Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 125 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Khouw Loanita Theresiana
"Jendela paling kritis kurang gizi terletak pada usia 6-12 bulan karena air susu ibu (ASI) saja sudah tidak dapat mencukupi kebutuhan gizi bayi. Sehingga diperlukan makanan pelengkap ASI yaitu makanan pendamping ASI (MP-ASI). Praktek pemberian MP-ASI dipengaruhi berbagai faktor antara lain faktor biologi, ekonomi, sosial budaya, teknologi dan pelayanan kesehatan sehingga menimbulkan banyak permasalahan dalam praktek pemberian MP-ASI tersebut. Oleh karena itu tujuan dari penelitian ini adalah untuk memperoleh informasi mengenai praktek pemberian MP-ASI dan faktor-faktor yang berhubungan dengan praktek pemberian MP-ASI pada bayi 4-11 bulan di Kabupaten Tangerang.
Penelitian ini menggunakan desain potong lintang / cross sectional pada bayi umur 4-11 bulan di Kabupaten Tangerang Provinsi Banten, di mana pengumpulan data dilakukan pada bulan Maret 2002. Sebagai sampel adalah ibu yang mempunyai bayi berusia 4-11 bulan yang diambil sesuai dengan metode survei cepat (Ariawan, 1996), menggunakan rancangan cluster dengan cara probability proportional to size (pps), sehingga didapat jumlah sampel sebesar 300 responden, dan pada waktu pelaksanaan ternyata 1 responden sudah pindah sehingga akhirnya diperoleh data dari 299 orang ibu yang mempunyai bayi 4-11 bulan.
Pengumpulan data dilakukan oleh 6 orang alumni Akademi Gizi Jakarta yang telah dilatih lebih dahulu. Variabel dependen yaitu praktek pemberian MP-ASI dan variabel independen adalah umur ibu, pendidikan ibu, pekerjaan ibu, pengetahuan gizi ibu, jumlah anggota keluarga, pendapatan keluarga dan peran petugas kesehatan. Untuk melengkapi data pada variabel praktek pemberian MP-ASI, juga dilaksanakan diskusi kelompok terarah di 2 desa cluster yang masing-masing dihadiri oleh ± 10 orang tokoh masyarakat, tokoh agama dan kader posyandu. Sedangkan untuk variabel peran petugas kesehatan dilengkapi dengan wawancara langsung terhadap 29 oang pembina desa di lokasi penelitian. Analisis yang dilakukan adalah univariat, bivariat dan multivariat dengan regresi logistik.
Hasil penelitian menunjukkan proporsi 59,2% praktek pemberian MP-ASI yang baik dan 40,8% dengan praktek pemberian MP-ASI yang kurang balk. Dari hasil analisis bivariat diketahui bahwa variabel yang mempunyai hubungan bermakna dengan praktek pemberian MP-ASI adalah pendidikan ibu, pekerjaan ibu, jumlah anggota keluarga, dan peran petugas kesehatan (p < 0,005), sedangkan variabel umur ibu, pengetahuan gizi dan pendapatan keluarga tidak mempunyai hubungan yang bermakna dengan praktek pemberian MP-ASI (p > 0,005). Hasil analisis multivariat regresi logistik menunjukkan bahwa variabel yang paling dominan berhubungan dengan praktek pemberian MP-ASI adalah peran petugas kesehatan dengan OR 3,6 yang berarti ibu yang tidak mendapatkan peran petugas kesehatan mempunyai peluang 3,5697 kali untuk praktek pemberian MP-ASI yang kurang baik dibandingkan dengan ibu yang mendapat peran petugas kesehatan yang baik.
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa praktek pemberian MP-ASI di Kabupaten Tangerang belum optimal karena masih ada 40,8% dengan praktek pemberian MP-ASI yang kurang baik. Untuk itu disarankan adanya dukungan langsung dari pembuat kebijakan dengan lintas sektor terkait untuk meningkatkan pendidikan, adanya tempat penitipan bayi di sekitar tempat kerja, meningkatkan pemeliharaan ternak di tingkat keluarga. Untuk instansi kesehatan dalam hal ini Dinas Kesehatan , Puskesmas dan Organisasi Profesi didalamnya seperti IDI, IBI agar meningkatkan pengetahuan, keterampilan dan motivasi mengenai praktek pemberian MP-ASI dengan tepat dan benar. Untuk peneliti lain agar dapat dilanjutkan dengan penelitian kohort mengenai faktor-faktor yang berhubungan dengan fisiologi pengeluaran ASI pada hari-hari pertama yang menyebabkan tingginya pemberian makanan prelakteal.

