Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 171 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Siti Khusnul Ch
Abstrak :
Gangguan kesehatan mental yang merupakan gejala awal kesehatan jiwa khususnya depresi memberikan kontribusi yang besar bagi beban penyakit. Depresi menjadi beban penyakit nomor tiga di seluruh dunia, menempati urutan kedelapan di negara-negara berkembang, dan menempati urutan pertama pada negara dengan penghasilan menengah keatas. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui prevalensi dan faktor-faktor yang berhubungan dengan gangguan mental emosional pada lansia Perdesaan di Indonesia. Design study yang digunakan adalah cross-sectional menggunakan data lanjutan dari hasil Riskesdas 2013 dengan sampel lansia berusia ≥60 tahun yang berada di wiayah Perdesaan di Indonesia dan memiliki data variabel lengkap yang dibutuhkan dalam penelitian ini yaitu 49246 sampel. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa umur lansia ≥75 tahun berisiko 1.7 kali (95%CI=1.614- 1.809), perempuan berisiko 1.4 kali (95%CI=1.364-1.517), status perkawinan yang tidak menikah berisiko 1.7 kali (95%CI=1.370-2.201), pendidikan rendah berisiko 3.1 kali (95%CI=1.965-4.710), tidak bekerja berisiko 2.2 kali (95%CI=2.060-2.218), status sosial ekonomi terbawah berisiko 1.8 kali (95%CI=1.633-2.138), status gizi kurang berisiko 1.6 kali (95%CI=1.500-1.706), memiliki penyakit kronis berisiko 1.9 kali (95%CI=1.783-1.984), mengalami disabilitas berisiko 8 kali (95%CI=7.446-8.727), kurang aktifitas fisik perminggu berisiko 1.6 kali (95%CI=1.468-1.759), dan tidak merokok memproteksi 0.6 kali (95%CI =0.619-0.711) untuk mengalami gangguan mental emosional didaerah Perdesaan. Kesimpulan, bagi lansia sebaiknya mempunyai aktifitas baik dirumah ataupun diluar rumah, menerapkan pola hidup sehat agar menurunkan faktor risiko gangguan mental emosional dan mendekatkan diri kepada Allah SWT agar hati dan jiwa tentram, serta berpikir positive. ...... Mental health disorders are early symptoms of mental health, especially depression that provide a major contribution to the burden of disease. Depression become number three worldwide burden of disease, number eight in developing country and become the first in developed country. This study aims to determine the prevalence of and factors associated with emotional mental disorders on elderly in Indonesian rural areas. Design study is cross-sectional, use of advanced Riskesdas 2013 data with sample of elderly aged ≥60 years who are in rural area in Indonesia and variable data required in this study is 49.246 samples. The results of this study indicate that the elderly ≥75 years of age at risk of 1.7 (95% CI = 1614-1809), women at risk of 1.4 (95% CI = 1364-1517), not married (marital status) at risk of 1.7 (95% CI = 1370-2201), low education risk 3.1 times (95% CI = 1965-4710), unemployee at risk of 2.2 (95% CI = 2060-2218), socioeconomic status, the lowest risk of 1.8 (95% CI = 1633-2138 ), nutritional status is less risk of 1.6 (95% CI = 1500-1706), had 1.9 times the risk of chronic disease (95% CI = 1783-1984), disability risk 8 times (95% CI = 7446-8727), less physical activity at risk of 1.6 (95% CI = 1468-1759), not eating fruit at risk 1.2 times (95% CI = 1191-1399), vegetable consume less risk 1.4 times (95% CI = 1389-1547) and not smoke protect 0.6 times (95% CI = 0619-0711) for mental emotional disorder in rural areas. Conclusion, for elderly women should have a good activity at home or outside the home, adopting a healthy lifestyle in order to lower the risk factors for mental disorders of emotional and pray a lot to Allah SWT to be the heart and soul at ease, as well as positive thinking.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S63754
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Sholeh
Abstrak :
