for example age, gender, occupation, diabetes mellitus history, physical activity, Ebcr consumption, fat consumption, food habit, alcohol and smoking. This observational design utilize case control design with 300 person respondent where every cases and controls as 150 respondents. Analysis is performing in several phased from univariate analysis, bivariate, and multivariate analysis. Multivariate analysis using a multiple logistics regression.
The observational result indicated the significant relationship among central obesity and occurrence of diabetes melitus type 2 where central obesity has a risk and tend to strikes by diabetes mellitus type 2 as 3.16 times compared without central obesity, after controlled by diabetes mellitus history in family, physical activity and Smoking habitual.
Sugggested to publicized the sufficient and properly infomation conceming diabetes melitus type 2 to community. If diabetes melitus type 2 risk can be detected and known early, therefore prevention effort will be performed so diabetes melitus type 2 prevalence can be controlled.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2008
T34407
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Rissa Ummy Setiani
"Maen pukulan merupakan budaya Betawi yang mengandung unsur olah raga, budaya, spiritual, dan bela diri. Ia merupakan warisan yang hidup pada masyarakat Betawi serta Jakarta dan sekitarnya. Satu aliran maen pukulan yang relatif lama, eksis, dan populer pada masa kini ialah Beksi Tradisional H. Hasbullah. Tujuan penelitian ini ialah mengkaji penggunaan memori kolektif pada perguruan maen pukulan Beksi Tradisional H. Hasbullah sebagai bagian dari budaya masyarakat Betawi dilihat dari sistem pewarisan dan pengelolaan perguruan pada masa kini. Pada perguruan tersebut, memori yang terpelihara terbagi menjadi memori individu yang teraplikasi pada guru maen pukul dan memori kolektif yang terdapat pada komunitas. Menggunakan tiga teori mengenai memori kolektif oleh Rubin, Bernecker, dan Halbwachs ditemukan bahwa maen pukulan Beksi Tradisional H. Hasbullah berkembang menggunakan memori kolektif para guru, murid, serta masyarakat yang menanggap pertunjukan Beksi. Ditemukan pula memori individu guru membentuk pola pewarisan yang ia pilih bagi muridnya serta tipe pengelolaan yang digunakan dalam kepengurusan perguruan. Memori kolektif berperan pada pertunjukan yang mengandung Beksi di dalamnya. Memori menjadi panduan ketika terjadi perbedaan walau di sisi lain, memori yang tereduksi menyebabkan terjadinya pengerucutan pakem pertunjukan. Penelitian ini menunjukkan pentingnya peran memori kolektif untuk eksistensi dan perkembangan maen pukulan di masa depan.

Maen pukulan is a part of Betawinese tradition that contains sport, cultural, spiritual, and martial arts elements. It is a living heritage among Betawinese community and is found in Jakarta and its surrounding areas. A relatively old school of maen pukulan which still exists and popular today is the H. Hasbullah’s Traditional Beksi. This research aims to investigate the use of collective memory in the current Maen Pukulan Beksi Traditional H.Hasbullah schools as a part of Betawinese culture related to its cultural inheritance pattern and management. At the maen pukulan schools, there are two types of preserved memory. The first is individual memory which is applied by the maen pukulan gurus and the second is collective memory which is found among the community. Using three theories about collective memory by Rubin, Bernecker, and Halbwachs, it is found that the traditional maen pukulan Beksi of H. Hasbullah has developed through the collective memory of the gurus, students, and the publics who perceive the Beksi performance. It is also found that individual memory of the gurus forms an inheritance pattern which they choose for their students and the type of management use at the maen pukulan school organisation. Collective memory has its role in the performance that contains Beksi in it. The memory, on the one hand, becomes their guide when there is a dispute about Beksi. On the other hand, reduced memory has caused some changes and reduction, along with the continuity in the maen pukulan Beksi performance. This research shows the important role of collective memory in maintaining the existence and development of maen pukulan in the future.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indoneisa, 2017
D-Pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Laili Fitriana