The most critical window of malnourished is on age 6-12 months, since the only breast-feeding is not enough to complete the nutrition need of infant. So it is need food complete the breast-feeding, that is food for complementary feeding. The practice in giving complementary feeding is influenced some factors, among others biology, economy, social culture, technology and health service, so raise a lot of problem in practice of giving the complementary feeding. The objective of this study was to obtain the information on the practice in giving complementary feeding and the factors that related to the practice of giving complementary feeding on infant age 4-11 months in Tangerang District.
This study design was cross-sectional on infant age 4-11 months in Tangerang District, Banten Province, where the data was conducted on March 2002. The sample was the mothers having infant age 4-11 months that taken based on rapid survey method (Ariawan, 1996), using cluster design by probability proportional to size (pps), so it obtained the number of sample was 300 respondents. On the implementation, the fact that 1 respondent had moved, so finally it obtained 299 mothers having infant age 4-11 months.
The data was collected by 6 alumnus of Nutrition Academy of Jakarta, which trained in advance. Dependent variable was the practice of giving complementary feeding and independent variable were mother's age, mother's education, mother's occupation, the knowledge of mother's nutrition, the number of family, family income and role of health provider. To complete the date on practice in giving complementary feeding variable, it also conducted the Focus Group Discussion at 2 cluster villages, where in each village attended by ± 10 community leaders, religion leaders and cadre. While for variable on the role of health provider it completed with in-depth interview to 29 village referrals at the study location. The analysis that conducted was univariate, bivariate and multivariate by logistic regression.
The result of this study showed that the proportion was 59.2% having good practice in giving complementary feeding and 40,8% was not good in practice in giving complementary feeding. Based on bivariate analysis known that the variable that having significant relationship with the practice in giving complementary feeding was mother's education, mother's occupation, number of family member, and the role of health worker (p<0.005). While the variable of mother's age, the knowledge on nutrition and family income have not significant relationship with practice in giving complementary feeding (p>0.005). The result of logistic regression multivariate analysis showed that the variable that the most dominant having relationship with practice in giving complementary feeding was the role of health provider with OR 3,5697. It means that the mother who had not get the role of health provider having tendency as 3.5697 times for practice in giving complementary feeding that was not good compared with mother whose obtain the role of good health provider.
Based on this study, it can be concluded that the practice in giving complementary feeding at Tangerang District is not optimal yet, since there is still 40,8% with practice in giving complementary feeding not good. It is recommended the availability of direct role from policy maker by related cross sector to improve education, the availability of day-care for infant at around the working place, and improving animal care at the family level. For health Institution, i.e. Local Health Service, Health Center and profession organization such as Association of Indonesia Medical Doctors, Association of Indonesian Midwives in order to improve their knowledge, skill and motivation on the practice in giving MP-ASI correctly and timely. For other researchers should continue cohort study on the factors that related to physiology breast-feeding expenses on the first day that caused to the high in giving the pre-lactation food.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2002
T10812
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ira Tantira Mutiara
"Salah satu masalah kesehatan yang masih menjadi beban di negara-negara berkembang, seperti di Indonesia adalah masalah gizi buruk dan gizi kurang pada anak balita. Hal ini berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia yang rendah dengan timbulnya berbagai masalah kesehatan. Bila hal itu dibiarkan di masa yang akan datang, akan semakin banyak anak yang tidak dapat menyelesaikan program wajib belajar sebab IQ nya rendah. Anak balita gizi buruk memiliki IQ 13 poin lebih rendah dibandingkan anak normal. Hasil penimbangan balita di kota Bogor pada tahun 2004, menunjukkan bahwa balita gizi buruk sebesar 0,4% dan gizi kurang 8,9%. Pengalaman di Laboratorium Pusat Penelitian Pengembangan Gizi dan Makanan (Lab P3GM) menunjukkan bahwa untuk perbaikan status gizi balita gizi buruk dengan tanda klinis (DTK) lebih lama dibanding tanpa tanda Minis (TTK). Status gizi buruk DTK adalah apabila gizi buruk tipe marasmus, kwashiorkor, dan marasmik kwashiorkor. Sedangkan status gizi buruk TTK adalah bila secara antropometri BBILI - 3 SD atau BB/TB - 2 SD, maka dikategorikan gizi buruk.
