Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 29 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sri Harjanto
"ABSTRAK
Logam busa (metallic foam) aluminium menjadi perhatian para peneliti bebeberapa dekade ^ belakangan ini karena sifat dan karakteristiknya yang unik. Kemampuannya menyerap energi impak yang sangat besar dan ringan tetapi kaku menjadikan logam busa aluminium memiliki ^ spektrum aplikasi yang penting dan luas. Penelitian ini bertujuan imtuk mengkaji proses pembuatan logam busa aluminium dengan metode injeksi gas. Tahap pertama difokuskan pada pemahaman proses fabrikasi logam busa aluminium (mumi dan paduan, Al-Si) dengan injeksi gas. Kontrol parameter dan optimasi pada saat pembusaan menjadi titik perhatian untuk menghasilkan logam busa aluminium. Peleburan dan pembusaan dilakukan pada temperatur 650 - 780°C. Nitrogen dan argon digunakan sebagai gas yang akan diinjeksikan ke dalam logam cair aluminium. Peningkatan viskositas logam cair untuk meningkatkan kestabilan gelembung yang terbentuk, dilakukan dengan penambahan serbuk alumina sintesis dan dross aluminium. Selanjutnya, karakterisasi fisika logam busa aluminium berupa densitas, fraksi busa dan bentuk gelembung diamati, demikian ^ pula dengan struktur makro logam busa dan struktur mikronya. Pada tahap kedua, penelitian difokuskan pada studi yang lebih detil antara sifat mekanik seperti kekuatan, kemampuan penyerapan energi, sifat peredam dengan morfologi logam busa. Tahap terakhir penelitian memiliki fokus pada pemantapan reproduksibilitas kontrol parameter proses sehingga siap untuk upaya peningkatan skala produksi logam busa aluminium. Prototype proses pembuatan logam busa aluminium diharapkan dapat terlaksana setelah penelitian tahap ke-3."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2008
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Frederik Palalio
"Komposit penguatan bahan alam karakternya ditentukan oleh sifat matrix, jenis penguat dan orientasi penguatnya. Material komposit dengan matrix polimer yang disebut dengan Polymer Matrix Composites (PMCs), yang diperkuat dengan material alam termasuk golongan natural composites. Bambu betung (dendrocalamus asper Schult) yang dikombinasikan dengan resin poliester sebagai matrix yang menghasilkan komposit penguatan bambu, yang dapat diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus pemanfaatan sumber daya alam yang ramah lingkungan. Hasil yang diperoleh dari karakterisasi bambu betung adalah sebagai berikut: kadar air 11,5 %, berat jenis (ρ) 1,25 gr/cm³, sudut pembasahan (wetability) 21º, kekuatan tarik 206 N/mm², MOE 6945 N/mm², kekuatan tekan 207 N/mm², kekuatan lentur 228 N/mm², MOR 6687 N/mm². Pada penelitian ini pembuatan komposit dengan metode hand lay up, komposit yang dibuat terdiri material komposit unidireksional dengan variabel fraksi volume 9, 18, 28, 38 dan 47 %, struktur komposit penguatan bambu woven roving bentuk lembaran dengan variabel fraksi volume 9, 19 dan 29 % serta struktur komposit penguatan bambu woven roving bentuk silinder dengan variabel fraksi volume 10, 20 dan 30 %.
Hasil karakterisasi komposit menunjukkan kekuatan optimum untuk materil komposit penguatan bambu unidireksional, kekuatan tarik 52,5 N/mm², MOE 2626 N/mm² pada fraksi volume 28 %, kekuatan tekan 82,7 N/mm² dan kekuatan lentur 54,5 N/mm², MOR 3740 N/mm² pada fraksi volume 38 %, kekuatan optimum untuk komposit penguatan bambu woven roving bentuk lembaran, kekuatan tarik 61 N/mm², MOE 2032 N/mm² pada fraksi volume 19 %, kekuatan tekan 63 N/mmP2P pada fraksi volume 29 %, kekuatan lentur 65 N/mm², MOR 3625 N/mm² pada fraksi volume 19 % serta kekuatan tekan optimum komposit penguatan bambu woven roving bentuk silinder 60,97 N/mm² pada fraksi volume 30 %. Struktur permukaan komposit diamati melalui Scanning Electron Microscope (SEM), dimana pengamatan mikrostruktur akan dikaitkan dengan gejala sifat mekanik yang terjadi.

