Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 435 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Mamuaya, Bambino Bismara
"Angka kejadian infeksi dengue tinggi di Indonesia, dan Jakarta untuk lebih spesifiknya. Virus dengue terdiri dari 4 serotipe, yang serotipe 1 (DENV-1), 2 (DENV-2), 3 (DENV-3), dan 4 (DENV-4). Sampai saat ini, penanganan infeksi dengue masih mengandalkan diagnosis dini. Meskipun reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) masih sebagai baku emas, metode ini cenderung mahal dan sulit untuk dilakukan. Inilah alasan untuk pengembangan berbagai tes cepat, termasuk diantaranya SD Bioline Dengue Duo. Dengan demikian, evaluasi SD BIOLINE Dengue Duo akan bermanfaat dalam dunia klinis. Peneliti menggunakan sampel serum yang diambil dari masyarakat, menguji sampel tersebut menggunakan SD BIOLINE Dengue Duo, dan membandingkannya dengan baku emas [reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) dan isolasi virus pada lini sel C6/36)]. Ditemukan bahwa sensitivitas, spesifisitas, NPV, dan PPV SD BIOLINE Dengue Duo untuk mendeteksi demam berdarah serotype campur dan tidak diketahui adalah 100%. Dalam infeksi DENV-4, SD BIOLINE Dengue Duo menunjukkan sensitivitas 60% dan spesifisitas 100%.

Dengue infection incidence remained high in Indonesia, and Jakarta to be more specific. Dengue virus consists of 4 serotypes, which are dengue serotype 1 (DENV-1), 2 (DENV-2), 3 (DENV-3), and 4 (DENV-4). Until now, management of dengue infection still relies on early diagnosis. Although Reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) remains as a gold standard diagnostic method, this method is costly and difficult to set up. These issues are the reasons for the development of various rapid tests, including SD Bioline Dengue Duo. Evaluation of SD BIOLINE Dengue Duo would therefore be beneficial in the clinical setting. Researchers used serum sample taken from the community, tested the samples using SD BIOLINE Dengue Duo, and compare it with the gold standard [Reverse Transcription - Polymerase Chain Reaction (RT-PCR) and virus isolation in cell line C6/36)]. It was found that the sensitivity, specificity, NPV, and PPV of SD BIOLINE Dengue Duo for detection of dengue of mixed and unknown serotype were 100%. In infection of DENV-4, SD BIOLINE Dengue Duo showed a sensitivity of 60% and specificity of 100%.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Hamdan Yuwaafii
"Saat ini pemberantasan vektor di tekankan pada pemberantasan biologis antara lain menggunakan Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) untuk menghindari efek samping larvasida. Penggunaan Bti dalam memberantas vektor demam berdarah dengue (DBD), yaitu Ae. aegypti, masih dalam tahap laboratorium sehingga penelitian mengenai efektivitas Bti di lapangan perlu dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui efektivitas Bti dalam pemberantasan Ae. aegypti di Kelurahan Cempaka Putih Barat, sebagai salah satu kelurahan dengan insidens DBD yang tinggi.
Penelitian ini menggunakan desain eksperimental dengan single-larval method. Data diambil pada tanggal 28 Maret dan 25 April 2010. Hasil penelitian menunjukkan bahwa house index (HI) menurun dari 19% menjadi 10%, container index (CI) menurun dari 10,32% menjadi 4,37%, breteau index (BI) menurun dari 26 menjadi 11. Berdasarkan uji McNemar diketahui bahwa penurunan tersebut bermakna, namun tidak dapat dikatakan bahwa Bti efektif memberantas Ae. aegypti, karena tidak semua container mendapatkan Bti. Jumlah container positif dari seluruh container yang mendapatkan Bti mengalami penurunan setelah pemberian Bti namun tidak bermakna. Disimpulkan bahwa Bti tidak efektif dalam memberantas Ae. aegypti di Kelurahan Cempaka Putih Barat.

Nowadays, vector control is emphasized to biological agent like Bacillus thuringiensis israelensis (Bti) to avoid negative effect of insecticide. The using of Bti to control dengue hemorrhagic fever's (DHF) vector, Ae. aegypti, has only been conducted in laboratorium, so further research on the effectiveness of Bti to control Ae. aegypti in the domestic environment is needed. The aim of this study was to test the effectiveness of Bti in controlling Ae. aegypti in Kelurahan Cempaka Putih Barat, one of the district with highest DHF incidence in Jakarta.
