Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Felicia Yosiana Gunawan
"Emotional distress pada mahasiswa adalah isu yang muncul akibat berbagai faktor, seperti transisi dari usia remaja ke dewasa muda, bertambahnya tuntutan, dan perubahan situasi serta sistem belajar. Pada Universitas Indonesia, fenomena distress terlihat dari banyaknya mahasiswa sarjana yang mencari bantuan psikologis di klinik internal Fakultas Psikologi Universitas. Antrean mahasiswa selalu melebihi kapasitas pemberi layanan sehingga mahasiswa perlu mengantre selama satu hingga tiga bulan. Salah satu cara untuk mengatasi fenomena ini adalah dengan menjalankan intervensi psikologis berbasis-web dengan format guided self-help; fitur daring berpotensi memperluas keterjangkauan dan memudahkan partisipan untuk mendapat bantuan psikologis. Studi ini meninjau fisibilitas dan efektivitas Acceptance and Commitment Therapy (ACT) berbasis-web delapan sesi berformat guided self-help yang disusun untuk menurunkan tingkat emotional distress serta meningkatkan self-compassion mahasiswa sarjana Fakultas Psikologi Universitas Indonesia. Studi ini merupakan quasi-experimental dengan desain one-group pretest-posttest sebanyak 38 partisipan dengan alat ukur DASS 42, AAQ-II, dan SCS. Delapan modul sesi dirancang berdasarkan enam prinsip dasar ACT menurut Hayes dan Harris: penerimaan, defusi, mindfulness, diri sebagai konteks, nilai-nilai personal, dan perilaku berdasarkan komitmen. Hasil uji efektivitas menunjukkan bahwa setelah intervensi, terdapat penurunan gejala distress yang signifikan, disertai dengan naiknya fleksibilitas psikologis dan naiknya self-compassion partisipan. Studi dipandang fisibel untuk dilakukan berdasarkan analisis kecukupan sumber daya, tingkat kemandirian partisipan, proses berjalannya studi, serta umpan balik partisipan. Riset lebih dalam dengan skala lebih luas dibutuhkan untuk mencapai konklusi yang lebih adekuat mengenai efektivitas program, namun fisibilitas intervensi ACT berbasis-web yang terbukti pada penelitian ini menunjukkan bahwa intervensi psikologis berbasis-web merupakan opsi efisien yang dapat digunakan penyedia layanan kesehatan mental.

Emotional distress in university students is a prevalent issue that rises due to various factors such as problems transitioning to adulthood, adjustment difficulties, and struggles to adapt in new environments. In University of Indonesia, this phenomenon can be seen from the many students who come to the campus’ internal clinic to seek psychological help. Queues are long, and students typically must wait one to three months to get help. One option to overcome this obstacle is to utilize the internet and construct web-based psychological interventions in a guided self-help format; online interventions could reach more people and provide easier access. This study aims to assess the feasibility and effectiveness of web-based guided self-help Acceptance and Commitment Therapy (ACT) to decrease emotional distress and increase psychological flexibility as well as self-compassion among undergraduate psychology students in University of Indonesia. This is a quasi-experimental study with a one-group, pretest-posttest design; eight online sessions were constructed based on traditional ACT guidelines by Hayes and Harris. 38 participants were recruited; Depression Anxiety Stress Scales 42, Acceptance and Action Questionnaire 2, and Self-Compassion Scale were used to measure emotional distress, psychological flexibility, and self-compassion respectively. Results show that post-intervention, participants’ emotional distress levels decreased significantly while psychological flexibility and self-compassion significantly increased. The intervention is also deemed feasible; feasibility assessments focused on resources, process, program management, participants’ adherence, and participants’ reviews. More research with a wider pool of participants is necessary to firmly establish the effectiveness of web-based ACT to treat distressed university students, but this study has clearly shown that web-based interventions are a viable and efficient option.
"
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Loethano Novi Syukriadi
"ABSTRAK
AIDS (Acquired immuno Deficiency Syndrome) -dipahami sebagai
sindrom (kumpulan dari berbagai simptom, infeksi, dan kondisi)- merupakan
penyakit menular yang cepat dan Iuas jangkauan penyebarannya. Penyakit ini
sangat fatal karena menyebabkan runtuh atau rusaknya sistem kekebalan tubuh
dan bagian tubuh yang Iain karena infeksi yang disebabkan oleh virus HIV
(Human Immunodeficiency Virus) (Dossier, 1988 : 1). Sampai akhir Juli 1997, di
Indonesia telah tercatat 558 kasus HIV/AIDS (421 orang mengidap AIDS dan
137 terinfeksi HIV positif) dan telah menyebar ke 22 propinsi.
Hasil penelitian Nyamathi, dkk (1995) mendapati adanya prediktor-
prediktor perilaku beresiko HIV/AIDS, diantaranya adalah personal resources
yaitu self esteem dan emotional distress, threat appraisal, coping responses, dan
barriers of condom use. Faktor-faktor ini memiliki keterkaitan dan menunjukkan
adanya pengaruh dalam membentuk perilaku beresiko HIV/AIDS. Skripsi ini
akan melihat bagaimana gambaran masing-masing faktor tersebut pada
kelompok yang berperilaku beresiko tinggi yang memiliki rentang usia 20 - 29
tahun sesuai dengan rentang usia yang terbanyak terinfeksi HIV/AIDS di
Indonesia.