Selama ini belum diketahui faktor yang mempengaruhi status gizi buruk balita DTK. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pemberian makanan dan ASI serta faktor lain terhadap status gizi buruk balita DTK yang datang le Lab P3GM tersebut. Juga diketahuinya faktor dominan yang berpengaruh pada status gizi buruk anak balita DTK. Penelitian ini menggunakan data sekunder, dengan disain penelitian Cross Sectional. Data yang digunakan berasal dari data anak balita gizi buruk yang mengikuti rawat jalan di Lab P3GM. Seluruh balita yang berkunjung pada tahun 2004-2005 yang datanya lengkap untuk analisis ink dan sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dijadikan sampel dalam penelitian ini, yaitu sebanyak 74 anak. Analisis data yang dilakukan meliptiti analisis kai kuadrat dan analisis multivariat dengan nienggimakan analisis Regresi Logistik Ganda.
Hasil analisis menunjukkan bahwa persentase jumlah gizi buruk balita DTK lebih besar (67,6%) dibanding balita GB= TTK (32,4%). Di antara anal( balita gizi buruk DTK, ternyata lebih banyak anak gizi buruk dengan tipe marasmus (56,S%), disusul marasrnik kwashiorkor. (8,1%) don kwashiorkor (2,7%).
Pembezian ASI berhubungan bermakna dengan status gizi buruk anak balita DTK. Hasil analisis multivariat menunjukkan bahwa pemberian ASI merupakan faktor yang paling dominan berhubungan dengan kejadian status gizi buruk anak balita ILK setelah dikontrol oleh faktor umur balita dan status anemia. Anak balita yang tEdak mendapat ASI mempunyai peluang untuk menderita gizi buruk DTK 7,616 kali (OR= 7,616; 95% CI: 1,578-36,750) dibandingkan balita yang masih mendapat ASI setelah dikontrol variabel umur balita.
Promosi pemberian ASI secara benar pada ibu-ibu dari balita gizi buruk perlu diprioritaskan Promosi. ASI tersebut di antaranya, menyusui eksklusif selama 6 bulan dan meneruskan pemberian ASI hingga usia 2 tahun.

One of the health problem which is still being a burden in developing countries, including Indonesia, is malnutrition in underfive children. It related to the low quality of human resources with the occurrence of many health problems and if it is occurred, in the future will be many children not being able to graduate from their compulsory education program caused of their low IQ. Severe malnutrition children are 13 pains lower than normal children in IQ level. Children weighing result in Bogor 2004, showed that underfive children with severe malnutrition were 0,4% and moderate malnutrition were 8,9%. The experience in Food and Nutrition Development Research Center Laboratory (Lab P3GM) result is to improve the nutrition status of severe malnutrition in under five children with clinical sign (WCS) is longer than without clinical sign (WoCS). The WCS severe malnutrition are severe malnutritions with marasmus, kwashiorkor and marasmic kwashiorkor types. Whereas the severe malnutrition WoCS is if in antropomically WIA - 3 SD or WIH - 2 SD, therefore categorized as severe malnutrition.
Until now, the factors that influence the WCS children with severe malnutrition are still undetectable. Research that aims to find the relationship between food and breast feeding gift along with other factors of WCS chidren with severe malnutrion status that came to the Lab P3GM. Also known the dominant factor which influenced the WCS children with severe malnutrition. This research uses secondary data of cross sectional research design. The children's data which suffered severe malnutrition and took the away treatment at Lab P3GIvL The amount of all underfive years chidren visited in 2004-2005 and had the complete data for this analysis and also suitable with the inclusive and exclusive criteria that made as examples in this research were 74 children. The data analysis that done, the chi square analysis and multivariate analysis.
