Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sinaga, Harez Posma
"ABSTRAK
Perancangan Ulang Employee Assistance Programs di PT XYZ
(56 halaman + viii halaman, I tabel, l gambar, 4 Iampiran)
Sejak tahun 2004 PT XYZ menyediakan layanan Employee Assistance
Programs (EAP) untuk membantu para karyawannya mengatasi
pcrmasalahan pribadi maupun permasalahan yang berhubungan dengan
pekerjaannya. Model layanan yang diporgunakan adalah model layanan
internal, yang ditangani oleh satu orang konselor yang juga menjabat salah
satu jabatan struktural di PT XYZ serta mempakan pimpinan koperasi
karyawan. Layanan tcrscbut terhenti pada bulan Maret 2006, karena
konselor tersebut dialihtugaskan. Pimpinan Human Capital Development
PT XYZ berkeinginan untuk mengevaluasi layanan EAP tcrsebut sehelum
mengaktifkannya kembali.
Bcrdasarkan kajian yang dilakukan terhadap pelaksanaan EAP di PT XYZ
selama ini dan juga terhadap sejumlah lileratur terkait, dirckomendasikan;
1. Layanan EAP tetap perlu dilaksanakan di PT XYZ.
2. Penggunaan model layanan kombinasi internal-ekstcrnal.
3. Pengcmban gan program-program yang berorientasi prcvenlif.
4. Pengcmbangan variasi mctode layanan, tcrmasuk pcmanfaatan
thsilitas teknologi intbrmasi di PT XYZ, khususnya HCIS dan ponzal
E~HR, Serta mengintcgrasikannya dengan knowledge mcmagemen!
yang diterapkan di PT XYZ.
5. Penggunaan konsultan yang memiliki keahlian dan pengalaman di
bidang layanan EAP, scbagai pendamping dalam mengembangkan
layanan EAP di PT XYZ.
Dengan mengimplcmenlasikan rekomendasi terscbul di atas, layanan EAP
di PT XYZ diharapkan dapal menunjang stratcgi PT XYZ."
2006
T34189
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
"ABSTRAK
Konsep muka, cara kerja muka, dan model kesantunan dalam komunikasi dokter-pasien adalah berdasarkan pendekatan
English for Academic Purposes: medical yang terkait dengan arti muka sebagai konstruk sosial. Penelitian ini menginvestigasi sapaan dalam bentuk kata ganti orang kedua yang berdasarkan sistem kekerabatan dalam bentuk sapaan untuk menunjukkan rasa hormat dan disukai oleh pasien di Indonesia. Terdapat dua puluh enam (26) pasien
rawat-jalan pria dan empat puluh (40) pasien rawat-jalan wan
ita. Data dari kuesioner terdiri dari jenis kelamin, umur, pendidikan, status pernikahan dan bentuk sapaan dalam bentuk kata ganti orang kedua yang disukai pasien rawat-jalan. Data tersebut dianalisa menggunakan ?model interaksi?. Hasil penelitian menunjukkan akan pentingnya penggunaan bentuk sapaan dalam bentuk kata ganti orang kedua berdasarkan sistem kekerabatan untuk menunjukkan rasa hormat.Kata ganti orang kedua yang disukai oleh pasien rawat jalan adalah sebagai berikut: Bapak, Mas, Dik, Ibu, Mbak, dan
Adek. Bagi pasien rawat jalan wanita, mereka lebih menyukai
bila dipanggil Ibu daripada Mbak bila sudah menikah. Di
lain pihak, pasien rawat pria memilih Bapak, untuk yang sudah menikah, daripada Mas. Jadi dapat disimpulkan bahwa pilihan yang disukai pasien untuk bentuk kata sapaan yang berdasarkan kesantunan bukan hanya perbedaan umur namun adanya perbedaan status pernikahan. Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang hanya menyatakan faktor umur saja yang menentukan penggunaan kata ganti orang kedua untuk menunjukkan rasa hormat.