"Latar Belakang: Buruknya manajemen diabetes melitus tipe 2 menyebabkan peningkatan komplikasi dan tingginya morbiditas sehingga diperlukan adanya pendampingan pasien berkelanjutan dalam menjalankan manajemen dirinya. Stres dapat berkaitan timbal balik dengan penurunan manajemen diri. Salah satu intervensi nonfarmakologis untuk menurunkan tingkat stres dan meningkatkan manajemen diri adalah edukasi pasien dengan metode blended menggunakan web apps "diabetacare". Edukasi ini terdiri dari beberapa pendekatan pembelajaran seperti video tutorial, pemantauan diri dan konsultasi, sehingga pasien dapat belajar dan menerapkan pendidikan berkelanjutan dalam kehidupan sehari-hari. Penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh edukasi blended menggunakan web apps “diabetacare” terhadap tingkat stres dan manajemen diri pasien DM tipe 2. Bahan dan Metode: Penelitian ini menggunakan pendekatan quasi eksperimental pretestposttest control group design terhadap 54 responden yang dibagi rata menjadi 2 kelompok. Program edukasi blended menggunakan web apps “Diabetacare” diberikan selama 3 minggu. Instrumen penelitian ini menggunakan DASS 21 (Depression Anxiety Stress Scale) untuk mengukur tingkat stres dan kuesioner M Tingkat stres dan manajemen diri responden telah diukur pada saat sebelum dan sesudah intervensi, kemudian dianalisis dengan uji wilcoxon dan mann-whitney. manajemen diri. Hasil: Terdapat perbedaan yang signifikan antara rata-rata skor tingkat stres dan manajemen diri antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesudah diberikan intervensi (p = 0,000 dan p=0,000 ). Kesimpulan: Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa edukasi blended menggunakan web apps “Diabetacare” berpengaruh terhadap penurunan tingkat stres dan peningkatan manajemen diri pada pasien DM tipe 2.

Background: Poor management of type 2 diabetes mellitus causes increased complications and high morbidity, so that ongoing patient assistance is needed in carrying out self-care. Stress can be reciprocally related to decreased self-care. One non-pharmacological intervention to reduce stress levels and increase selfcare is patient education using a blended method using the "diabetacare" web app. This education consists of several learning approaches such as video tutorials, selfmonitoring and consultation, so that patients can learn and apply continuing education in their daily lives. This study aims to test the effect of blended education using the "diabetacare" web app on the stress level and self-care of type 2 DM patients. Materials and Methods: This study used a quasi-experimental Pretest- Posttest Control Group Design approach with 54 respondents who were divided equally into 2 groups . The blended educational program using the "Diabetacare" web app is provided for 3 weeks. This research instrument uses the DASS 21 (Depression Anxiety Stress Scale) to measure stress levels and a self-care questionnaire. The respondents' levels of stress and self-care were measured before and after the intervention, then analyzed using the Wilcoxon and Mann-Whitney tests. Component scores were compared between the two groups. Results: There was a significant difference between the average stress and self-care level scores between the intervention group and the control group after being given the intervention (p = 0.000 and p = 0.000). Conclusion: The results of this study show that blended education using the "diabetacare" web app has an effect on reducing stress levels and increasing self-care in type 2 DM patients."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sarah Fitria Hariany
"ABSTRAK
Diabetes Melitus Tipe 2 DM Tipe 2 merupakan kelompok DM yang dapat menyebabkan komplikasi, baik makrovaskular maupun mikrovaskular. Retinopati Diabetik RD merupakan salah satu komplikasi mikrovaskular DM yang dapat menyebabkan hilangnya penglihatan dan merupakan penyebab utama kebutaan pada individu usia kerja. Keberadaan maupun progresifitas retinopati diabetik diduga disebabkan karena durasi diabetes, pemeriksaan glukosa darah, pemeriksaan profil lipid, mikroalbuminuria, kreatinin darah, dan indeks massa tubuh. Metode CART digunakan untuk menentukan faktor yang berhubungan dengan retinopati diabetik pada pasien DM Tipe 2. Dalam penelitian ini diperoleh persentasi retinopati diabetik pada pasien DM Tipe 2 di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo adalah sebesar 10.3 dan faktor utama yang berhubungan dengan retinopati diabetik pada pasien DM Tipe 2 adalah nilai mikroalbuminuria sewaktu.

