Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 14 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Herdito Sandi Pratama
"Studi kesadaran yang meliputi pekerjaan philosophy of mind, neurosains, dan psikologi, berpegang pada prinsip naturalistik terhadap kesadaran, mampu menerangkan tindak kesadaran. Namun, studi kesadaran itu tidak mampu memberikan eksplanasi epistemik bagaimana yang fisikal (otak) membangkitkan yang mental (kesadaran). Ini adalah afirmasi filosofis ketidakcukupan studi kesadaran.

Consciousness study, including the work of philosophy of mind, neurosciences, and psychology, holds onto naturalistic principle of consciousness, and is able to explain consciousness behavior. But, the study unable to give epistemic explanation on how the physical states (brain/neural) give rise to the mental (consciousness). This is the philosophical affirmation of insufficiency of study of consciousness."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S16139
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Imaniar
"Feminisme telah menjadi ruang eksklusi bagi sesama perempuan. Hal ini bertentangan dengan tujuan feminisme yang ingin membebaskan perempuan dari ketertindasan. Penyingkiran ini terjadi tentunya karena feminisme tidak melihat situasi dan posisi perempuan yang berbeda di dalam pemahamannya terhadap ketertindasan. Di dalam skripsi ini ingin diungkapkan pretensi feminisme modern dalam mengkonseptualisasikan perempuan. Konseptualisasi yang selama ini hegemonik ingin dibongkar dan diinterpretasi kembali ke dalam pemahaman yang baru. Pola-pola esksklusi ingin dijejaki melalui berbagai kritik yang diutarakan oleh berbagai kelompok perempuan yang terabaikan. Skripsi ini melihat secara komprehensif permasalahan perempuan di dalam feminisme dan berusaha menciptakan pandangan yang dapat mengakomodir seluruh kepentingan perempuan. Di sisi lain skripsi ini ingin mencari jalan keluar dan mencoba merekonstruksi pemahaman feminisme yang lebih mengetengahkan nilai perbedaan dengan perspektif posmodernisme. Di dalam skripsi ini ditawarkan bentuk posmodernisme seperti apa yang ingin digunakan di dalam feminisme. Namun, tidak menutup kemungkinan bagi feminisme untuk membuka pertanyaan baru atau menciptakan arah baru tanpa harus melandaskan diri pada posmodernisme.

Feminism becomes an exclusion site for women. This statement is no longer apropriate to the point of view of feminism to liberate women from oppression of patriarchy. These emergence of exclusion due to incapability of feminism for accomodating differences position and situatedness of women with difference conceptual framework. Therefore, this thesis tries to elaborate a pretension of modern feminism in conceptualizing women?s subjectivity and representation. Feminism which is assumed to be hegemonic will be decontextualized, reinterpreted, and deconstructed within a new understanding. The circuit of exclusion on going to be traced from the critical standpoint by The Other women. This thesis wants to see the problems of women comprehensively in a one hand try to construct another foundations. This thesis is seeing a way out and construct new understanding which concern with difference and postmodernism. Which postmodernism can be articulated by feminist perspective? Which consideration of postmodernism can be adopted without eliminating any possibility for open conceptual framework? This is about setting the future of feminism without considering itself with foundational framework."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S16149
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Marina Arikha
"Fokus pembahasan skripsi ini adalah keragaman nilai dalam kehidupan sosial. Tema tersebut akan dibahas melalui metode hermeneutik berdasarkan karakter dan interpretasi sosial. Penelitian ini berpijak pada keadaan faktual dan historis yang dipenuhi oleh interpretasi, koherensi di dalamnya, kontinuitas kesejarahan, dan deskripsi sebagai elemen metodologis yang berkesinambungan dengan nilai ideologis tertentu. Kenyataan bahwa fenomena sosial berlandaskan atas wacana, teks, dan metafor. Dalam analisa sosial, struktur dapat terlihat melalui karakter teks bersama strukturnya dan dunia di dalam pemahaman dialektis dan metode eksplanasi.
......