Yang dimaksud dengan kelompok berperilaku beresiko tinggi terhadap
HIV/AIDS dalam tulisan ini adalah mereka yang memiliki multiple sex partners,
yaitu yang tetah berhubungan seks (intercourse) dengan Iebih dari 'satu
pasangan. Kriteria ini dipilih sesuai dengan pandangan yang menyatakan bahwa
penyebaran infeksi HIV/AIDS paling banyak dan beresiko melalui kontak seksual
(lebih dari 90 %), sisanya (kurang dari 10 %) terjadi dengan cara lainnya.
Untuk mendekati permasalahan ini digunakan teori-teori umum yang
membahas masing-masing variabel. Hasil pembahasan ini mengarah kepada
bagaimana dinamika masing-masing variabel mempengaruhi terbentuknya
perilaku beresiko HIV/AIDS itu. Permasalahan yang dikemukakan disini adalah
bagaimana gambaran variabel self esteem, emotional distress, threat appraisal,
coping responses, dan barriers of condom use pada kelompok usia dewasa
awal. Gambaran ini dilihat dari nilai rata-rata yang diperoieh dari tiap variabel.
Untuk mempenajam hasil yang diperoleh kelompok yang berperilaku beresiko
tinggi tadi maka dilakukan perbandingan dengan kelompok yang tidak
berperilaku beresiko tinggi. Kecuali untuk variabel barriers of condom use, tidak
dilakukan perbandingan dengan kelompok yang abstinence ini mengingat
mereka bukan pemakai kondom. Karakteristik subjek penelitian ini adalah
mereka yang telah berusia 20 - 29 tahun. Jumlah subjek adalah 76 orang, 42
orang dengan multiple sex partners, dan 34 orang yang abstinence.
Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah accidental sampling
yang termasuk dalam Non-Probability Sampling. Digunakannya teknik ini dengan
alasan kemudahan memperoleh responden. Alat ukur yang digunakan dalam
penulisan ini adalah kuesioner. Teknik pengolahan data yang dilakukan adalah
penghitungan nilai rata-rata (mean) dari setiap variabel. Untuk mempertajam
hasil, dengan melihat adanya kemungkinan perbedaan diantara kedua
kelompok, dilakukan penghitungan t-test independent sample.
Hasil yang diperoleh menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang
signifikan antara subjek yang berperilaku beresiko tinggi terhadap HIV/AIDS dan
yang tidak berperilaku beresiko tinggi pada variabel-variabet self esteem, profil
suasana hati (mood), threat appraisal, dan coping responses. Dimana kelompok
yang beresiko tinggi menunjukkan nilai yang Iebih rendah dibandingkan dengan
kelompok yang tidak beresiko tinggi pada variabel-variabel tersebut di atas.
kecuali untuk variabel self esteem. Untuk variabel self esteem, kelompok yang beresiko tinggi memiliki nilai yang Iebih tinggi dibandingkan dengan kelompok
yang tidak beresiko tinggi. Selanjutnya, dari variabel barriers of condom use
yang dikenakan kepada subjek yang berperilaku beresiko tinggi HIV/AIDS,
selaku pemakai kondom, diperoleh hasil bahwa ternyata terdapat perbedaan
yang signifikan antara nilai rata-rata kelompok dalam derajat kesetujuan
penggunaan kondom dengan nilai titik tengahnya, artinya tidak dirasakan atau
dialami adanya hambatan untuk menggunakan kondom saat berhubungan seks.
Selanjutnya, antara subjek pria dan wanita diperoleh hasil bahwa kedua
kelompok subjek tidak berbeda secara signifikan dalam derajat kesetujuan
penggunaan kondom.
Sebagai masukan, peneliti menyarankan diIakukan penelitian dengan
membuat suatu asumsi atau hipotesis yang menelaah lebih jauh hal-hal apa
yang membuat diperolehnya perbedaan-perbedaan baik yang signifikan maupun
yang tidak signifikan tadi pada dua ketompok.
Untuk memperoleh hasil penelitian yang Iebih akurat ada baiknya alat
ukur di construct sesuai dengan karakteristik responden yang akan dituju. Hasil
penelitian ini mungkin dapat juga dijadikan bahan acuan bagi para aktivis LSM
tentang AIDS dalam melakukan penyuluhan, kapan saat yang tepat untuk
memperkenalkan atau mensosialisasikan bagaimana penularan HIV/AIDS
terjadi, serta bagaimana metode yang akurat untuk melakukan hal-hal tersebut
di atas pada kelompok dengan karakteristik tertentu seperti kelompok subjek
dalam penelitian ini.