Tesis ini bertujuan untuk menguji hubungan antara aspek-aspek dari kecerdasan emosional, itsar (altruism), dan spiritualitas dengan kepuasan kerja. Pada penelitian ini variable independent (IV) berjumlah 15 dan kepuasan kerja sebagai dependent variable (DV). Dengan teknik sampel total, diperoleh sampel sebanyak 66 orang guru yang bekerja di Sekolah Dwi Matra. Data penelitian diolah dengan metode regresi linear berganda dengan taraf signifikansi 0,05. Hasil dan kesimpulan penelitian ini membuktikan bahwa ada hubungan antara aspek-aspek kecerdasan emosional, itsar (altruism), dan spiritualitas dengan kepuasan kerja (r=0,577) namun tidak signifikan (sig 0,090). Nilai R2 dari seluruh varabel yang diujikan sebesar 0,333 atau setara dengan 33 %. Aspek self awareness merupakan satusatunya variabel bebas yang terbukti berkorelasi positif dengan kepuasan kerja (sig.0.039, R2 : 0,130). Aspek ini perlu menjadi prioritas jika akan dilakukan intervensi kepuasan kerja pada guru di Sekolah Dwi Matra. ......This thesis aims to examine the relationship between aspects of emotional intelligence, itsar (altruism), and spirituality with job satisfaction. In this study, the independent variable (IV) amounted to 15 and job satisfaction as the dependent variable (DV). With this technique the total sample, obtained a sample of 66 teachers who work at Sekolah Dwi Matra,Jakarta. The research data were processed by the method of multiple linear regression with a significance level of 0.05. Results and conclusions of this study prove that there is a relationship between aspects of emotional intelligence, itsar (altruism), and spirituality with job satisfaction (r = 0.577) but not significant (sig .090). R2 values of all tested variable of 0.333, equivalent to 33%. Aspects of self-awareness is the only independent variables that proved to be positively correlated with job satisfaction (sig.0.039, R2: 0.130). This aspect needs to be a priority if the intervention will be conducted on teacher job satisfaction at Sekolah Dwi Matra.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2011
T29665
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Hong, Euny
Abstrak :
Nunchi, indra keenam orang Korea untuk membaca keadaan dan memahami apa yang dipikirkan dan dirasakan orang lain, telah dipraktikkan selama lebih dari 5.000 tahun dan diyakini telah melambungkan Korea dari salah satu negara termiskin menjadi salah satu negara paling maju di dunia. Para orangtua di Korea percaya bahwa mengajarkan nunchi pada anak mereka sama pentingnya dengan mengajari anak mereka menyeberang jalan dengan selamat. Nunchi adalah suatu bentuk kecerdasan emosional yang dapat dipelajari siapa pun. Yang kita butuhkan hanyalah mata dan telinga untuk memperhatikan orang lain, bukan menonjolkan diri sendiri. Buku ini akan menunjukkan caranya.
Jakarta: Gramedia Pustaka Utama, 2022
155.25 HON n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Lukman
Abstrak :
Setiap organisasi/instansi baik itu swasta maupun pemerintah selalu mengharapkan dapat tumbuh dan berkembang dengan baik, sehingga mampu meningkatkan pelayanan sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Seperti halnya Lembaga Pemasyarakatan (selanjutnya disebut Lapas) dan Rumah Tahanan Negara (selanjutnya disebut Rutan) merupakan instansi pemerintah yang bertanggung jawab sepenuhnya terhadap pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan (selanjutnya disebut Warga Binaan Pemasyarakatan disingkat WBP). Kesuksesan pembinaan sangat bergantuug dari beberapa hal, salah satunya dipengaruhi oleh integritas sumber daya manusianya (petugas). Untuk meningkatkan kemampuan dan keterampilan petugas diperlukan proses pembelajaran dalam program pelatihan. Pengembangan petugas yang sudah ada jauh lebih efektif daripada merekrut dan mendidik karyawan baru. Pelatihan merupakan alternatif yang paling menguntungkan (Baker, 2003). Permasalahan yang diusung dalam penulisan tugas akhir ini adalah tentang rancangan program pelatihan terhadap petugas Lapas/Rutan dengan meningkatkan kecerdasan emosional. Kecerdasan emosional merupakan salah satu jenis pelatihan dalam bidang kajian perubahan sikap dan perilaku. Dari hasil telaahan selama melakukan analisa kebutuhan, penulis menganggap ini penting karena petugas (petugas pengamanan) selama melaksanakan tugasnya seringkali terbentur dengan ketidakmampuan petugas dalam mengendalikan emosi sehingga cenderung melakukan kekerasan. Untuk itu, pelatihan ini diharapkan mampu membangun sebagian dari kompetensi petugas dalam menghadapi segala pennasalahan yang ada di Lapas / Rutan sehingga tercipta iklim kerja yang kondusif.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2007