Analysis result describes the some of WCS children with severe malnutrition are bigger (67,6%) than severe malnutrition WoCS (32,4%). Between severe malnutrition WCS children, apparently, there were more severe malnutrition children in marasmus type (56,8%), followed by marasmik kwashiorkor (8,3%) and kwashiorkor (2,7%).
Breast feeding gift is related to the WCS children status of severe malnutrition. The result of multivariate analysis described that breast feeding gift to children was the most dominant factor related to the WCS children status case of severe malnutrition after having been controlled by the children age and anaemic status factors. Underfive children that do not get breast feeding gift, having risk of suffering WCS severe malnutrition 7,616 times (OR = 7,616; 95% Cl : 1,578 -- 36,750) compared with children that still having the breast feeding after controlled according to children's age variables.
Promotion of breast feeding gift correctly, to all mothers of underfive children with severe malnutrition, needs to be given priority. The promotion is an exclusive breast feeding for 6 months and until 2 years old.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2006
T19018
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Canberra: IDP of Australian Universities and Colleges , 1988
636.085 RUM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ahsan Safi`i
"Kondisi kesehatan masyarakat Indonesia saat ini sedang terpuruk. Hal ini ditandai dengan fenomena temuan kasus gizi buruk di beberapa daerah di Indonesia. Data Departemen Kesehatan Menyebutkan kasus gizi buruk dan gizi kurang pada balita tahun 2005 berturut-turut sejumlah 8,8% dan 19,20%. Di Dinkes Depok sendiri, selama tahun 2007 tercatat 959 penderita gizi buruk. Gizi buruk di Indonesia masih merupakan masalah, meski pemerintah telah mengerahkan berbagai upaya untuk mencegah dan menanggulanginya. Upaya pemerintah antara lain melalui Pemberian Makanan Tambahan (PMT) dan peningkatan pelayanan gizi melalui pelatihan-pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk kepada tenaga kesehatan. Upaya ini berhasil menurunkan angka gizi buruk menjadi 6,3% pada tahun 2001. Pada awal April 2008, Dinkes Depok menyelenggarakan pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk sebagai bentuk persiapan panti pemulihan gizi di beberapa puskesmas yang ada di Depok. Untuk mengetahui sejauh mana efektivitas penyelenggaraan pelatihan maka dilakukan penelitian mengenai ?Gambaran Penyelenggaraan Pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk Dalam Rangka Persiapan Therapeutic Feeding Center (TFC) di Dinas Kesehatan Kota Depok Jawa Barat Tahun 2008?. Tujuan penelitian ini adalah untuk Mendapatkan gambaran pelatihan Tatalaksana Gizi Buruk dalam rangka persiapan Therapeutic Feeding Center (TFC) atau Panti Pemulihan Gizi di Dinas Kesehatan Depok Jawa Barat tahun 2008. Metode yang di gunakan dalam penelitian ini berupa deskriftif kualitatif dengan pengambilan data melalui wawancara terstruktur.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pelatihan yag diberikan sudah sesuai dengan kebutuhan program dan sangat membantu pelaksanaan kegiatan Panti Pemulihan Gizi. Dari segi pelatih sudah cukup memiliki kualifikasi yang memadai. Sedangkan dari segi peserta latih memiiki latar belakang yang sesuai dengan pelaksanaan program sehingga memperlancar proses pelatihan. Dari segi materi juga sangat komprehensif yang bisa menjadi bekal peserta latih ketika terjun langsung di lapangan Hanya saja ditemui beberapa kendala terutama pada komponen fasilitas yang ada. Hal ini berakibat pada terganggunya proses penerimaan informasi yang diberikan oleh pelatih. Sehingga saran yang diberikan adalah penyediaan fasilitas serta sarana yang mendukung kelancaran program pelatihan."