This method of this is experimental design using single-larval method. The data was collected on March 28th 2010 and April 25th 2010. The result showed that house index (HI) decreased from 19% to 10%, container index (CI) decreased from 10,32% to 4,37%, and breteau index (BI) decreased from 26 to 11. According to the McNemar test, this result was stastically significant, but it does not show that Bti is effective in controlling Ae. aegypti because there are some containers that did not get Bti. The number of positif containers from all containers that got Bti slightly decreased after treatment, but it is not significant. In conclusion, Bti is not effective in controlling Ae. aegypti in Kelurahan Cempaka Putih Barat."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dimas Seto Prasetyo
"Latar Belakang: Infeksi Dengue virus (DENV) masih menjadi masalah besar di Indonesia. Manifestasi infeksi DENV yang berat umumnya ditemukan pada infeksi sekunder. Modalitas diagnosis yang cepat dan akurat dibutuhkan dalam tata laksana infeksi DENV. Salah satu pemeriksaan yang dapat dilakukan pada tingkat komunitas adalah pemeriksaan serologi menggunakan rapid immunochromatographic test. Dalam penelitian ini, dilakukan perbandingan antara Bioline SD Dengue Duo yang diperiksa serial selama 7 hari dengan uji hemagglutination inhibition (HI) dalam hal penentuan jenis infeksi dengue.
Tujuan: Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kesesuaian antara Bioline SD Dengue Duo dengan HI. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan mengetahui apakah pada pemeriksaan Bioline SD Dengue Duo secara serial terdapat konsistensi hasil dari hari ke hari.
Metode: Penelitian ini dilakukan untuk melengkapi penelitian sebelumnya berjudul "International Study on Biomarkers and Gene Expression Patterns in Patients with Dengue Virus Infection (The Indonesian Study Center, Jakarta)" oleh dr.Leonard Nainggolan, SpPD-KPTI. Serum pasien yang didiagnosis infeksi dengue dengan hasil NS1 positif ditentukan jenis infeksi menurut HI. Hasil NS1, IgM, IgG, serotipe virus, dan gambaran klinis pasien didapatkan sebagai data sekunder dari penelitian sebelumnya. Pada analisis, perbandingan antara Bioline SD Dengue Duo dengan HI, variabel hasil dari kedua pemeriksaan tersebut diklasifikasikan menjadi "Sekunder" dan "Nonsekunder".
Hasil: Terdapat 25 sampel yang memenuhi kriteria inklusi. Infeksi primer dan sekunder menurut Bioline SD Dengue Duo adalah 44% dan 56%. Menurut HI, terdapat 8% infeksi primer dan 92% infeksi sekunder. Kesesuaian Bioline SD Dengue Duo dengan HI tertinggi (68%) dalam 7 hari pemeriksaan dicapai pada hari demam ketujuh. Ketidaksesuaian hasil antara Bioline SD Dengue Duo dengan HI adalah 36%. Hampir seluruh sampel (98%) mengalami perubahan interpretasi hasil bila Bioline SD Dengue Duo diinterpretasikan secara harian. Perubahan interpretasi hasil tersebut terutama ditemukan pada demam hari kelima.
Kesimpulan: Hasil Bioline SD Dengue Duo cukup sesuai dengan HI bila dilakukan pemeriksaan pada hari demam ketujuh dan dapat menggantikan HI untuk menentukan jenis infeksi dengue karena hasilnya lebih cepat. Namun penggunaannya perlu mempertimbangkan klinis pasien karena adanya fenomena perubahan interpretasi hasil. Penentuan jenis infeksi terbaik dilakukan pada hari demam ketujuh, namun paling dini dapat dilakukan pada hari demam ketiga.

Background: Dengue virus (DENV) infection is still a burden in Indonesia. Severe DENV manifestations commonly occur in secondary infections. A rapid and accurate diagnostic tool is needed in patient management. DENV serology assay using rapid immunochromatographic test is one of DENV diagnostic modalities that is applicable in community setting. In this research, serial rapid immunochromatographic test Bioline SD Dengue Duo was compared with hemagglutination inhibition (HI) in determining type of DENV infection.
Objective: This research was conducted to observe agreement between Bioline SD Dengue Duo and HI in determining type of DENV infection. Beside that, this research was also performed to observe the consistency of serial Bioline SD Dengue Duo when interpreted daily.