T17790
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zulfaifo Iqomaddin
Abstrak :
Penelitian ini bertujua untuk mengetahui pengaruh religiusitas dan kecerdasan emosional terhadap konsep diri pada Santri Remaja di Pesantren Tradisional. Hipotesis yang diajukan adalah (1) Terdapat pengaruh signifikan religiusitaS terhadap knnsep diri pada santri remaja di pesantren tradisional. (2) Terdapat pengaruh signifikan kecerdasan emosional terhadap konsep diri pada santri remaja di pesantren tradisional. (3) Terdapat pengaruh signifikan kecerdasan emosional dan religiuisitas secara bersama-sama terhadap konsep diri pada santri remaja di pesantren tradisional. Alat pengungkap data yang digunakan adalah Skala Religiusitas, yang terdiri 1. Skala Religiusitas 2. Skala Kecerdasan Emosional dan Skala Konsep Diri Responden penelitian ini adalah santri remaja di pesantren tradisional. Jumlah keseluruhan subjek sebanyak 40 orang, Pemilihan subjek dilakukan dengan incidental sampling. Disain Penelitian ini adalah non eksperimen dengan pendekatan kuantitatif serta menggunakan metode ex post facto, Regresi linier digunakan untuk menganalisa data dengan bantuan SPSS. Hasil penelitian diketahui bahwa; (1) Terdapat pengaruh signffikan Religiusitas terhadap Konsep Diri sebesar 75,3 %. (2) Terdapat pengaruh signifikan Kecerdasan Emosional terhadap Konsep Diri sebesar 80, 1%. (3) Terdapat pengaruh yang signifikan Religiusitas dan Kecerdasan Emosional secara bersama-sama terbadap Konsep Diri sebesar 82,0%, sedangkan sisanya yaitu 18,0% (100% - 82,0%) dapat dijelaskan oleh faktor-faktor penyabab lainnya.
Depok: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2009
T26960
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Baskoro Adiwiyono
Abstrak :
Di abad 21 ini, memenangkan persaingan tidak hanya sekedar soal menguasai pangsa pasar (market share) atau pangsa pikiran (mind share) konsumen, yang utarna adalah memenangkan pangsa hati (heart share). Kartajaya (2002) dan Gobe (2001) berpendapat bahwa pangsa hati konsumen hanya dapat dimenangkan jika sisi emosional konsumen dapat disentuh. Salah satu caranya adalah melalui produk berbasis nilai. Akhir-akhir ini, fenomena bisnis berbasis nilai berkembang marak. Salah satunya adalah yang berbasis nilai Islami, atau yang dikenal sebagai bisnis syariah. Bisnis syariah terbagi menjadi dua sektor, yaitu sektor riil dan keuangan. Dalam sektor keuangan-yang pertumbuhannya sangat pesat-isu yang berkernbang adalah adanya dikotomi pasar syariah, yaitu pasar rasional dan pasar cmosional. Menurut Syaiii Antonio (2008), “pasar rasional adalah konsumcn yang secara umum sensitif terhadap perbedaan harga, varietas produk, bonafiditas lembaga, dan kualitas Iayanan. Prinsip mereka adalah "bo1eh syariah dan halal asal kompetitif; jikalau tidak, terpaksa saya mencari yang lain (p. xiii). Sementara pasar emosional diartikan sebagai kumpulan nasabah yang datang ke perusahaan atau lembaga keuangan syariah karena pertimbangan halal-haram, didorong oleh kekhawatiran akan praktek riba dan konsiderasi ukhrawi lainnya. Pasar ini dinilai kurang pcduli akan kualitas pclayanan maupun ketersediaan jaringan. Namun apakah benar konsumen pasar emosional ini dalam mengambil keputusan untuk mengonsumsi produk/layanan keuangan syariah hanya mempertimbangkan faktor emosi semata tanpa rasio? Bagaimana sebenarnya proscs pengambilan keputusan konsumen dalam pasar emosional bcrbasis nilai Islami ini? Faktor-faktor apa saja yang rnempengaruhinya? Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mcngctahui bagaimana proscs pcngambilan kcpulusan konsumen dalam pasar emosional berbasis nilai untuk produk/layanan keuangan syariah, serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Proses pengambilan keputusan pada dasamya merupakan serangkaian upaya yang dilakukan konsumen untuk memproses berbagai informasi akan suatu produk untuk lalu dijadikan dasar untuk mcngambil kcputusan, mcmilih salah satu di antara alternatif yang tersedia, yang sesuai dengan kebutuhan dan dinilai paling menguntungkan. Faktor-faktor yang mempengaruhinya antara lain adalah faktor internal, seperti motivasi, konsep diri, emosi, dan beberapa faktor eksternal seperti keluarga, budaya, serta aktivitas pemasaran. Sementara nilai menurut Solomon (2007) adalah “suatu kcyakinan dimana sebuah kondisi lebih diingini dibandingkan dengan kondisi yang sebaliknya” (p. 136). Serangkaian nilai yang dimiliki konsumen memiliki peranan yang sangat penting dalam aktivitas konsumsi. Salah satu sistem nilai tersebut adaiah nilai agama, dengan pcmahamannya yang beragam pada masing-masing individu. Penelitian ini menggunakan metode kuaiitatif untuk menjelaskan proses pengambilan keputusan konsumen pasar emosional berbasis nilai ini sebagai sebuah realita sosial yang berkembang di masyarakat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa benang merah permasalahan dalam proses pengambilan keputusannya adalah kebutuhan untuk menyelaraskan antara aspek-aspek dalam kehidupan informan dengan nilai yang mereka anggap penting, yaitu nilai-nilai Islami. Konsumen pasar emosional cenderung untuk tidak melakukan perbandingan antar merek yang satu dengan lainnya, serta mengabaikan informasi yang datang dari sumber komersial. Hal ini diduga disebabkan karena motivasi yang berlandaskan faktor-faktor emosional, sehingga konsumen tidak merasa perlu untuk menggali informasi maupun melakukan perbandingan unsur-unsur yang bersifat teknis (rasional) dalam suatu produk/layanan syariah. Mereka lebih mengandalkan sumber informasi internal, yaitu low-involvement learning. Evaluasi pasca pembelian pun sifatnya tidak utuh, hanya bersandar pada faktor emosi, yaitu perasaan tenang karena merasa sudah menjalankan syariah agama. Selama kepuasan ini dapat terjaga, maka kemungkinan besar konsumen tidak akan mempertimbangkan kembali keputusan yang telah diambil. Tantangan bagi lembaga layanan keuangan syariah adaiah menyusun program kommmikasi pemasaran yang tepat agar merek produk/layanan yang mereka komunikasikan dapat menjadi top-of mind awareness sehingga mudah untuk dibangkitkan dalam low-involvement learning. ......In the 21” century, being a champion is not about winning market share or mind share, but beyond them, it‘s about heart share. Kartajaya (2002) and Gobe (2001) agreed that the only way to win consurner’s heart share is by touching their emosional inside, which one can attain through value based product. Recently, the value based business has been growing rapidly. One of the them is the Islamic value based, known as syariah business. Syairah business is divided in two main sectors, real and financial sector. In financial sector-which rapidly growing-the issue is about the dicotomy of syariah market, rational and emotional market. As to Syafii Antonio (2008), “rational market is consumer who is sensitive to price difference, product varieties, institution’s credibility, and service quality. What they have in mind about syariah is "I’ll go with syariah because it’s safe and halal, but only as long as it’s competitive; otherwise, l’d better look for something else ”” (p. xiii). Emotional market is they who consume syariah product/service based on halal-haram thought, the need to sterilize themselves from bank interest, and other ukhrawi considerations. This market was perceived as less care on service quality as well as network availability. Is it true that in making decision, consumer in emotional market only consider emotional factor and totally disregard rational aspects? How is actually the process of decision making by Islamic value based emotional market consumer? What are the factors that influence the process? The objective of this research is to understand how the process was made, why, and to identify the factors that influence the process. Consumer decision making process, generally, is a series of consumer’s effort to process information about certain product which to be used as useful guide of making decision, selecting one out of many available altematives, that suites the need with least