Abstract
The concept of face, face work and politeness model in the doctor-patient communication which is based on English for Academic Purposes: medical relied on the face as a social construct. This study investigates greeting in the form of second person pronoun based on the kinship system in terms of address to show respect as preferred by patients in Indonesia. There were twenty-six (26)
male out-patients and forty (40) female patients. Data from the questionnaire consist of patients? gender, age, education, marital status and preferred second person pronoun in terms of address. They
were analyzed using the ?interaction mode
l?. The research showed on the importance of the use of greetings in the form of second person pronoun based on kinship system to show respect preferred as follows: Father/Bapak, ElderBrother/Mas, Younger Brother/Dik, Mother/Ibu,Elder Sister/Mbak,and Younger Sister/
Adek. The married female patients prefer Mother/
Ibu rather than Older Sister/ Mbak and the married male patients prefer Father/ Bapak rather than Older Brother/Mas. Thus, the patients? choices on terms of address were based not only on age but marital status. These findings were different from the previous research as it was based on age to show respect. "
[Universitas Negeri Malang. Fakultas Sastra;Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat UI, Direktorat Riset dan Pengabdian Masyarakat Universitas Indonesia], 2012
J-pdf
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Emalia Iragiliati Sukarni
"The concept of face, face work and politeness model in the doctor-patient communication which is based on English for Academic Purposes: medical relied on the face as a social construct. This study investigates greeting in the form of second person pronoun based on the kinship system in terms of address to show respect as preferred by patients in Indonesia. There were twenty-six (26) male out-patients and forty (40) female patients. Data from the questionnaire consist of patients? gender, age, education, marital status and preferred second person pronoun in terms of address. They were analyzed using the ?interaction model?. The research showed on the importance of the use of greetings in the form of second person pronoun based on kinship system to show respect preferred as follows: Father/ Bapak, Elder Brother/Mas, Younger Brother/Dik, Mother/Ibu, Elder Sister/Mbak, and Younger Sister/Adek. The married female patients prefer Mother/Ibu rather than Older Sister/Mbak and the married male patients prefer Father/Bapak rather than Older Brother/Mas. Thus, the patients? choices on terms of address were based not only on age but marital status. These findings were different from the previous research as it was based on age to show respect.

Konsep muka, cara kerja muka, dan model kesantunan dalam komunikasi dokter-pasien adalah berdasarkan pendekatan English for Academic Purposes: medical yang terkait dengan arti muka sebagai konstruk sosial. Penelitian ini menginvestigasi sapaan dalam bentuk kata ganti orang kedua yang berdasarkan sistem kekerabatan dalam bentuk sapaan untuk menunjukkan rasa hormat dan disukai oleh pasien di Indonesia. Terdapat dua puluh enam (26) pasien rawat-jalan pria dan empat puluh (40) pasien rawat-jalan wanita. Data dari kuesioner terdiri dari jenis kelamin, umur, pendidikan, status pernikahan dan bentuk sapaan dalam bentuk kata ganti orang kedua yang disukai pasien rawat-jalan. Data tersebut dianalisa menggunakan ?model interaksi?. Hasil penelitian menunjukkan akan pentingnya penggunaan bentuk sapaan dalam bentuk kata ganti orang kedua berdasarkan sistem kekerabatan untuk menunjukkan rasa hormat. Kata ganti orang kedua yang disukai oleh pasien rawat jalan adalah sebagai berikut: Bapak, Mas, Dik, Ibu, Mbak, dan Adek. Bagi pasien rawat jalan wanita, mereka lebih menyukai bila dipanggil Ibu daripada Mbak bila sudah menikah. Di lain pihak, pasien rawat pria memilih Bapak, untuk yang sudah menikah, daripada Mas. Jadi dapat disimpulkan bahwa pilihan yang disukai pasien untuk bentuk kata sapaan yang berdasarkan kesantunan bukan hanya perbedaan umur namun adanya perbedaan status pernikahan. Hasil ini berbeda dengan penelitian sebelumnya yang hanya menyatakan faktor umur saja yang menentukan penggunaan kata ganti orang kedua untuk menunjukkan rasa hormat."
State University of Malang. Faculty of Letters, 2012
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Watts, David Alistair
"This article briefly describes the phenomenon of language transfer, or first language interference, for Japanese learners of English and suggests one method of raising intermediate level English students' awareness of this phenomenon in a Japanese undergraduate Academic English class. Class activities and homework tasks are described, student feedback is presented and conclusions are drawn. It is hoped that this article might prove useful to teachers of EAP at the tertiary level of education, in particular Japan, and more generally in the sector elsewhere."