Methods: This study was done to complete the previous study entitled "International Study on Biomarkers and Gene Expression Patterns in Patients with Dengue Virus Infection (The Indonesian Study Center, Jakarta)" by dr.Leonard Nainggolan, SpPD-KPTI. All paired stored sera from dengue patient with positive NS1 result were subjected to HI assay, according to Igarashi. Serial NS1, IgM, IgG, clinical features, and virus serotype result from previous study were taken as secondary data and would be compared with HI assay. For RDT vs HI analysis, RDT and HI results were classifed as "Secondary" and "Nonsecondary".
Results: A total of 25 samples fulfilled the inclusion criteria. The proportion of primary and secondary infection according to Bioline SD Dengue Duo was 44% and 56%, respectively. In the other side, 92% classified as secondary infection by mean of HI assay; the rest was primary infection. The highest agreement rate between serial Bioline SD Dengue Duo and HI was 68%, which achieved in 7th day of fever. Almost all samples experienced changing of result interpretation when Bioline SD Dengue Duo was interpreted daily. This was mainly observed in 5th day of fever.
Conclusion: The result of Bioline SD Dengue Duo was in accordance with HI if it was examined in 7th day of fever and can replace HI for determining type of infection because of the rapid result. But its use should consider patient’s clinical condition due to the changing of result interpretation phenomenon. Type of infection is best determined on 7th day of fever, but it can also be done as early as on 3th day of fever.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Angky Budianti
"Latar belakang: Infeksi virus dengue masih menjadi masalah di negara tropis seperti Indonesia. Infeksi virus dengue menyebabkan mortalitas dan morbiditas yang tinggi. Belum ada obat ataupun vaksin yang telah disetujui penggunaannya dan tersedia di dunia untuk penyakit infeksi dengue. Pencegahan infeksi dengue masih terbatas pada pengendalian vektor nyamuk Aedes aegypti. Keempat serotipe virus dengue beredar di Indonesia. Dua genotipe dari virus dengue tipe 1 (DENV-1) yaitu genotipe I dan IV lebih dominan bersirkulasi di Indonesia. Pada tahun 2012, kami mengembangkan kandidat vaksin DNA DENV-1 pUMVC RDS 59/09. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui kadar antibodi anti-membran dan envelop DENV-1 yang dihasilkan mencit ddY setelah imunisasi sebanyak tiga kali dengan pUMVC RDS 59/09 dan untuk mengetahui kemampuan antibodi tersebut dalam menetralkan beberapa genotipe DENV-1 yang diisolasi di Indonesia.
Metode: Penelitian eksperimental ini dimulai dari perbanyakan pUMVC RDS 59/09 di sel E.coli untuk mendapatkan konsentrasi yang tinggi. Imunisasi dilakukan pada 12 mencit strain ddY dengan pUMVC RDS 59/09 25 µg/100 µl menggunakan needle-free injector, sebanyak tiga kali dengan interval waktu 3 minggu. Sebanyak 12 mencit disediakan sebagai kontrol yang tidak diimunisasi. Antibodi anti-membran dan envelop DENV-1 pada masing-masing serum mencit diperiksa dengan ELISA dan dibaca pada panjang gelombang 450 nm. Berikutnya, pooled serum mencit pasca imunisasi ke 3, digunakan untuk netralisasi 13 isolat DENV-1 dengan metode focus reduction neutralization test (FRNT). Fokus yang didapatkan dari FRNT diwarnai dengan tehnik imunoperoksidase dan dihitung secara manual.
Hasil: Rerata nilai OD ELISA antibodi anti-membran dan envelop DENV-1 dari serum mencit kelompok imunisasi yang diambil sebelum imunisasi, pasca imunisasi 1, pasca imunisasi 2 dan pasca imunisasi 3 adalah 0,329;0,843;1,524 dan 1,598, secara berurutan. Terdapat peningkatan nilai OD ELISA antibodi anti-membran dan envelop DENV-1 dari pooled serum mencit kelompok imunisasi pasca imunisasi pertama, kedua dan ketiga dibandingkan dengan baseline. Titer FRNT antibodi anti-membran dan envelop DENV-1 dari pooled serum mencit pasca imunisasi 3 dan pooled serum mencit kontrol terhadap strain DV-1 RDS 59/09 adalah 1/320 dan < 1/10. Titer FRNT 13 isolat DENV-1 oleh antibodi anti-membran dan envelop DENV-1 dari pooled serum mencit pasca imunisasi 3 berkisar dari 1/320 sampai lebih dari 1/1280.