cost. Factors that influence the process are internal factors, such as motivation, self concept, emotion, as well as extemal ones, like family, culture, and marketing activity. As to Solomon (2007), “value is a belief that some condition is preferable to its opposite” (p. 136). A person’s set of values plays a very important role in consumption activities. One of those set of values is religion, which can be varied according to a person's understanding and perception. The researcher choose qualitative approach to describe value based emotional market consumer decision making process as a growing social phenomenon. This research shown that the bottomline problem in consumer decision making process is the need to synchronize between their life aspects and important value in their lives, the Islamic value. 'l`he'tendencies of consumer in emotional market are to make least evaluation or comparison between brands, and neglect the information coming from commercial sources. Assuming their basic motivation was emotional reasons, they might find it unnecessary to seek for more info, or even compare between technical (rational) aspects within syariah product. They will rely more on intemal source, which is low-involvement learning. Post-purchase evaluation in the value based emotional market consumer decision making process is appeared to be incomplete. It was done merely based on emotional factor, which is the serenity felt by conducting it as to syariah. As long as the consumer managed to keep t.his satisfaction in hand, they will unlikely reconsider the decision. The real challenge for syariah iinancial institution is to develop proper marketing communication program to get their brands into consumer mind and become the top-of-mind awareness, thus, easier to be recalled in low-involvement learning.
Jakarta: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
T33858
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Zackya Yahya Setiawan
Abstrak :
ABSTRAK Latar belakang dan tujuan Pekerja redaksi merupakan aset utama bagi suatu perusahaan media cetak. Mereka bekerja dengan deadline yang sangat ketat, oleh karena itu mereka harus senantiasa sehat secara fisik, mental dan sosial. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keberadaan stres kerja dan hubungannta dengan kecenderungan gejala gangguan mental emosional. Metode penelitian ini menggunakan desain potong melintang dengan analisis perbandingan internal. Data yang dikumpulkan meliputi karakteristik sosiodemografi responden, karakteristik lingkungan kerja, data pengukuran stres kerja dengan menggunakan kuesioner Survey Symptomp Check List 90 (SCL-90), serta data pengukuran tingkat kebisingan, pencahayaan, dan suhu kelembaban di lingkungan kerja. Hasil Dari 100 responden didapatkan prevalensi kecenderungan gejala gangguan mental sebesar 38% dengan kecenderungan gejala terbanyak adalah psikotism 36%, somatisasi dan paranoid masing-masing 33% serta obsesif-konvulsif 29%. Stres kerja bermakna berhubungan dengan kecenderungan gejala gangguan mental emosional melalui stresor pengembangan karir (p 0.00, OR 13,75, CI 3.69.51.11). Jenis stres kerja yang dominan terhadap stres kerja adalah beban kerja berlebih kuantitatif 83%. Faktor karakteristik yang bermakna berhubungan dengan stres kerja adalah pendidikan pada stresor beban kerja berlebih kuantitatif (p 0.00, OR 0.17, CI 0.05-0.52), asa kerja pada stresor konflik kerja (p 0.04, OR 2.72, CI 1.04-7.09), dan olah raga pada stresor tanggung jawab terhadap orang lain (p 0.00 OR 4.66 CI 1.66-13.08 ). Faktor kebiasaan yang bermakna berhubungan dean stres kerja adalah merokok pada stres tanggung jawab terhadap orang lain (p 0.00 OR 4.77, CI 1.37-11.64). Kesimpulan Stres kerja mempunyai hubungan bermakna dengan kecenderungan gejala gangguan mental emosional melalui stres pengembangan karir. Pendidikan merupakan faktor protektif terhadap stres kerja pada stresor bebas kerja berlebih kuantitatif. Masa kerja pada stresor konflik peran dan olah raga pada stresor tanggung jawab terhadap orang lain berisiko mengkonsumsi rokok empat kali lebih banyak dibanding dengan responden yang tidak stres.