Osaka: Graduate School of Language and Culture, Osaka University, 2019
400 FRO 2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Indy Zahirah Aprilia
"Seiring dengan perkembangan globalisasi, kebaragaman di tempat kerja merupakan hal yang tidak dapat dielakkan lagi. Salah satunya adalah meningkatnya keberagaman gender di tempat kerja seiring peningkatan partipasi perempuan sebagai tenaga kerja. Namun, beberapa penilitan memukan bahwa peningkatan partisipasi perempuan masih diselimuti dengan konflik-konflik kesetaraan gender di tempat kerja. Selain itu, beberapa penelitian juga menemukan bahwa pekerja perempuan dinilai lebih rentan mengalami masalah stres kerja yang disebabkan oleh konflik struktural maupun masalah personal. Dalam mengatasi masalah pekerja, perusahaan dapat memanfaatkan layanan kesejahteraan pekerja seperti employee assistance program (EAP) yang menawarkan proses pemberian bantuan kepada karyawan melalui konseling. Mempertimbangkan dunia kerja yang semakin beragam secara gender, EAP sebagai praktik pekerjaan sosial harus mempertimbangkan segala aspek kehidupan klien dan menerapkan analisis gender dalam pemberian layanan untuk memahami faktor-faktor yang melatarbelakangi masalah karyawan yang disebabkan oleh faktor gender. Meskipun partisipasi perempuan semakin meningkat, masih belum banyak penelitian yang membahas keberagaman gender melalui kacamata EAP dan bagaimana EAP menerapkan analisis gender untuk menjawab kebutuhan pekerja perempuan. Melalui pendekatan kualitatif, penelitian ini bertujuan untuk menggambarkan secara deskriptif pemahaman praktisi EAP terkait keberagaman gender di tempat kerja dan strategi yang mereka gunakan untuk menerapkan pemahaman tersebut dalam menangani masalah pekerja perempuan. Untuk memenuhi tujuan penelitian, informan dipilih menggunakan teknik purposive sampling dan snowball sampling dan terkumpul lima orang informan meliputi empat praktisi EAP di suatu lembaga penyedia layanan kesejahteraan pekerja dan satu kepala lembaga. Data dikumpulkan melalui proses wawancara mendalam selama empat bulan, mulai dari Maret hingga Juni 2024. Hasil penelitian menunjukkan bahwa informan telah memiliki pemahaman mendalam mengenai keberagaman gender dan signifikansinya terhadap kehidupan karyawan. Pemahaman ini tercermin dalam strategi yang mereka gunakan untuk mengintegrasikan pendekatan sensitif gender dalam menangani klien pekerja perempuan. Implikasi dari penelitian ini adalah bahwa ketika praktisi EAP memiliki pemahaman yang mendalam terkait keberagaman gender, maka mereka dapat memberikan intervensi yang peka terhadap gender klien sehingga lebih relevan dengan masalah klien.

With the advancement of globalization, diversity in the workplace is unavoidable. One aspect of this is the increasing gender diversity in the workplace, alongside the rising participation of women in the workforce. However, some studies find that increased women's participation in the workforce is still accompanied by gender equality conflicts. Additionally, several studies also find that female workers are more vulnerable to experiencing work stress due to structural conflicts or personal issues. To address employee problems, companies can utilize employee welfare services such as the employee assistance program (EAP), which offers counseling assistance to employees. Considering the increasingly gender diversity in the workplace, EAP as a social work practice must consider all aspects of clients' lives and apply gender analysis in service provision to understand the underlying factors that cas cause employee problems, such as gender factors. Despite the increasing participation of women, there is still a lack of research discussing gender diversity through the lens of EAP and how EAP applies gender analysis to meet the needs of female workers. Through a qualitative approach, this study aims to descriptively illustrate EAP practitioners' understanding of gender diversity in the workplace and the strategies they use to apply this understanding in addressing the issues faced by female workers. To fulfill the research objectives, informants were selected using purposive sampling and snowball sampling techniques, resulting in five informants comprising four EAP practitioners from an employee welfare service provider and one head of the institution. Data were collected through in-depth interviews over four months, from March to June 2024. The study's findings indicate that informants have a deep understanding of gender diversity and its significance in employees' lives. This understanding is reflected upon their strategies to integrate gender- sensitive approaches in handling female employee clients. The implication of this study is that when EAP practitioners have a profound understanding of gender diversity, they can provide gender-sensitive interventions that are more relevant to clients' issues."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library