The properties of reinforced bamboo composites is determined by characteristic of matrix, reinforcement and orientations. Polymer matrix composites (PMCs) were produced by combining polyester as matrix and Betung bamboo (dendrocalamus asper Schult) as nature materials used as a reinforcement. This nature materials is resourses beneficial and early found in the forest or wall wid environmental free. The analysis of betung bamboo were shows that water content of 11,5 % , materials density 1,25 gr/cm³, contact angle 21º, tensile strength 206 N/mm², modulus of elastisity (MOE) 6945 N/mm², compression strength 207 N/mm², flexural strength 228 N/mm² and modulus of repture (MOR) 6687 N/mm². The volume fraction of Betung bamboo varied from 9, 18, 28, 38 and 47 % vf for unidirectional reinforced while for woven roving plat reinforced for volume fraction varion from 9, 19 andB B 29 % vf, for woven roving cylinder reinforced volume fraction varion from 10, 20 and 30 % vf.
The results show that the optimum condition for unidirectional respectively tensile strength and MOE are 52,5 N/mm² and 2626 N/mm² for volume fraction of 28 % and compression strength of 82,7 N/mm², flexural strength and MOR are 54,5 N/mm² and 3740 N/mm² for volume fraction of 38 %. The structure of composites with woven roving plate reinforcement possessed tensile strength of 61 N/mm², MOE of 2032 N/mm² respectively with 19 % volume fraction, and compression strength of 63 N/mm² for volume fraction 28 %. At volume fraction of 19 % the optimum mechanical properties for flexural strength of 65 N/mm² and MOR is 3625 N/mm².The structure composites with woven roving cylinder owned optimum compression strength of 60,97 N/mm² for 30 % volume fraction. All of the microstructure of the composites are characterized by scanning electron microscope (SEM), where fenomenon of microstructure composites is coralated with mechanical performance of composites.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2007
T23788
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Fauzan
"ABSTRAK
Turbin air arus lintang adalah salah satu jenis turbin air dimana
aliran airnya mengalir masuk dan keluar dari rotor turbin dengan arah
melintang menembus rode jalannya dan memindahkan enarginya dua Kali
yaitu pada tingkat pertama dan tingkat kedua. Dilihat dari jaiannya air, lurbin
ini seringkali disebut sebagai turbin dengan dua tlngkat keoepalan.
Berpegang pada fasilitas - fasilitas yang terdapat didaerah terpencil dan daerah irigasi dipertimbangkan sangat terbatas. maka tim mikrohidra MH2-UI memilih membuai turbin jenis arus lintang yang dirasa cocok dengan kondisi slam, oadangan enargi air di Indonesia Serta sesuai dengan kebijaksanaan pemerintah mengenai Pembangkit Listrik Tenaga Mikrohidro.
Dalam hal ini. dirancanglah suatu sisiem penyalur daya yang cocok dengan jenis turbin ams lintang Inl dengan metode perhitungan mekanika fiulda, elemen mesin, kekuatan bahan dan enalisa dinamik yang menghasilkan dimensi, bentuk, pernllihan pmduk dan analisa kekuatan. Setelah proses perancangan, dilanjutkan dengan umtan proses fabrikasi yang dilakukan di bengkel pennesinan berdasarkan cetak biru dari hasil
rancangan.
Hasil akhimya ada di pengujian lapangan di LTA mini PLN Cipayung sentral 1 dlmana turbin hasil kerja sama penulis bersama tim diuji kinerjanya hlngga didapat data - data karakteristik dari turbin ini.

"
1996
S36234
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mirza Ernanda
"
ABSTRAK
Dongkrak merupakan suatu alat bantu manusia untuk mengangkat mobil mnpa harus mengeluarkan banyak tenaga Dongkrak adalah sejenis lifter yang jenisnya ada bermacam-macam, diantaranya dongkrak mekanis, dongkrak hidrolis dan gabungan dari dongkrak mekanis serta dongkrak hidrolis.