ABSTRACT
Type 2 Diabetes Mellitus DM Type 2 is classified under diabetes mellitus group that could result in complication, both macrovascular and microvascular. Diabetic Retinopathy RD is one of the complications of microvascular DM which can cause loss of vision and is a major cause of blindness in the individual working age. The presence and progression of diabetic retinopathy is thought to be due to duration of diabetes, blood glucose examination, lipid profile examination, microalbuminuria, blood creatinine, and body mass index. The CART method was used to determine factors associated with diabetic retinopathy in Type 2 diabetic patients. In this study, the percentage of diabetic retinopathy in patients with type 2 diabetes mellitus in Cipto Mangunkusumo Hospital was 10.3 and the main factors associated with diabetic retinopathy in DM Type 2 patients is the value of microalbuminuria at the time."
2017
S69794
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ceria Nurhayati
"ABSTRAK
Tingkat pengetahuan dan self management merupakan faktor yang penting dalam
meningkatkan kualitas hidup pasien DM tipe 2. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengetahui hubungan tingkat pengetahuan dan self management dengan kualitas hidup pada
pasien DM tipe 2. Desain dalam penelitian ini adalah analitik cross sectional dengan jumlah
sampel 75 orang yang dilakukan di Rumkital DR. Ramelan Surabaya. Hasil penelitian
menunjukkan terdapat hubungan signifikan antara tingkat pengetahuan (r = 0.619; p < 0.01),
self management (r = 0.685; p < 0.01) dengan kualitas hidup pada pasien DM tipe 2. Hasil
multivariat menunjukkan bahwa nilai HbA1c merupakan faktor yang paling mempengaruhi
hubungan antara tingkat pengetahuan dan self management dengan kualitas hidup pada
pasien DM tipe 2. Perawat dapat meningkatkan pengetahuan pasien dengan memberikan
edukasi yang berfokus pada peningkatan self management dan memfasilitasi pemberian
dukungan keluarga serta supervisi dan monitoring terkait self management yang dilakukan
pasien DM tipe 2.

ABSTRACT
Knowledge and self management are important factor in improving the quality of life of
patients with type 2 diabetes. The purpose of this research is to know the correlation of
knowledge level and self management with quality of life in DM type 2 patient. The design in
this study is cross sectional analytic with the sample of 75 people conducted in Rumkital DR.
Ramelan Surabaya. The results showed that there was a significant correlation between
knowledge level (r = 0.619, p <0.01), self management (r = 0.685, p <0.01) with quality of
life in type 2 DM patients. Multivariate results showed that HbA1c was the most influencing
factor the relationship between knowledge level and self management with quality of life in
type 2 DM patients. Nurses can improve patient knowledge by providing education that
focuses on improving self management and facilitating family support and supervision and
monitoring related self-management by DM type 2 patients."
2018
T49254
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sita Ayu Lestari
"Indonesia menempati peringkat kelima sebagai negara dengan populasi pasien yang mengidap diabetes. Diabetes melitus tipe 2 merupakan salah satu tipe diabetes yang paling banyak ditemukan dengan risiko peningkatan populasi sebanyak 541 juta dewasa setiap tahunnya. Pasien DM tipe 2 dengan beberapa komplikasi penyakit membutuhkan kepatuhan pengobatan yang tinggi dan pemilihan terapi obat perlu diperhatikan agar tidak memperburuk kondisi pasien tersebut. Pemantauan terapi obat (PTO) merupakan salah satu kegiatan farmasi klinis yang dilakukan oleh seorang apoteker yang meliputi pengkajian pemilihan obat, dosis, rute pemberian, respons terapi, reaksi obat yang tidak dikehendaki (ROTD), Drug Related Problem (DRP), serta pemberian rekomendasi terhadap alternatif terapi. Drug related problem (DRP) merupakan suatu keadaan terkait ketidaksesuaian pemberian obat kepada pasien atau terapi obat yang diberikan berpotensi mengganggu tujuan terapi yang ingin dicapai Dari hasil pemantauan terapi obat pada pasien Diabetes Melitus tipe II dengan Chronic Kidney Disease, Community Acquired Pneumonia, dan Hypertensive Heart Disease di RSUD Tarakan Jakarta didapatkan bahwa beberapa obat memiliki DRP terkait dosis berlebih dari dosis yang dianjurkan, yaitu Bisoprolol, Ramipril, Meropenem, dan Transamin sehingga direkomendasikan untuk dilakukan penurunan dosis; beberapa obat memiliki DRP pemilihan obat tidak tepat dikarenakan obat tidak direkomendasikan untuk pasien CKD, seperti Metoklopramid; serta terdapat obat yang memiliki DRP dosis rendah dari dosis yang dianjurkan, seperti Flukonazol.