Background and Objectives The joumalist is a valuable asset for publishing company. They work with a very strict deadline and that requires them to have a good state ol' physical, mental, and social health. This research aims to find out the existance of work-related stress and its relationship with die tendency of acquiring symptom ot' mental emotional disorder. Method This research uses a cross sectional design with internal comparison analysis. The data collected were respondent?s characteristic of sociodemograplty, work envirenmcnfs characteristic, measurement of work-related stress by using Survey Disgnostic Stress questionnaire, data of the tendencies of acquiring symptom of mental emotional disorder by using Sympromp Check Lis! 90 (SCL-90), and data measurement of noise, lighting, and moisture level within work environment. Result From 100 respondents, it was found that the prevalence ofthe tendency of acquiring symptom of mental emotional disorder is 58% with tendency of phsyeotism 36%, somatisation and paranoid symptoms each of 33%, and obsesive-convulsive 29%. There is signilieant relationship between work-related stress and the tendency of acquiring symptom of mental emotional disorder on stressor of carrier development (p 0.00, OR 13. 7.5, CI 3.69-51.11 ). The dominant stressor is role of overload quantitative 83%. The significant characteristic relationship to work-related stress is education on stressor of role of overload quantitative (p 0.00. OR 0.17, CI 0.05-052), work period on stressor of role of conflict (p 0.04, OR 2.72, CI L04-7.09), and time spent on exercise on strcssor of responsibility for people (p 0.00, OR 4.66, C7 1.66-l3.08). Smoking has significant relationship to work-related stress on stressor of responsibility for people (p 0. 00, OR 4. 77, CI 1.37-11.64). Conclusion Work-related stress has a signilieant relationship with the tendency of acquiring symptom of mental emotional disorder on strcssor of carrier development. Education is a work-related stress protective factor on strcssor of role of overload quantitative. Work period on stressor of role of conflict and time spent on exercise on strcssor of responsibility for people have a siginificant relationship to stress at work. Respondent who experiences work-related stress because of stressor of responsibility for people has a greater tendency to smoke tour times more than one who does not experience it.
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2006
D773
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Arsdianti N. Boediono
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah ada perbedaan kecerdasan emosional antara individu yang mengikuti pendidikan balet klasik dengan individu yang tidak mengikuti pendidikan balet kiasik. Pendidikan balet klasik dipilih karena selain mengajarkan gerakan, juga melatih penari untuk berekspresi sesuai dengan tuntutan tarian. Untuk dapat berekspresi denga baik seorang penari harus mau dan dapat memperhatikan emosinya (Attention to Feelings), mengenali emosinya dengan tepat (Clarity of Feelings) untuk kemudian dapat mengatur dan mengendalikan emosinya (Mood Repair) agar sesuai dengan emosi tarian yang dibawakan. Attention to Feelings, Clarity of Feelings dan Mood Repair adalah komponen-komponen kecerdasan emosional (Salovey dkk, dalam Pennebaker, 1995; Salovey dkk, 2002). Oleh karena itu peneliti mengajukan hipotesa alternatif yang berbunyi, "Ada perbedaan yang signifikan pada kecerdasan emosional individu yang mengikuti pendidikan balet klasik dengan individu yang tidak mengikuti pendidikan balet klasik". Penelitian ini bersifat non-eksperimental, di mana peneliti tidak memiliki kendaii langsung terhadap variabel bebas, karena variabel bebas tersebut telah terjadi atau tidak memungkinkan dilakukannya manipulasi (Kerlinger & Lee, 2000). Subyek dalam penelitian ini adalah remaja/dewasa awal perempuan, berusia 12 sampai 26 tahun dengan pembagian karakteristik sebagai berikut: mengikuti pendidikan balet klasik (untuk keiompok eksperimen) dan tidak mengikuti pendidikan balet klasik (untuk keiompok kontrol). Subyek yang diambil untuk keiompok eksperimen adalah murid Namarina Dance Academy Jakarta yang telah berada di level Higher Grades, menurut kurikulum The Royal Academy of Dance, (RAD) London, yaitu di tingkat Grade 6 ke atas. Level Higher Grades penekanan kurikulumnya selain pada penguasaan teknik juga pada style balet Romantik abad ke 19 {Royal Academy of Dance, 1993). Balet Romantik memiliki kekhasan pada keringanan langkah dan kualitas puitis dari tarian (Au, 1988), yang menuntut pengendalian emosi dari penari. Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah purposive sampling. Jumlah subyek adalah 30 orang untuk tiap kelompok, dengan jumlah total subyek sebanyak 60 orang. Alat ukur yang digunakan adalah alat ukur yang diadaptasi dari Trait Meta-Mood Scale (TMMS) (Salovey dkk, dalam Pennebaker, 1995) yang mengukur Perceived Emotional Intelligence (PEI) yaitu kecerdasan emoslonal dlllhat dari persepsi indlvidu tentang kemampuannya untuk memperhatikan emosi (attention), mengenali emosi dengan tepat (clarity), dan mengelola emosi (repair). Analisa data menggunakan t-test for independent samples, karena pengambilan sampel untuk kelompok yang satu tidak dipengaruhi pengambilan sampel kelompok yang lain (Minium dkk, 1993). Dari data yang diperoleh ditemukan bahwa skor rata-rata kecerdasan emosional kelompok balet lebih tinggi (136.03) daripada skor rata-rata kecerdasan emosional kelompok non balet (129.1). Setelah dilakukan uji signifikansi terhadap perbedaan tersebut diperoleh t = 2.39 dengan signifikansi 0.02, yang berarti bahwa perbedaan skor rata-rata kedua kelompok signifikan di los 0.05. Dengan adanya perbedaan yang signifikan tersebut maka hipotesa alternatif yang berbunyi "Ada perbedaan yang signifikan pada kecerdasan emosional antara individu yang mengikuti pendidikan balet klasik dengan individu yang tidak mengikuti pendidikan balet klasik" diterima. Dengan adanya perbedaan kecerdasan emosional yang signifikan antara kelompok balet dengan kelompok non balet maka peneliti berkesimpulan bahwa pendidikan balet klasik memiliki pengaruh yang signifikan terhadap kecerdasan emosional seseorang. Perbedaan kecerdasan emosional kedua kelompok terjadi karena selama bertahun-tahun individu yang mengikuti pendidikan batet klasik telah dilatih untuk memperhatikan, mengenali dan mengendalikan emosinya - kemampuan-kemampuan yang membentuk kecerdasan emosional. Meskipun demikian disarankan untuk menggunakan alat ukur yang lebih baku seperti Mayer-Salovey- Caruso Emotional Intelligence Test (MSCEIT) (Mayer, Salovey & Caruso, dalam Mayer & Salovey, 1997) yang ability-based, karena TMMS berbasis skaia sikap dan membuka kemungkinan bagi responden untuk faking good. Saran lain adalah agar dilakukan penelitian longitudinal, dan/atau kualitatif untuk mengetahui dengan pasti aspek pendidikan balet klasik yang mana yang berpengaruh terhadap kecerdasan emosional dan bagaimana pengaruhnya. Disarankan pula untuk mengadakan penelitian lintas kurikulum pendidikan balet klasik agar hasil penelitian dapat digeneralisir ke pendidikan balet klasik secara umum.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2004
S2858
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Lubis, Esra Devi Tarida
Abstrak :
ABSTRAK
Anak jalanan usia remaja merupakan kelompok yang rentan terhadap perilaku berisiko. Akan tetapi jika mereka matang secara emosional, mereka akan mampu mengendalikan emosi dan perilakunya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui gambaran kematangan emosional anak jalanan usia remaja. Desain penelitian ini menggunakan deskriptif kategorik dengan pendekatan cross sectional. Sampel diambil dengan teknik consecutive sampling dari beberapa rumah singgah di Jakarta Timur, berjumlah 97 orang. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah skala kematangan emosi yang dibuat oleh Rizki (2011). Hasil penelitian ini menunjukkan sebagian besar anak jalanan memiliki kematangan emosional sedang (67%). Rekomendasi bagi perawat komunitas yaitu memperhatikan aspek kematangan emosional anak jalanan saat pemberian asuhan promosi perilaku hidup sehat.