Pembahasan yang akan dilakukan pada Tugas Akhir ini adalah mengenai rancangan untuk dongkmk buaya yang secara prinsip adalah dongkrak buaya biasa seperti umumnya, hanya saja dongkrak rancangan ini bagian mekanisnya terpisah dengan ba-
gian hidrolisnya dan bagian hidrolis ini dapat diganti dengan bermacam-macam varia-
si dongkrak hidrolis yang ada pada umumnya. Secara praktikal dan Iogika dongkrak ini bisa menggantikan dongkrak buaya yang ada dan jelas lebih ekonomis dibanding dongkrak buaya yang konvensional.
Dari analisa, beban optimum yang dapat ditanggung adalah berkisar sekitar 6,3 - 6,5 ton dan disain seperti ini dapat divadasikan dengan berbagai macam ide karena untuk perhitungan safety factor number telah dibuatkan dalam program BASIC, hasil ini bisa digabungkan datanya dengan MS WORD untuk mengolah grafiknya.
"
1997
S36749
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muningrum
"Pertumbuhan kapasitas galangan di Indonesia yang tidak secepat pertumbuhan kapal menyebabkan ketidakmampuan galangan memenuhi kebutuhan reparasi dan pembangunan kapal baru. Hal ini merupakan salah satu faktor penghambat akan pemenuhan kebutuhan armada transportasi laut yang baik di indonesia. Untuk mengatasi hal tersebut maka pemerintah Kab.Tanggamus di Prov. Lampung berinisiatif membuat klaster industri perkapalan. Di klaster industry perkapalan kabupaten Tanggamus ini selain direncanakan adanya pembangunan galangan dan fasilitas penunjang klaster perkapalan yang umumnya ada, juga direncanakan konsep baru dimana proses fabrikasi pembuatan kapal yang biasanya dilakukan di galangan, dilakukan ditempat terpisah. Penunjang fabrikasi ini dapat mengakomodasi kebutuhan fabrikasi beberapa galangan. Dengan konsep ini diharapkan dapat dilakukan penghematan pada galangan dalam pengadaan alat serta peningkatan kualitas hasil produksi yang tinggi dapat tercapai dikarenakan pembagian kerja yang spesifik. Adapun tujuan perancangan ini adalah untuk mendapatkan tata letak fabrikasi yang optimal melalui perhitungan luas areal kerja dengan mempertimbangkan fasilitas yang ada didalamnya. Hasil perancangan berupa layout tata letak fabrikasi penunjang galangan yang optimal serta optimasi luas alokasi ruang sesuai dengan kebutuhan dan alur proses produksi.
......
One of the inhibiting factors to the good marine transportation in Indonesia is the development of shipyard capacity that isn’t as fast as the amount of ships. That factor causes an inability to meet the needs of ship repair and construction of the new ship building. To overcome that problem, Pemda Tanggamus made Tanggamus as the shipbuilding industry cluster. In this cluster, shipyards and other facilities that generally support the cluster will be built. Not only that, a new shipyard fabrication system concept is also planned to be built. In this new shipyard fabrication system, the fabrication work that is usually done in shipyard, is done in separate area. This central fabrication work is designed to be able to accommodate the fabrication work load of shipyards in Tanggamus. Due to the specific division of laboring, a high quality production can be achieved and savings in the procurement of machines is a fact. The goal of this layout design is to obtain an optimum layout design by considering the calculation of the work area and the facility that exist. The output of the design is a layout design and its allocation of the central fabrication work and its supported area."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2013
S47189
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Michael Hariadi
"Sel surya merupakan solusi dari permasalahan energi di Indonesia dengan didukung radiasi rata-rata harian di Indonesia sebesar 4,8 kWh/m2/hari dan memiliki potensi energi surya sebesar 207.898 MW. Sel surya perovskite memiliki potensi yang sangat tinggi dimana peningkatan nilai efisiensi teknologi ini mencapai 22,7 pada waktu yang relatif singkat. Lapisan perovskite merupakan lapisan terpenting dalam struktur sel surya perovskite, dan selama ini metode deposisi spin coating telah menjadi metode yang paling umum digunakan. Telah banyak riset yang dilakukan mengenai ketebalan optimal dari lapisan aktif sel surya perovskite. Namun belum ada yang secara langsung menunjukkan pengaruh kecepatan rotasi spin coating sebagai proses deposisi terhadap performa elektris sel surya perovskite. Adapun pada skripsi ini dibahas mengenai analisis pengaruh kecepatan rotasi spin coating pada proses deposisi lapisan aktif sel surya pervskite terhadap performa elektrisnya.
