Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maya Kuntari
Abstrak :
Dalam era informasi sekarang ini banyak rumah sakit dihadapkan pada berbagai macam kegiatan pemasaran untuk meningkatkan penjualan dan meningkatkan jumlah kunjungan pasien rawat jalan. Salah satunya melalui media promosi. Di Rumah Sakit Duren Sawit telah dilakukan bauran promosi oleh bagian pemasaran Rumah Sakit Duren Sawit dalam kurun waktu 5 bulan, diantaranya meliputi pelaksanaan seminar, penyebaran brosur dan pemasaiigan spanduk. Mengingat rumah sakit ini masih baru, maka belum pernah ada usaha untuk meneliti efektivitas bentuk promosi yang telah dilakukan. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana efektivitas bentuk promosi yang telah dilakukan oleh Rumah Sakit Duren Sawit. Efektivitas dalam hal ini didefinisikan sebagai kunjungan berobat. Sedangkan kualitas dinilai dan parameter tertentu dari masing-masing media promosi tersebut. Rancangan penelitian menggunakan disain cross sectional. Populasi adalah pasien yang berkunjung ke RS Duren Sawit pads 6 April-16 April 2004. Sampel yang diperlukan adalah 98 pasien baru rawat jalan yang terekspose salah satu bentuk promosi. Data dikumpulkan dengan menggunakan kuesioner_ Data dientri dengan Epi Info dan diolah dengan menggunakan Stata versi 7. Hasil menunjukkan bahwa responden terbanyak berusia kurang dari 40 tahun (51%), berjenis kelamin wanita (58,2%) sebagian besar responden bekerja di swasta (40,8%), dengan tingkat pendidikan terbanyak adalah SLTA (38,8%) dan sarjana (37,8%). Kategori waktu yang ditempuh responden dari rumah sampai ke Rumah Sakit Duren Sawit paling banyak adalah lebih dari 15 menit (49,0%). Berdasarkan bentuk promosi yang ada, bentuk promosi yang paling banyak terpajan oleh responden adalah spanduk. Persentase terbesar responden mengenal dan mengetahui keberadaan Rumah Sakit Duren Sawit adalah dari promosi melalui spanduk (73,3%). Responden paling banyak mengingat pesan dari media spanduk. Bentuk promosi yang paling efektif yang membuat pasien memutuskan untuk berobat ke Rumah Sakit Duren sawit adalah spanduk (64,3%). Sehingga disimpulkan bahwa bentuk promosi yang paling efektif adalah spanduk. Dinilai dari kualitasnya, umumnya kualitas masing-masing bentuk promosi sudah baik. Meskipun demikian masih ada parameter kualitas yang dinilai kurang yaitu warna spanduk yang kurang menarik, perlengkapan seminar yang kurang memadai dan pesan brosur yang kurang singkat dan padat. Dari hasil analisis bivaniat pada analisis tiap jenis media promosi, terlihat bahwa tidak ada hubungan antara kualitas dengan efekfivitas promosi. Akan tetapi bila melihat dari nilai OR, maka terdapat hubungan antara kualitas dengan efektifitas bentuk promosi spanduk dan brosur. Pada analisis antara faktor karakteristik responden dengan efektifitas bentuk promosi, ada faktor-faktor tertentu yang berhubungan dengan efektifitas bentuk promosi. Hal ini dapat digunakan untuk evaluasi bentuk promosi yang selama ini telah dilakukan oleh Rumah sakit duren Sawit. Sarannya adalah melakukan penelitian lanjutan dengan sampel yang lebih besar, memperbaiki parameter yang masih kurang baik dan mempertahankan parameter yang dinilai sudah baik. Selain itu lebih mempromosikan seminar ke masyarakat umum. Media spanduk perlu diperbanyak dan dipertahankan kualitasnya untuk mempromosikan Rumah Sakit Duren Sawit karena dengan media ini paling banyak terpajan, paling banyak dikenal responder, paling banyak diingat pesannya, dan paling banyak mendorong responden untuk berobat. Daftar bacaan :27.... (1993-2003)
The Effectiveness of Promotion Studies at Duren Sawit Hospital in 2004 In the event of advanced information era, many hospitals are challenged with various marketing programs in order to increase their sales and the number of outgoing patient treatment. One of the most common programs is through promotion. Duren Sawit hospital has been conducting several promotion activities for the past five months, arranged by its marketing department. The promotion activities include seminars, brochures distribution and banners. Since the hospital has merely been operating for a very limited number of years, there has not been any research assessing the