ABSTRAK
Street adolescents are vulnerable to risky behavior. But if they are emotionally mature, they will be able to control their emotions and behavior.This study used a descriptive categorical design with cross sectional approach. Samples were taken with consecutive sampling technique from several shelters in East Jakarta, totaling 97 people. This instruments used in this study is emotional maturity scale constructed by Rizki (2011). The results showed the majority of street children have emotional maturity moderate (67%). Recommendation for community nurses is considering aspects of emotional maturity street children in the promotion of healthy behaviors.
2016
S63149
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Indreswari Arsyaningrum
Abstrak :
ABSTRAK
Obesitas saat ini telah berkontribusi dalam 2,8 juta kematian di seluruh dunia. Salah satu faktor yang dapat mempengaruhi obesitas adalah gangguan mental emosional. Gangguan mental emosional dapat mempengaruhi kejadian obesitas dikarenakan seseorang yang sedang dalam kondisi stres cenderung makan makanan manis, karena makanan manis memiliki efek menenangkan dan dapat memperbaiki suasana hati. Penelitian ini ingin mengetahui pengaruh gangguan mental emosional terhadap kejadian obesitas pada penduduk usia dewasa di Indonesia tahun 2013. Penelitian ini menggunakan data sekunder yang berasal dari Riset Kesehatan Dasar Riskesdas 2013 dan menggunakan desain studi cross sectional. Penelitian ini dilakukan pada penduduk berusia diatas 18 tahun dengan jumlah sampel 633.612 orang. Hasil analisis hubungan antara gangguan mental emosional dengan obesitas menunjukkan bahwa gangguan mental emosional tidak memiliki hubungan positif dengan kejadian obesitas OR=0,940 . Hasil analisis multivariat dengan mengontrol pengaruh dari status perkawinan, jenis kelamin, tempat tinggal, aktivitas fisik, pola makan, status ekonomi, dan kelompok umur menggambarkan bahwa gangguan mental emosional merupakan faktor protektif dari kejadian obesitas p=0.007, OR=0,945 . Status gangguan mental emosional merupakan faktor protektif dari kejadian obesitas pada penduduk usia dewasa di Indonesia tahun 2013.
ABSTRACT
Obesity contributed to 2,8 million deaths worldwide. Psychological distress is one of many factors that can affect obesity. People with psychological distress tend to eat sugary food for its comforting and mood repairing effects. Meanwhile, eating sugary food regularly may leads to obesity. This study aims to know the association between psychological distress and obesity among adults in Indonesia. Analysis of data obtained from Indonesia rsquo s national health survey Riset Kesehatan Dasar, Riskesdas 2013. This study conducted on 633.612 adults above 18 years old using cross sectional study design. Bivariate analysis shows that psychological distress does not have a positive association with obesity OR 0,940 . Multivariate analysis conducted by controlling several variables such as marital status, gender, urban and rural, physical activity, eating behavior, economic status, and age group shows identical result psychological distress acts as a protective factor for obesity p 0,007, OR 0,945 . Psychological distress is a protective factor for obesity among adults in Indonesia.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>