Pada skripsi ini dihasilkan struktur sel surya perovskite dengan kaca FTO sebagai anoda dan katoda, CuSCN sebagai HTL, TiO2 sebagai ETL dan CH3NH3PbI3 sebagai active layer. Metode fabrikasi yang digunakan adalah metode spin coating dan annealing, dimana perovskite sebagai variabel berubah dengan variasi kecepatan rotasi mulai dari 500 rpm, 1000 rpm dan 2000 rpm. Hasilnya, sel surya dengan variasi kecepatan rotasi spin coating 1000 rpm memiliki performa elektris terbaik, dimana didapatkan VOC = 0,6 V; ISC = 13 mA; FF = 0,28; ? = 1,2.

Solar cells are a solution of energy problems in Indonesia with an average daily radiation in Indonesia of 4.8 kWh m2 day and has a solar energy potential of 207,898 MW. Perovskite solar cells have a very high potential where the increase in the efficiency of this technology reaches 22.7 in a relatively short time. The perovskite layer is the most important layer in the perovskite solar cell structure, and so far the spin coating deposition method has become the most commonly used method. There are a lot of research has been done regarding the optimal thickness of the perovskite solar cell active layer. However, none has directly shown the effect of spin coating angular velocity as the deposition process on the perovskite solar cell performance. As for this thesis discussed about the influence of spin coating rotation speed on the process of deposition of pervskite solar cell active layer on the electrical performance.
In this paper, the perovskite solar cell structure is produced with FTO glass as anode and cathode, CuSCN as HTL, TiO2 as ETL and CH3NH3PbI3 as active layer. The fabrication method used are spin coating and annealing, where the rotatational speed of the spin coating process of perovskite layer as variable change by doing variation starting from 500 rpm, 1000 rpm and 2000 rpm. The result, solar cells with spin coating speed variation of 1000 rpm has the best electrical performance, which is obtained VOC 0.6 V ISC 13 mA FF 0.28 1.2."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Donanta Dhaneswara
"Membran terbuat dari bahan keramik memberikan beberapa kelebihan dibandingkan membran organik atau polimer seperti: umur pakai yang lama, mudah dan efisien di dalam membersihkannya, ketahanan kimia dan termal yang lebih baik, serta kekuatan mekanis yang tinggi. Beberapa kelebihan tersebut, memberikan peluang bagi membran keramik zeolit untuk proses pembersihan gas buang industri. Gagasan utama dari penelitian ini adalah membuat prototipe membran keramik berbasis zeolit untuk aplikasi pembersihan gas buang industri. Komposisi bahan pembentuk serbuk keramik terdiri dari zeolit, clay, dan talk dengan perbandingan 8:1:1. Metode sintering diterapkan dalam pembuatan membran keramik berbasis zeolit, dengan memperhatikan variasi dari ukuran serbuk, tekanan kompaksi dan waktu sinter. Pengujian kinerja reduksi gas SO2 dengan menggunakan membran keramik berbasis zeolit, dilakukan dengan mengalirkan gas S02 sintetis melewati satu sisi membran dan larutan kaustik soda pada .nisi membran lainnya. Pada penelitian ini, faktor-faktor yang berpengaruh terhadap pengujian kinerja membran masih merupakan parameter operasi yang tetap."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian  Universitas Indonesia Library
cover
Arief Suwandi
"Serangkaian kegiatan sistem produksi (Input-proses-output) mempunyai risiko kegagalan pada setiap tahapnya. Penanganan risiko kegagalan proses produksi selama ini berjalan sendiri-sendiri atau secara parsial, hanya pada fase input, fase proses ataupun hanya pada fase output pada sistem produksi. Tujuan dari penelitian ini adalah merancang model risiko kegagalan sistem produksi terintegrasi menggunakan sistem dinamis. Objek penelitian ini adalah empat perusahaan fabrikasi logam. Penyelesaian permasalahan dilakukan melalui perancangan model sistem produksi terintegrasi dengan cara identifikasi kegagalan menggunakan FMEA (Failure Mode Effect Analysis) dan direpresentasikan menjadi sistem dinamis yang terkuantifikasi. Berdasarkan data yang dikumpulkan di setiap perusahaan, identifikasi kegagalan sistem produksi dikategorikan menjadi 7 kategori yaitu kegagalan akibat material error (ME), material conformance (MC), material handling (MH), penyimpanan material/material deteriorated (MD), proses produksi (PP), product handling (PH) dan penyimpanan produk/product deteriorated (PD). Hasil FMEA menunjukkan nilai RPN (Risk Priority Number) yang memiliki nilai tinggi terdapat pada kategori proses produksi, material error dan material conformance dengan masing-masing nilai RPN sebesar 241, 101 dan 91. Tiga variabel tersebut dijadikan variabel yang dipentingkan dalam skenario penelitian ini. Skenario dilakukan dengan merubah parameter variabel-variabel penting untuk mengetahui kemungkinan keadaan di masa mendatang, baik secara