Indonesia ranks fifth among countries with a significant population of diabetes patients. Type 2 diabetes mellitus is one of the most prevalent types, with the risk of a yearly increase in the adult population by 541 million. Patients with type 2 diabetes mellitus, along with multiple comorbidities, require high treatment adherence, and the selection of therapy needs careful consideration to avoid worsening their condition. Medication therapy monitoring (MTM) is one of the clinical pharmacy activities conducted by a pharmacist, encompassing the assessment of drug selection, dosage, route of administration, therapy response, unwanted drug reactions (UDR), Drug Related Problems (DRP), and the recommendation of alternative therapies. Drug Related Problems (DRP) involve situations related to medication non-adherence or potential disruptions to the intended therapeutic goals. The monitoring of medication therapy in patients with Type 2 Diabetes Mellitus and comorbidities such as Chronic Kidney Disease, Community Acquired Pneumonia, and Hypertensive Heart Disease at RSUD Tarakan Jakarta revealed several DRPs. Some drugs had DRPs related to excessive dosages beyond the recommended levels, including Bisoprolol, Ramipril, Meropenem, and Tranexamic Acid, suggesting a dosage reduction. Additionally, certain drugs had DRPs due to inappropriate selection, such as Metoclopramide, which is not recommended for CKD patients. Furthermore, there were drugs with DRPs due to dosages lower than recommended, such as Fluconazole."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Himmatul Khaira
"Edukasi pada pasien DM merupakan salah satu bagian dari pilar DM, namun pada beberapa kondisi meskipun tenaga kesehatan telah memberikan edukasi, masih terdapat perilaku yang belum sesuai dengan manajemen diri pada diabetes. Oleh karena itu penelitian ini bertujuan untuk mengeksplorasi secara lebih mendalam mengenai pengalaman penyandang DM dalam penerapan manajemen diri diabetes melitus untuk menjaga kestabilan kadar glukosa darah. Penelitian ini menggunakan pendekatan fenomenologi deskriptif dengan model purposive sampling dan metode wawancara semi-terstruktur pada 10 penyandang DM tipe 2. Hasil penelitian ini terangkum dalam lima tema yaitu gejala klinis menentukan penerapan manajemen diri diabetes, kurangnya motivasi dalam pelaksanaan manajemen diet dan aktivitas, peran keluarga dalam manajemen diet diabetes, capaian dari manajemen diri diabetes belum sesuai harapan, dan kondisi psikologis yang menghambat manajemen diri diabetes. Penerapan manajemen diri diabetes yang ada pada diri pasien perlu untuk diidentifikasi dan dievaluasi lebih lanjut dari segi fisik, psikologis, kesadaran, motivasi, dan peran keluarga, agar dapat membantu penyandang DM tipe 2 dalam mengidentifikasi masalah dan menemukan solusi terbaik untuk mencapai kestabilan kadar glukosa darah

Education in DM patients is one part of the pillars of DM, but in some conditions even though health workers have provided education, there are still behaviors that are not in accordance with self-management in diabetes. Therefore, this study aims to explore the application of self-management in patients with diabetes mellitus to maintain stable blood glucose levels. This study uses a descriptive phenomenological approach with a purposive sampling model and semi-structured interview method on 10 people with type 2 diabetes. The results of this study are summarized in five themes, including clinical symptoms of diabetes management implementation, lack of motivation in implementing diet and activity management, family role in management diabetes diet, the achievement of diabetes self-management has not been as expected, and psychological conditions that hinder diabetes management. The application of patient diabetes self-management needs to be identified and evaluated in aspect of physical, psychological, awareness, motivation, and family roles in order to help people with type 2 to diabetes identify problems and find the best solution to achieve stable of blood glucose levels."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Felicia Erinna Puspitaningtyas