Depok: Universitas Indonesia, 2008
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Iowa: Iowa State College Press, 1959
636.213 NUT (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 1998
S39497
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prita Eka Pertiwi
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2010
S26513
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Siti Awaliyati Deliabilda
"Skripsi ini bertujuan untuk mengevaluasi proses pelaksanaan program MP-ASI anak usia 6-24 bulan keluarga miskin di Puskesmas Cipaku Kabupaten Ciamis tahun 2013. Pendekatan penelitian yang digunakan adalah penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan bahwa cakupan program MP-ASI belum mencapai target. Pada penggunaan sumber daya sebagai input dapat disimpulkan bahwa jumlah maupun kompetensi SDM telah sesuai dengan yang seharusnya. Nutrisi yang terkandung dalam MP-ASI belum sesuai dengan kebutuhan sasaran. Jumlah yang disediakan dengan yang direncanakan telah sesuai. Petunjuk pelaksanaan belum tersedia sehingga perlu segera disusun karena dalam pelaksanaan program banyak hal yang perlu definisi yang jelas. Proses manajemen logistik telah berjalan dengan baik. Pencatatan dan pelaporan serta monitoring program perlu ditingkatkan. Rekomendasi penyelesaian permasalahan adalah memaksimalkan kinerja pelaksana program gizi Dinas Kesehatan Kabupaten Ciamis, melakukan pengawasan terhadap daya terima sasaran saat penimbangan posyandu setiap minggu, penyusunan petunjuk pelaksanaan perlu dilakukan segera, pengkajian ulang terkait indikator yang digunakan, dan kerja sama dengan industri rumah tangga makanan yang ada di Kabupaten Ciamis.

This thesis aims to evaluate complementary feeding program implementation for Children 6-24 Months from Poor Families in Ciamis Regency 2013. This research is qualitative research and use purposive sampling as sampling technique of informan. The result shows that scope of program is not reach the target. Inputs that used as program resources can be concluded the the quantity and quality of human resources in accordance with the supposed. Nutrients contained in compelementary feeding is not in accordance with the needs of the target. The amount provided in accordance with the plan. Implementation guidelines are not yet available. Overall, the logistics management prosess has been going well. But the prosess of recording and reporting, also monitoring programs need to be improved. Recommendations for solving the probels is to maximize the performance of nutrition program in Dinas Kesehatan Ciamis Regency, supervising the target in posyandu everyweek, reviewing of relevant indicators used, and cooperation with domestic food isdustry in Ciamis."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55742
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Pujisubekti
"World Health Organisation (WHO) menganjurkan pemberian ASI eksklusif sampai dengan bayi berusia 6 bulan untuk mengoptimalkan pertumbuhan, perkembangan, dan kesehatan bayi. Penelitian ini membahas determinan perilaku pemberian makanan pada bayi yang diukur melalui perilaku penundaaan inisiasi ASI, pemberian makanan prelakteal, pemberian makanan tambahan dini. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain studi cross sectional menggunakan data Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia tahun 2012. Sampel pada penelitian ini adalah pasangan ibu dan bayi yang berusia 0 - 23 bulan.
Hasil analisis didapatkan hampir separuh ibu di Indonesia menginisiasi bayinya lebih dari 1 jam pertama. Selain itu, proporsi ibu yang memberikan makanan prelakteal sebesar 61% dengan jenis makanan prelakteal yang terbanyak diberikan adalah susu formula. Hasil lainnya sebesar 58% bayi usia 0 - 5 bulan sudah menerima makanan selain ASI berdasarkan recall 24 jam terakhir dengan jenis makanan air putih, susu formula, dan bubur bayi fortifikasi. Diketahui bahwa status ekonomi yang tinggi, ibu dengan anak pertama, ibu yang bekerja, penolong persalinan petugas kesehatan, serta kunjungan antenatal yang kurang menjadi faktor risiko pemberian makanan pada bayi. Intervensi program ASI eksklusif perlu dilakukan semenjak pertama kali melakukan kunjungan antenatal, serta perlu diadakannya monitoring dan evaluasi dari PP ASI.

World Health Organisation (WHO) recommends exclusive breastfeeding until a baby is 6 months old to optimize the growth, development, and health of the baby. This study discusses the determinants of infant feeding behavior as measured through behavioral delayed initiation of breastfeeding, prelacteal feeding, early supplementary feeding. This study is a quantitative cross-sectional study design using Indonesian Demographic and Health Survey 2012. Samples in this study were pairs of mothers and infants aged 0-23 months.