effectiveness of the promotion activities. This paper analyzes the effectiveness of the promotion activities that has been managed by Duren Sawit Hospital. The probable relationship between the qualities of the promotion (banners, seminars and brochures) and the effectiveness of the promotion is examined. The effectiveness implies medical consultation, while qualities are evaluated through certain parameters from each of the promotion media. This research utilizes the cross sectional design. The population is all patients who paid a visit to Duren Sawit Hospital on 6-16 April 2004. The required samples are 98 patients that have been exposed by one of the promotion types. Data is admitted by Epi Info and processed by employing Stata version 7. The result confirms that most samples are : People aged under 40 (51%) Females (58,2%). Working in private companies (40,8%). High school graduates (38,8%). Graduates (37,8%). Requiring 15 minutes travel to Duren Sawit Hospitals (49,0%). Based on the existing promotion, banners play significant role. At the introduction level, respondents recognize Duren Sawit Hospital through banners hold the biggest percentage (73,3%). At the recognition level, most respondents remember after viewing banners. At the purchasing level, the most effective form of promotion to persuade respondents to have a medical treatment at Duren Sawit Hospital is banners. Therefore, it suggests that the most effective form of promotion is banners. In general, all forms of promotion have considerably good qualities. However, there are some flaws that have to be mended such as poor colors of the banners, incomplete seminars facilities and excessively long texts of the brochures. Bivariance analysis that is applied to every analysis on each form of promotion suggests that there is no relationship between qualities and the effectiveness of promotion. However, the OR value confirms that there is actually a relationship between qualities and the effectiveness of brochures and banners. Analysis on respondent characteristic factor with effectiveness of the form of promotion proposes that there are certain factors that relates with the effectiveness of forms of the promotion. This research is extendable by using more samples, correcting poor parameters and retains the good ones, and encouraging more seminars to community. Banners must be continuously developed and enhanced since this kind of form is proved to be the most efficient way to better position Duren Sawit Hospital. References: 27 books (1993-2003)
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T12761
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Otty Mitha Sevianti
Abstrak :
Salah satu fungsi yang paling utama dari sebuah rumah sakit adalah untuk menyediakan perawatan berkualitas tinggi terhadap semua orang termasuk pasien. Badan pemerintahan di rumah sakit, dalam hal ini pimpinan rumah sakit bertanggungjawab secara hukum maupun moral atas kualitas pelayanan yang diberikan kepada pasien ataupun mereka yang datang ke fasilitas pelayanan tersebut. Tanggungjawab ini kemudian didelegasikan kepada tenaga medis, keperawatan dan staf medis professional lainnya. Staf di dalam fasilitas pelayanan kesehatan rumah sakit berpegang pada praktisi informasi kesehatan untuk menganalisis dokumentasi rekam medis dan yang memperingatkan mereka akan adanya kekurangan atau inkonsistensi sehingga menyebabkan rekam medis menjada tidak lengkap atau tidak akurat. Setiap fasilitas pelayanan kesehatan berhak memutuskan jenis analisis yang akan dilakukan dan mengacu pada cara dokumentasi mereka dan kebijakan dari staf medis. Salah satu dari jenis analisis tersebut adalah analisis kuantitatif. Analisis kuantitatif dilakukan oleh praktisi informasi kesehatan dengan mengidentifikasi lembaran rekam medis yang tidak lengkap. Komponen dasar dari analisis kuantitatif meliputi telaahan rekam medis untuk: identifikasi penderita yang benar di setiap lembarnya, keberadaan seluruh laporan yang diperlukan, bukti keabsahan di semua lembaran dan praktek pencatatan yang baik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi angka ketidaklengkapan rekam medis rawat inap .dan untuk mengidentifikasi faktor - faktor penyebab terjadinya ketidaklengkapan rekam medis rawat inap Rumah sakit Duren Sawit. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan cross sectional dan menggunakan checklist dan wawancara mendalam. Hasil penelitian menunjukkan 62,50% nama penderita tidak tercantum, 72,22% nomor rekam medis tidak ada, 79,17% laporan - laporan yang diperlukan tidak ada dalam berkas rekam medis, 65,25% laporan keperawatan hilang, 84,72% tanpa nama pengisi rekam medis, 79,17% tidak mencantumkan waktu pemberian pelayanan medis dan 100% praktek pengkoreksian yang tidak sesuai acuan. Jumlah petugas rekam medis yang bertugas untuk mengevaluasi setiap berkas rekam medis yang rnasuk sangat kurang. Petugas tidak mempunyai SOP yang inendasari pekerjaannya sehingga tugas analisis tidak dapat dilakukan setiap hari. Evaluasi pelaksanaan rekam medis tidak mempunyai jadwal tertentu. Petugas rekam medis mempunyai kesulitan dalam menjalin komunikasi dengan tenaga medis dan pararnedis, terutama yang berkaitan dengan hasil evaluasi kelengkapan berkas rekam medis. Kelalaian dokter dan perawat dalam menyalin identitas penderita, kehadiran laporan yang perlu, bukti keabsahan dan praktek pencatatan yang baik. Kebijakan yang dikeluarkan panitia rekam medis tentang sanksi kedisiplinan belum ada serta evaluasi kerja panitia dan tindak lanjut hasil telaahan belum dapat berjalan dengan lancar. Pimpinan rumah sakit perlu membenahi kebijakan khususnya untuk panitia rekam medis dan SOP bagi staf, serta penyediaan tenaga rekam medis yang memadai. Saran yaitu peningkatan kemampuan dan ketrampilan petugas rekam medis dengan adanya pelatihan, pembuatan formulir pemberitahuan untuk tenaga pengisi rekam medis yang lalai untuk melengkapinya, memeriksa rekam medis sebelum dikembalikan ke subsie rekam medis, mengadakan seminar sehari untuk staf medis dan perawat untuk mensosialisasikan instruksi pengisian rekam medis yang benar, pertemuan rutin untuk mengevaluasi hasil telaahan analisis kuantitatif, membuat kebijakan tentang sanksi kedisiplinan serta membuat SOP untuk semua personil yang terkait. Hal terpenting adalah adanya manajemen resiko untuk meminimalkan resiko yang ditimbulkan oleh rekam medis yang tidak lengkap. Daftar Pustaka: 25 (1986 -- 2004).
Analyzing the Completeness of Inpatient Medical Record in Duren Sawit Hospital 2004 JakartaThe primary function of a hospital is to provide high quality patient care to all persons, including inpatients. The governing body of the hospital is both legally and morally responsible for the quality of care rendered to all patients within or attending a facility. This responsibility is in turn delegated to medical, nursing and other health professional staff. A health care facility's staff relies on health information practitioners to analyze medical record documentation and notify them of omissions or inconsistencies which make the medical record incomplete or inaccurate. Each health care facility decides on the type of analyses to be done according to their documentation and medical staff policies. One of the analyses type is quantitative analysis. Quantitative analysis is performed by health information practitioners to identify areas of the medical record that are incomplete. The basic components of quantitative analysis include a review of the medical record for: correct patient identification on every form, presence of all necessary reports, required authentication on all entries, and good recording practice. The objective of this research is to identify the incompleteness of inpatient medical records and to identify factors that caused incompleteness of inpatient medical records in Duren Sawit Hospital. This is a qualitative research with a cross sectional approach using checklist and in depth interviews. Results are 62,50% blank patient's names, 72,22% blank medical record numbers, 79,17% incomplete reports, 65,28% missing nursing reports, 8432% without provider's name on it, 79,17% didn't write time of care given by the provider and 100% bad recording practice. Numbers of health information practitioners are below the standard, practitioners do not have SOP for their work guidance, there is no monthly schedule to evaluate medical record. Practitioners