"
1998
S2612
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizqika Puspitasari
"Remaja mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang sangat pesat, bahkan hingga menyebabkan adanya transisi peran. Proses transisi peran ini dianggap sebagai masa-masa krusial sebab remaja menjadi lebih rentan mengalami tekanan psikologis yang berujung pada munculnya gangguan mental emosional. Oleh karena itu, diperlukan peran aktif orang tua dan teman sebaya untuk membantu remaja mencegah dan menangani kondisi tersebut. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua dan dukungan sosial teman sebaya terhadap gangguan mental emosional pada remaja. Gangguan mental emosional (GME) diukur menggunakan Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ), pola asuh orang tua diukur dengan Parenting Style and Dimensions Questionnaire (PSDQ), dan dukungan sosial teman sebaya diukur dengan Social Provisions Scale (SPS). Desain penelitian yang digunakan adalah desain penelitian cross sectional pada 336 remaja di SMK Kemala Bhayangkari Delog dan SMA Negeri 66 Jakarta yang dipilih secara non acak (non-probability sampling) dengan metode stratified sampling. Hasil penelitian diperoleh hampir setengah dari total remaja terindikasi GME dengan skor borderline-abnormal. Selain itu, diketahui juga bahwa sebagian besar orang tua remaja menerapkan pola asuh permisif dan remaja yang memeroleh dukungan sosial teman sebaya kategori tinggi mendominasi dengan persentase >92%. Hasil analisis uji chi square mendapatkan hasil bahwa tidak ada hubungan yang signifikan antara pola asuh orang tua terhadap GME pada remaja (p = 0,428) dan tidak ada pula hubungan yang signifikan antara dukungan sosial teman sebaya terhadap GME pada remaja (p = 0,597). Hasil penelitian ini dapat menjadi salah satu rujukan untuk promosi kesehatan jiwa dalam upaya pencegahan gangguan mental emosional pada remaja.

Adolescents experience rapid growth and development, even leading to role transition. This role transition process is considered a crucial time because adolescents become more vulnerable to psychological stress that leads to the emergence of mental emotional distress Therefore, an active role of parents and peers is needed to help adolescents prevent and handle these conditions. This study aims to determine the relationship between parenting and peer social support on mental emotional distress in adolescents. Mental emotional distress were measured using the Strengths and Difficulties Questionnaire (SDQ), parenting styles were measured with the Parenting Style and Dimensions Questionnaire (PSDQ), and peer social support was measured with the Social Provisions Scale (SPS). The research design used was a cross sectional research design on 336 respondents at SMK Kemala Bhayangkari Delog and SMA Negeri 66 Jakarta who were non-randomly selected (non-probability sampling) with stratified sampling method. The results showed that almost half of the total adolescents indicated experiencing mental emotional disorders with borderline-abnormal scores. In addition, it is also known that most adolescents' parents apply permissive parenting and adolescents who get high category peer social support dominate with a percentage of >92%. The results of the chi square test analysis showed that there was no significant relationship between parenting styles and mental emotional distress in adolescents (p = 0.428) and there was also no significant relationship between peer social support and mental emotional distress in adolescents (p = 0.597). The results of this study can be one of the references for mental health promotion in an effort to prevent mental emotional distress in adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmahwati
"Orang tua yang bekerja dapat memiliki waktu terbatas untuk memberikan perhatian pada anak remajanya dan berakibat menerapkan pola asuh yang keliru. Sehingga, remaja akhir yang masih memerlukan bimbingan dari orang tua dapat berisiko mengalami kebingungan dalam proses eksplorasi diri yang dapat menyebabkan masalah mental emosional. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan antara pola asuh orang tua bekerja dengan masalah gangguan mental emosional pada remaja akhir. Desain penelitian menggunakan desain cross sectional dengan sampel berjumlah 174 orang yang merupakan remaja usia 18-19 tahun. Instrumen penelitian menggunakan Parenting Style and Dimensions Questionnaire dan Self-Reporting Questionnaire-20. Hasil penelitian dengan uji Kolmogorov Smirnov menyatakan adanya hubungan antara pola asuh orang tua bekerja dengan masalah gangguan mental emosional pada remaja akhir dengan nilai p 0,007 (p<0,05). Hasil penelitian ini dapat menjadi informasi bagi orang tua untuk dapat menerapkan pola asuh yang sesuai dan seimbang serta menjadi informasi penunjang bagi perawat dalam perawatan pada remaja akhir.

Working parents may have limited time to pay attention to their adolescents which results in wrong parenting. Thus, late adolescents who still need guidance from their parents can be at risk of experiencing confusion in the self-exploration process which can cause mental emotional problems. This study aimed to determine the relationship between parenting working parents with mental emotional distress in late adolescents. The research design used a cross-sectional design with a sample of 174 people who were adolescents aged 18-19 years. Parenting Style and Dimensions Questionnaire was used in identifying parenting style and Self-Reporting Questionnaire-20 to explore mental emotional problem. The results showed that there was a significant relationship between the parenting pattern of working parents with mental emotional disorders in late adolescence (p<0.05). The results of this study can be used as information for parents to apply appropriate and balanced parenting styles as well as supporting information for nurses in the care of late adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library