The results of the analysis obtained almost half of the baby's mother in Indonesia initiated more than one hour. In addition, data shows that 61% mothers gave prelecteal feeds with formula milk as the most used type of food. Moreover, 58% of infants aged 0-5 months had received food other than breast milk by the recall last 24 hours with the most type of food are water, formula milk, and baby food fortification. Based on logistic regression result, it is known that high economic status, mothers with their first child, working mothers, birth attendants health workers, and less antenatal visits be a risk factor for infant feeding. Exclusive breastfeeding intervention programs need to be done since the first antenatal visit, and need monitoring and evaluation of the holding of breasfeeding regulation.
"
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S56249
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Brilliant Putri Kusuma Astuti
"MPASI merupakan sumber nutrisi utama bagi balita, khususnya bayi yang berusia 6-24 bulan. Pemberian MPASI yang tepat memiliki peran krusial dalam mempertahankan status nutrisi anak. Namun, masih banyak ibu yang belum mengetahui tentang tata cara pemberian MPASI yang tepat. Pengetahuan ibu mengenai pemberian MPASI dipengaruhi oleh berbagai macam faktor, salah satunya adalah faktor sosiodemografi. Oleh sebab itu, dalam penelitian ini akan dianalisis hubungan antara faktor sosiodemografi dengan tingkat pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu tentang MPASI.
Penelitian ini merupakan penelitian cross-sectional dengan data primer yang diperoleh melalui kuesioner dan data sekunder dari penelitian utama berjudul ?Longitudinal study on the effect of multiple micro-nutrient supplementation on haemoglobin level of 8 to 22 month old Indonesian children.?
Hasil penelitian menunjukkan bahwa 86 subjek (64,7%) memiliki tingkat pengetahuan tentang MPASI yang baik, 71 subjek (53,4%) memiliki sikap pemberian MPASI yang positif, dan 68 subjek (51,1%) memiliki perilaku pemberian MPASI yang kurang baik. Karakteristik ibu berdasarkan sebaran sosiodemografi adalah sebagai berikut: 58 subjek (43,6%) berusia di atas 30 tahun; 81 subjek (60,9%) memiliki tingkat pendidikan menengah; 117 subjek (88%) tidak bekerja/Ibu Rumah Tangga (IRT); 88 subjek (66,2%) memiliki status ekonomi di atas garis kemiskinan; dan 99 subjek (73,4%) memiliki bentuk keluarga inti.
Dari uji hipotesis Chi-square, diperoleh bahwa terdapat hubungan yang bermakna secara statistik antara tingkat pendidikan dengan pengetahuan ibu tentang MPASI (p=0,02). Namun, tidak ditemukan hubungan yang bermakna secara statistika antara faktor sosiodemografi lainnya dengan pengetahuan, sikap, dan perilaku ibu tentang MPASI.

Complementary feeding is the main nutrients supply for kids, especially in children aged 6 to 24 months. Correct provision of complementary feeding has crucial role in maintaining child nutritional status. However, there are lots of mothers with inadequate knowledge about complementary feeding. Mother's knowledge regarding complementary feeding is affected by various factors, such as sosiodemographic factors. Therefore, this study was determined to analyze the association between sociodemographic factors and the level of mother's knowledge, attitude, and behaviour regarding complementary feeding.
This study is a cross-sectional study, using primary data from questionnaire and secondary data from a primary research entitled ?Longitudinal study on the effect of multiple micro-nutrient supplementation on haemoglobin level of 8 to 22 month old Indonesian children.?
This study shows that 86 subjects (64,7%) had good knowledge about complementary feeding, 71 subjects (53,4%) had positive attitude regarding complementary feeding, and 68 subjects (51,1%) had mediocre behaviour regarding complementary feeding. Characteristics of subjects by sociodemographic factors were as follows: 58 subjects (43,6%) aged above 30 years old; 81 subjects (60,9%) had intermediate level of education; 117 subjects (88%) were housewifes; 88 subjects (66,2%) had economical status below poverty line; dan 99 subjetcs (73,4%) were classified as nuclear family.
Through Chi-Square test: there was significant association between mother's education and the knowlegde about complementary feeding (p=0,02). On the other hand, there were no significant association between any other sociodemographic factors and the level of mother's knowledge, attitude, and behaviour regarding complementary feeding.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>