have difficulties to communicate with doctors and nurses. Doctors and nurses do not write correct patient identification. Presence of all necessary reports, required authentication on all entries, and good recording practice. There is no disciplinary action to be taken for those who have incomplete medical records. Hospital director must set SOP for all the hospital staff. Suggestions: more in-house training for the medical record practitioners, query for the medical staff and nurses to warn them about incomplete medical record, check status before return the medical record, to hold an internal one day seminar for medical staff and nurses, routine meeting to evaluate the findings from quantitative analysis, SOP for the medical record practitioners. The most important thing is to have a risk based management to minimized the risk occurred by the incomplete medical records. Bibliography: 25 (1986 -- 2004)
Depok: Universitas Indonesia, 2004
T13141
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Solichien
Abstrak :
Ischialgia merupakan gejala dari penyakit yang menyerang saraf Ischiadicus dan banyak dijumpai di poliklinik Saraf RS Duren Sawit. Penyakit ini tidaklah fatal akan tetapi cukup memberikan penderitaan bagi yang menderitanya. Rasa sakit di bokong yang menjalar ke tungkai merupakan ciri khas penyakit ini,dan sering menimbulkan gangguan untuk aktivitas sehari-hari. Penatalaksanaan penyakit ini,umumnya hanya berupa pengobatan konservatif dengan pemberian anti inflamasi, sambil menunggu regerasi saraf yang teriritasi. Kerugian ekonomis yang ditimbulkan oleh penyakit ini sangatlah besar, belum lagi jika dilihat dari tidak dapatnya penderita bekerja akibat sakitnya. Apalagi jika dinilai penderitaan yang diakibatkan penyakit ini sangat mengganggu dan cukup lama. Untuk itu diperlukan terobosan baru bagi penatalaksanaan penyakit ini. Operasi memang dapat menyembuhkan penyakit ini akan tetapi membutuhkan biaya yang tidak sedikit, belum lagi resiko komplikasi operasi dan kemungkinan relaps. Blok Saraf adalah upaya lain yang selain murah, mudah dilaksanakan dan secara cepat dapat menghilangkan nyeri yang diakibatkan penyakit ini. Dari hasil penelitian yang dilakukan di Poliklinik Saraf RS Duren Sawit ini dimana penderita diberi tindakan blok saraf, selain diberi obat konservatif dibandingkan dengan pemberian obat saja ternyata tindakan blok saraf terbukti lebih cost effective untuk menyembuhkan penyakit ini. Dengan keberhasilan tindakan blok saraf untuk kasus Ischialgia,kedepan, dapat juga untuk dilakukan percobaan untuk kasus nyeri bagi penyakit lain. ...... Cost Effectiveness Analysis Symptomatic Treatment of Ischialgia Patient in Policlinic Neurology Duren Sawit Hospital, 2004Ischialgia, symptom of disease that affect Ishciadicus nerves is found in many of ,. the patient in Policlinic Neurology Duren Sawit Hospital. This disease is not categorized as a deadly one although it can give severe pain to the patient. The throbbing sensation start from, the buttock goes down to the leg is the specific character of this disease which often impair patient daily. Medical treatment is generally done by giving an anti inflammatory drug while waiting for the irritated nerves to regenerate themselves. Economic loss caused by this diseases is substantial as the patients are usually unable to do their activity due to severe pain for a quite long period of time. The new breakthrough medical treatment for these diseases is done through surgery, though the expense will not be small and the risk of complication as well as disease relapse makes this option not being preferred. Blocking the peripheral nerve is another option that has been considered as easier, cheaper and quicker in eliminating the back pain sensation. The result of this experimental study which compare the treatment of Nerve Block plus drugs with drugs treatment only have proven that The Nerve Block treatment is more cost effective than conventional treatment. With this successful finding, it is recommended to perform Nerve Blocking treatment to other cases of ischialgia.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2004
T13119
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library