The Focus of this study is the heterogeneity of values in social life. The theme of study will be analyzed in the twor of hermeneutical sketch based on the textuality characters and the interpretation method. The research uses the method model of factual-historical of figure that consist of interpretation, internal coherency, historical continuity, and escription as the methodical element that related to certain ideological values. The fact that social phenomena based on discourse, text, and metaphor. In social analysis structure can be seen in the sketch of the text character with its structure and world and the dialectics of understanding and explanation method."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S16144
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Ika Nurmaya
"K.H.R. Abdullah bin Nuh dilahirkan di kota Cianjur, Jawa Barat, pada tanggal 30 Juni 1905. Abdullah adalah anak ke-3 dari keluarga ningrat K.H.R. Muhammad Nuh bin Idris seorang ulama besar Cianjur. Abdullah bin Nuh pertama kali mengenal dasar-dasar keislaman dari orangtuanya, dan menamatkan pendidikan dasar_ di pesantren milik keluarganya yang bernama Panatut Talibil Muslimin. Kemudian pada usia 13 tahun, beliau belajar dan mendalami Islam di madrasah Syamailul Huda (1918-1922). Abdullah bin Nuh adalah seorang ulama intelektual yang serba ahli, aktif dan produktif. Semasa muda, Abdullah bin Nuh pernah menjadi redaktur majalah mingguan Hadramaut edisi Bahasa Arab di Surabaya (1922-1926) sekaligus juga mengajar di Hadramaut School. Tahun 1926-1928 memperdalam Ilmu Fiqih di Jami'atul Azhar, Kairo, lalu pulang dan mengajar di Cianjur sampai dengan tahun 1943. Di saat memuncaknya perjuangan kemerdekaan, beliau memimpin PETA sebagai Daidanco untuk wilayah Cianjur, Bogor dan Sukabumi. Tahun 1948-1950 terpilih menjadi anggota KNIP di Yogjakarta. Bersamaan dengan itu diangkat pula menjadi Lektor Mda pada UII, dan pada waktu itulah beliau aktif di bidang siaran bahasa Arab di RRI. Dari Yogjakarta kegiatan siaran dilanjutkan di Jakarta dengan menjabat Kepala Siaran bahasa Arab RRI (1950-1964). Selain itu juga menaajar bahasa Arab dan menjabat sebagai pengajar luar biasa pada FSUI (1960-1967); Ketua Lembaga Penelitian Islam; Ketua Yayasan Ukhuwah Islamiyah; dan memimpin majalah Pembina (1962-1972). Pada tahun 1968, Abdullah bin Nuh mulai merintis lembaga pendidikan Islam dengan nama Majlis Al-Ghazali di Kota Paris, Bogor. Dari sinilah Abdullah bin Nuh dengan segala kearifan, kharisma dan kedalaman ilmu keislamannya menyebarkan keharuman namanya sebagai seorang Llama 'langka' yang memiliki keluasan ilmu, sikap rendah hati, tegas, berprinsip namun arif. Kesemuanya membuat beliau amat toleran pada perbedaan pendapat, karena menurutnya pandangan yang mutlak-mutlakkan dan ingin benar sendiri itulah yang menimbulkan sengketa di antara umat, dan hal itu amat memprihatinkannya. Abdullah bin Nuh adalah Llama yang sunggLih mendambakan terwujudnya ukhuwwah Islamiyah. Sehingga, sebagai seorang penulis yang produktif, beliau berupaya merambah ke jalan itu, yaitu dengan menyusun buku Ukhuwah Islamiyah dan buku Ana Muslim Sunni Syafii yang merupakan 'masterpiece' dari sekian banyak buku-buku karena beliau. Selain berdakwah langsung di majlis-majlis ta'lim, ide, pandangan dan pemikirannya pun banyak beliau tuangkan dalam berbagai media masa. Karya-karyanya tersebut berkisar di bidang politik, pendidikan dan kemasyarakatan Islam. Ternyata hasil pemikirannya banyak membawa wawasan baru dalam pemikiran ajaran Islam di Indonesia, baik dalam bidang hukum Islam, tasawuf dan sastra. Dalam kaitannya dengan perkembangan pemikiran Islam di Indonesia, pemikiran K.H.R. Abdullah bin Nub ini berada pada jalur antara Ulama tradisionalis dan modernis."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
S13254
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mohammad Yazid
"Dalam penulisan skripsi ini terbagi dalam tiga pokok pembahasan. Bagian pertama tentang riwayat Agus Salim yang membahas mengenai pendidikan dan lingkungan yang mempengaruhi Agus Salim. Daintaranya pendidikan yang diterima secara formal dan informal. Kemudian dibahas juga tentang sikap dan cara Agus Salim dalam mendidik dan membina keluarga. Selain itu meninjau karya dan tulisan Agus Salim. Bagian kedua membahas kegiatan Agus Salim terutama tentang peranannya dalam organisasi seperti Sarekat Islam dan Jong Islamieten Bond. Begitu juga dalam persiapan Indonesia mencapai kemerdekaan Agus Salim menjadi salah seorang anggauta Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) dan pembahasan peranan Agus Salim sesudah Indonesia merdeka. Bagian ketiga membahas pemikiran Agus Salim. Meskipun sebenarnya pemikiran Agus Salim mencakup berbagai bidang, tetapi penulis hanya membatasi dalam bidang politik dan agama. Dalam bidang politik dibahas mengenai pemikiran Agus Salim untuk mencapai kemerdekaan dan pendapatnya mengenai pemerintahan sendiri. Begitu juga tentang cinta tanah air atau nasionalisme menurut Agus Salim yang berbeda pendapat dengan Soekarno. Pemikiran dalam bidang agama mengenai pengertian ajaran tauhid dan masalah takdir dan tawakkal. Selain itu tentang pandangan dan pendapat Agus Salim dalam menafsirkan Quran."