optimis, pesimis, maupun keadaan yang rata-rata terjadi (most likely). Safety factor model sebesar 1,10 untuk skenario optimistic, 1,06 untuk most likely, dan 0,90 untuk skenario pessimistic. Rata-rata keberhasilan sistem produksi dari perusahaan fabrikasi logam pada penelitian ini sebesar 86% (14% defect). Rata-rata skenario optimistic menunjukkan keberhasilan sistem produksi sebesar 95% (5% defect), most likely sebesar 92% (8% defect) dan pesimistic sebesar 78% (22% defect). Hasil simulasi menunjukkan skenario optimistic menghasilkan kenaikan rata-rata keberhasilan sistem produksi sebesar 9% dari hasil aktual, skenario most likely naik sebesar 6% dan skenario pesimistic turun sebesar 10% dari hasil aktual. Dalam perhitungan rupiah, omzet setiap bulan hasil simulasi dibandingkan dengan kondisi actual menggambarkan kondisi optimistic naik sebesar Rp 4.1 Milyar (9.6%), kondisi most likely naik sebesar Rp 1.8 Milyar (5.9%) dan kondisi pesimistic turun sebesar Rp 7.7 Milyar (10.1%). Dari ketiga skenario ini, perusahaan bisa memperhitungkan besarnya selisih akibat adanya risiko kegagalan produk pada semua proses dari mulai incoming material hingga finished product yang siap dipasarkan. Skenario ini bisa dijadikan tolak ukur oleh perusahaan sebagai target risiko yang ditetapkan atau dipertahankan pada berapa persen tingkatannya.
......The series of production system activities (Input-process-output) has a risk of failure at each stage. Handling the risk of failure in the production process has been running individually or partially, either in the input phase, the process phase or only at the output phase of the production system. The purpose of this study is to design a failure risk reduction model for an integrated production system using a dynamic system. The objects of this research are four metal fabrication companies. Problem solving is done by designing an integrated production system model by identifying failures using FMEA (Failure Mode Effect Analysis) and represented as a quantifiable dynamic system. Based on the data collected in each company, the identification of production system failures is categorized into 7 categories, namely failure due to material error (ME), material suitability (MC), material handling (MH), storage of damaged material/material (MD), production process (PP), product handling (PH) and deteriorating product storage (PD). The FMEA results show that the RPN (Risk Priority Number) value which has a high value is in the category of production process, material error and material suitability with RPN values of 241, 101 and 91 respectively. These three variables are used as important variables in this research scenario. Scenarios are carried out by changing the parameters of important variables to determine possible future conditions, both optimistically, pessimistically, as well as conditions that occur on average (most likely). The safety factor model is 1.10 for the optimistic scenario, 1.06 for the most likely scenario, and 0.90 for the pessimistic scenario. The success rate of the metal fabrication company production system in this study was 86% (defect 14%). The optimistic scenario on average shows the success of the production system at 95% (5% defect), most likely 92% (8% defect) and 78% pessimist (22% defect). The simulation results show that the optimistic scenario results in an increase in the average success of the production system by 9% of actual results, the scenario most likely increases by 6% and the pessimistic scenario decreases by 10% of the actual result. In the calculation of rupiah, the monthly turnover of the simulation results compared to the actual conditions illustrates that the optimistic condition increased by Rp. 4.1 billion (9.6%), the most likely condition increased by Rp. 1.8 billion (5.9%) and the pessimistic condition decreased by Rp. 7.7 billion (10.1%). From the three scenarios, the company can calculate the difference in risk of product failure in all processes, from incoming materials to finished products that are ready to be marketed. This scenario can be used as a benchmark by the company as a risk target that is set or maintained at what percentage level."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
D-pdf
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adirasa Salamun
"Dunia industri sedang menggalakkan penggunaan material baru yang memiliki karakteristik yang baik, ringan, kuat, dan dapat dibuat dengan biaya yang relatif murah, dan hal ini hanya dapat dipenuhi dengan melakukan studi pengembangan lebih lanjut mengenai berbagai karakteristik material, baik material paduan logam, non logam dengan logam atau non logam dengan non logam. Penelitian yang lebih seksama dengan menggunakan material non logam masih sangat terbatas, oleh karena itu studi lanjut mengenai material non logm sangatlah diharapkan.