"Obstructive Sleep Apnea OSA adalah gangguan di mana seseorang sering berhenti bernapas selama tidurnya. OSA ditandai oleh episode henti napas apnea minimal 10 detik/episode. Gejala OSA sering terjadi, namun sulit untuk dideteksi. Hal ini disebabkan OSA terjadi saat pasien tidur. Hal inilah yang menjadikan OSA penyebab terbesar morbiditas dan mortalitas di seluruh dunia. OSA terkait dengan beberapa penyakit, salah satunya adalah Diabetes Melitus DM. Kejadian OSA melalui hipoksemia intermitten dapat menyebabkan intoleransi glukosa, seperti DM tipe 2 dan prediabetes. OSA, DM, dan prediabetes diketahui memiliki faktor risiko bersama antara lain obesitas dan tekanan darah tinggi. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui model hubungan OSA, DM tipe 2, dan prediabetes secara simultan. Setelah model hubungan antar ketiganya diketahui, maka faktor-faktor risiko OSA, DM tipe 2, dan prediabetes secara bersamaan dapat diketahui. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data primer yang diperoleh dengan pemeriksaan langsung ke pasien OSA di RSCM. Metode sampling yang digunakan adalah non-probability sampling, yaitu purposive sampling. Jumlah sampel pada penelitian ini didapat sebanyak 205 pasien. Metode Partial Least Squares PLS digunakan untuk mencapai tujuan penelitian. PLS digunakan untuk memodelkan hubungan langsung maupun tidak langsung antara variabel laten dan variabel terukur secara simultan. Selain itu, PLS dipertimbangkan sebagai pendekatan soft modeling yang tidak mensyaratkan asumsi-asumsi yang kuat, seperti ukuran sampel, skala pengukuran, dan asumsi distribusi. Variabel dependen dalam penelitian ini adalah OSA, DM tipe 2, dan prediabetes. Variabel independen dalam penelitian ini adalah jenis kelamin, usia, tekanan darah, obesitas, dan sleep hygiene. OSA dipengaruhi secara langsung oleh obesitas dan sleep hygiene. DM tipe 2 dipengaruhi secara langsung oleh prediabetes, dan dipengaruhi secara tidak langsung oleh jenis kelamin, usia, obesitas, dan OSA. Sedangkan prediabetes dipengaruhi secara langsung oleh jenis kelamin, usia, dan OSA, dan dipengaruhi secara tidak langsung oleh sleep hygiene. Prediabetes dapat dipengaruhi baik secara tidak langsung dan tidak langsung oleh obesitas melalui OSA.

Obstructive Sleep Apnea OSA is a disorder in which a person frequently stops breathing during his or her sleep. OSA is characterized by episodes of stop breathing apnea at least 10 seconds episode. Symptoms of OSA are common, but difficult to detect. This is because OSA occurs when patient sleeps. That is what causes OSA to be the biggest morbidity and mortality worldwide. OSA has been linked with several diseases, one of which is Diabetes Mellitus DM . Incidence of OSA through hypoxemia intermitten can cause glucose intolerance, such as Diabetes Mellitus type 2 and prediabetes. OSA, DM, and prediabetes are known to have shared risk factor such as obesity and high blood pressure. The purpose of this research is to know the relationship model of OSA, DM type 2, and prediabetes simultaneously. Once the relationship model is known, then the risk factors of OSA, DM type 2, and prediabetes can simultaneously be known. Data used in this research is primary data which obtained by direct examination to patients with OSA at RSCM. Sampling method used in this research is non probability sampling, such as purposive sampling. The number of samples in this research as many as 205 patients. Partial Least Squares PLS method is used to obtain the purpose of this research. PLS is used to modeling a direct and indirect relation between latent variables and manifest variables simultaneously. Moreover, PLS has been considered as soft modeling approach because PLS does not require strong assumptions, such as sample size, measurement scale, and distribusions. OSA, DM type 2, and prediabetes are dependent variables. Independent variables are gender, age, blood pressure, obesity, and sleep hygiene. OSA is directly affected by obesity and sleep hygiene. DM type 2 is directly affected by prediabetes, and indirectly affected by gender, age, obesity, and OSA. Gender, age, and OSA have direct effect to prediabetes, meanwhile sleep hygiene has indirect effect to prediabetes. Obesity has direct and indirect effect to prediabetes, through OSA. "
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>