Kesimpulan: Variasi genotipe DENV-1 tidak menyebabkan perbedaan titer antibodi netralisasi yang bermakna (p = 0,222), sehingga dapat diuraikan bahwa antibodi anti-membran dan envelop DENV-1 dapat menetralkan 13 isolat DENV-1 Indonesia yang diuji.

Introduction: Dengue virus infection is still a burden in tropical country such as Indonesia. Dengue virus infection causes high mortality and morbidity. No drugs or vaccines are approved and available in the world for this disease. Dengue prevention is still limited to vector control. Four dengue serotypes are circulated in Indonesia. Two genotypes of Dengue virus type 1 (DENV-1), namely genotypes I and IV are found predominantly in Indonesia. Previously in 2012, we constructed pUMVC RDS 59/09, the DENV-1 DNA vaccine candidate. The objective of this study is to assess antibody level produced in ddY strain mice after three times immunization with pUMVC RDS 59/09 and to assess the antibody ability to neutralize genotypes of DENV-1 isolated in Indonesia.
Methods: This experimental study was started with propagation of pUMVC RDS 59/09 in E. coli cells to produce high concentration of the DNA. Immunization was carried out with 25 µg/ 100 µl pUMVC RDS 59/09 by needle-free injector, three times in 3 weeks interval. Twelve mice were provided for control without immunization. Anti-DENV-1 membrane and envelope antibody of individual sera were examined by ELISA and absorbance value was measured by ELISA reader in 450 nm wave length. Further, pooled sera of 3rd immunization were used to neutralize 13 DENV-1 isolates by focus reduction neutralization test (FRNT) method. The focus obtained in FRNT was stained by immune-peroxides technique and counted manually.
Results: ELISA OD value mean of anti-DENV-1 membrane and envelope antibody in individual ddY mice sera of immunized group before immunization, post first immunization, after second immunization and post third immunization were 0.329; 0.843; 1.524 and 1.598, respectively. An increase in ELISA OD value of anti-DENV-1 membrane and envelope antibody in ddY mice pooled sera of immunized group after first, second and third immunization compared to baseline was observed. FRNT titre of anti-DENV-1 membrane and envelope antibody from third immunization pooled sera compared to control mice pooled sera in RDS 59/09 isolate neutralization was 1/320 compared to < 1/10. Neutralization titre of 13 DENV-1 isolates by anti-DENV-1 membrane and envelope antibody from third immunization pooled sera ranged from 1/320 to more than 1/1280.
Conclussions: DENV-1 genotype variation did not lead to significant neutralization antibody titre difference (p = 0,222), so it can be explained that anti-DENV-1 membrane and envelope antibody was able to neutralize 13 strains of Indonesia DENV-1 isolates examined.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rizky Ichsan Taufik
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2006
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Eka Okta Priyani
"Tujuan penelitian ini adalah menganalisis gambaran maupun identifikasi perbedaan secara spasial keterkaitan antara faktor-faktor risiko penyakit DBD, khususnya lingkungan fisik yaitu variasi iklim (suhu udara, kelembaban udara, dan curah hujan) dan demografi (kepadatan penduduk) terhadap penyebaran kejadian penyakit DBD di wilayah Kota Depok, Kota Bogor, dan Kabupaten Bogor tahun 2008-2010.
Penelitian ini menggunakan studi ekologi dengan pendekatan spasial. Untuk mencari besarnya hubungan digunakan metode ekologi, yaitu penelitian epidemiologik analitik observasional yang digunakan untuk melihat hubungan antara variabel independen (kepadatan penduduk, suhu udara, kelembaban udara, curah hujan) dengan variabel dependen yaitu penyakit DBD. Unit analisis dalam penelitian ini adalah kecamatan di wilayah Kota Depok, Kota Bogor, dan Kabupaten Bogor pada tahun 2008-2010."