Dalam hal ini penulis melakukan penelitian mengenai karakteristik material non logam dengan pengujian torsi yang belum banyak dilakukan. Adapun material yang di uji adalah jenis polivinil clorida (PVC AW) yang berbentuk tabung berdinding tipis, dimana dilakukan- penelitian mengenai modulus geser material, tegangan geser, regangan geser, dan karakteristik material lajnnya. Dengan harapan dapat di tarik kesimpulan yang menarik untuk pengembangan dan aplikasi material tersebut dalam dunia industri di masa datang.
Peralatan uji yang di gunakan dalam penelitian ini adalah peralatan uji torsi sederhana, dimaksudkan untuk meringankan biaya pengujian itu sendiri yang memiliki tingkat kesulitan tersendiri dan alat uji torsi ini dilengkapi dengan sensor yang merupakan modifikasi dari mouse komputer. Sensor tersebut langsung dihubungkan ke PC yang menggunakan perangkat lunak microsoft visual basic for windows sehingga diperoleh data-data yang cerrnat dan akurat."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1996
S36671
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Chairudin
"Pemanfaatan Pemanas air berbasis energi matahari atau dikenal Solar Water Heater mulai memasyarakar khususnya di Indonesia. Energi matahari sebagai pembangkit tenaga adalah energi yang tidalc memburuhkan biaya unruk mendapatkannya dan ramah Iingkungan Dengan demikian pengembangan pemanas air tersebut menjadi salah satu alternatif yang diminati konsumen.
Pada solar water terdapat dua komponen yang utama yaitu tangki penyimpanan dan koiektor. Pada umumnya tangki penyimpanan terbuat dari baja iahan karat sedangkan kolektor Ierbuat dari lembaga. Permasalahan yang terjadi adalah kegagalan pada tangki yaitu adanya kebocoran sebelum mosa umur pakai kurang dari 5 tahun.
Untuk mengetahui penyebab kebocoran, dilakukan prosedur analisa kegagalan terhadap sampel material solar water hearer sehingga dapat dilakukan iangkah-Iangkah pencegahannya yang dapa! memperpanjang umur pakai tangki lersebui.
Hasil penelitian menunjukkan terjadinya korosi piring dan crevice pada base material akibat pengaruh media korosif yang mengandung ion khlorida serta temperatur yang relatjpanas (sekitar 80°C). Kecenderungan terjadinya piring ditunjukkan dengan pengujian kurva polarisasi siklik Pada kenaikan temperatur korosi pirting makin mudah terjadi yang ditunjukkan dengan menurunnya breakdown poteniial dari + 0,260 V vs kalomel pada Iemperalur ruang (28° C) menjadi - 0,130 V vs kalomel pada temperatur 80°C serra rapat arus pasU"dari sekitar 104 Amp/cm? pada temperarur ruang menjadi sekilar .105 Amp/cmz. Kebocoran yang diakibarkan oleh laorosi pitting dari bagian dalam tang/ci selanjutnya menyebabkan terjadinya korosi crevice pada bagian Iuar tangki.
Selain itu terjadi pula korosi retak tegang (SCC) yang berupa intergranular dan transgranular cracking di sekitar daerah lasan serta adanya sensitisasi pada daerah HAZ Hieat ajected zone) yang menyebabkan preszpirasi karbida di baras burir. Ha! ini terjadi akibar pengaruh prose: pengelasan pada saat fabrikasi."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2001
S41433
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>