Depok: Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Reka Ananda Putri
"Virus dengue (DENV) adalah patogen yang dapat disebarkan oleh vektor nyamuk Aedes aegypti. Infeksi dengue adalah masalah global dan endemik di Indonesia. Hingga saat ini pengobatan untuk infeksi dengue hanya sesuai gejala. Studi ini akan mengeksplorasi potensial ekstrak Curcuma longa (Curcuma longa) yang didapatkan dari Universitas Sebelas Maret sebagai antivirus DENV melalui observasi half inhibitory concentration (IC50) dan half cytotoxic concentration (CC50). Sel Huh 7it-1 yang telah ditumbuhkan pada plat 96 sumuran dan 48 sumuran diinfeksi DENV yang telah diberi perlakuan dengan ekstrak Curcuma longa. MTT assay dan Focus assay digunakan untuk mendapatkan nilai CC50 dab IC50, sehingga didapatkan nilai Selectivity index (SI). Hasil penelitianinimenunjukkanbahwanilaiCC50,IC50 danSIdariCurcumalongaadalah 118,417μg/ml, 2,424 μg/ml, dan 48,852 secara berurutan. Ekstrak Curcuma longa memiliki IC50 rendah dan CC50 tinggi Ketika dibandingkan dengan berbagai ekstrak tanaman dari riset lain, sehingga berpotensial sebagai antivirus DENV. Riset lebih lanjut mungkin dibutuhkan untuk memahami lebih lanjut mekanisme inhibisi DENV oleh ekstrak Curcuma longa.

Dengue virus (DENV) is a vector born pathogen spread by Aedes aegypti mosquito. Dengue infection is a worldwide problem and is endemic in Indonesia. Until now the treatment for dengue infection is limited to symptomatic. The current study aims to explore the potential of Curcuma longa (Curcuma longa) extract obtained from Universitas Sebelas Maret as DENV antivirus through observation of the half inhibitory concentration (IC50) and half cytotoxic concentration (CC50). Huh 7it-1 cell grown in 96 well plate and 48 well plate infected by DENV that was treated with Curcuma longa extract. MTT assay and Focus assay is used to obtain CC50 and IC50 value, so Selectivity index (SI) can be counted. The result showed that the CC50, IC50 and SI of Curcuma longa is 118.417μg/ml, 2.424 μg/ml, dan 48.852. Curcuma longa extract has low IC50 and high CC50 when compared to various plant extract from other research that has been done, so it has potential as DENV antivirus. Further research may be needed to understand more about the mechanism of DENV inhibition by Curcuma longa extract."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M. Tatang Puspajono
"Demam berdarah dengue (DBD) masih menjadi masalah kesehatan utama di Asia dan Pasifik khususnya Indonesia. Angka kematian sindom syok dengue (SSD) di rumah sakit masih tinggi. Data di Departemen Ilmu Kesehatan Anak FKUI/RSCM antara 1 Januari 2003 sampai dengan 30 Juni 2004 didapatkan jumlah kasus DBD yang dirawat sebanyak 263 pasien. Jumlah kasus SSD pada periode tersebut sebesar 31,7% DBD derajat III, diikuti DBD derajat II sebesar 30,7% dan DBD ensefalopati pada DBD derajat 1V sebesar 1%.
Salah satu gangguan keseimbangan asam basa adalah asidosis laktat, suatu bentuk asidosis metabolik. Kondisi ini terjadi akibat akumulasi laktat yang disebabkan oleh hipoksia atau iskemia jaringan. Asidosis laktat erat hubungannya dengan akumulasi laktat di dalam cairan ekstraseluler, akibat ketidakseimbangan antara suplai oksigen dengan pemakaian oksigen untuk kebutuhan metabolik. Kadar laktat darah telah banyak dipelajari dan digunakan sebagai petanda biokimia adanya hipoksia jaringan pada keadaan sakit gawat. Asidosis laktat dibuktikan sebagai faktor penyebab umum dan tersering dari berbagai keadaan sakit gawat. Hipoperfusi/hipoksia jaringan menjadi dasar patogenesis dari berbagai kasus asidosis laktat.
Pengukuran laktat serial dapat memprediksi kemungkinan timbulnya syok septik dan gagal organ multipel lebih baik dibandingkan pengukuran variabel-variabel transpor oksigen. Beratnya asidosis laktat dapat dilihat dari nilai pH darah, senjang anion, dan kadar laktat darah dengan metode kuantitatif. Pemantauan kadar laktat darah dapat membedakan pasien-pasien yang akan tetap hidup dan pasien yang akan meninggal. Kadar laktat darah juga merupakan indikator yang lebih sensitif untuk daya tahan hidup dibandingkan dengan nilai curah jantung, hantaran oksigen, tumor necrosis factor a (TNF a), dan interleukin-6 (TL-6)."
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>