1987
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ajeng Rachmatika Dewi Andayani
"Budaya Patriarkal merupakan budaya yang sangat mengakar dan melembaga, budaya ini berusaha mendominasi dunia dan mengeluarkan posisi perempuan. Pembongkaran budaya patriarkal telah dilakukan oleh rentetan tiga gelombang besar feminisme, namun akar dari keberadaan patriarkal sebenarnya adalah politik. Oleh karena itu usaha pendobrakan patriarkal harus dilakukan dengan mendobrak sistem politik yang bekerja di dalamnya. Politik sendiri sejak muncul telah menghilangkan perempuan dan hal ini telah berlangsung hingga saat ini.Persoalan politik dan perempuan merupakan sebuah usaha dalam pencapaian identitas perempuan sebagai political being, sebuah identitas yang secara alamiah dimiliki oleh perempuan namun tidak dapat dimilikinya bahkan dikenalnya. Akar dari peminggiran politik perempuan adalah terjadinya pembatasan uang privat dan publik yang bersumber pada persoalan nature dan culture. Perempuan selalu dipatok pada yang privat sehingga akses mereka untuk mencapai ranah publik sangat sulit, padahal kebebasan ruang publik merupakan salah satu instrument prasyarat penting dalam mendukung subjek politik. Diperlukan sebuah system politik yang mampu mengakomodir perempuan ke dalamnya dan menuju pada telos keadilan sesuai dengan Esensi sebenarnya dari politik.
Patriarchal culture is a culture that really strong and have legitimate, this culture try to dominated world and excluding women. Deconstruction to patriarchal culture had been done by big three feminism wave, but the truth root of patriarchal is politics. Politics growing in patriarchal and work with sturdy, cause of that effort to deconstruct patriarchal must done by deconstruct politics system that work inside. Since politics emerge, it had been eliminating women and this situation happen till today. Politics problem and women try to reaching women identity as political being, this identity stay naturally in women self but women never have that identity even to know more about it. The roots of boundary women politics happen in demarcation private and public emerge from nature and culture problem. Women always stay in private; it makes their access to reaching public room very difficult, though the freedom of public room is one of the important criterion instruments in supporting politic subject. We needed a politics system that has capability to accommodate women to the system and goes to target justice according with the essential meaning of politics."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S16026
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Fristian Hadinata
"Skripsi ini merupakan penelitian transendental (Tranzendentalforschung) yang mencari syarat-syarat memungkinkan (conditio sine qua non) dari pengetahuan sehingga menjadi landasan bagi epistemologi resiprokal multivariat. Penelitian ini menggunakan metode refleksi kritis dan fenomenologi-hermenutika untuk menganalisis dua variabel primier pengetahuan, yaitu ketidakpastian dan limitasi. Tujuan dari penelitan ini adalah memperlihatkan ada kriteria sederhana untuk pertanggungjawaban pengetahuan agar terhindar dari jebakan relativisme murni dan absolutisme, yaitu koherentisme holistik fraktal. Dengan demikian, pemahaman pengetahuan adalah sebuah pengertian tentang argumentasi yang tak kunjung henti di dalam kedinamisan ketegangan dua variabel, yaitu Ketidakpastian dan limitasi.

The Focus of this study is transcendental research (Tranzendentalforschung) that explore the condition of possibility (conditio sine qua non) of knowledge which will be the background for reciprocal multivariate epistemology. This research uses method of critical reflection and phenomenology-hermeneutics to philosophizing two primary variables of knowledge, uncertainty and limitation. The objective of this research is to show the existence of simple criteria justification of knowledge to avoid from the traps of pure relativism and absolutism, that is holistic fractal coherentism. Therefore, the understanding of knowledge is a understanding about on going argumentation in dynamic tension two variables, uncertainty and limitation."
Depok: Universitas Indonesia, 2009
S16161
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Srihardinah Soebagjo
"Untuk memahami pikiran Kartini kita harus mengetahui 3 hal yaitu pertama, keadaan tanah air selama penjajahan Belanda dimana rakyat tertindas oleh kolonialiame penja-jah. Hal mana mengakibatkan rakyat menjadi bodoh dan berkesadaran budak. Kedua, adat feodal yang kolot dan membelenggu mendominasi kehidupan yang mengarah ke penderitaan terutama pada kaum wanita. Ketiga, biografi dan lingkungan keluarga Kartini yang walaupun sudah berpendidikan barat dan berbangsa tetap tidak lepas dari peraturan tersebut. Kartini, gadia bangsawan yang berpendidikan barat inipun tak luput, sehingga dalam mengejar cita-citanya ia sering terpukul oleh kekecewaan. Namun demikian Kartini wafat dengan rasa bahagia karena percaya bahwa ia telah merintia jalan bagi kemerdekaan bangsanya terutama bagi kaumnya. Di zaman Kartini khususnya manusia Jawa dapat digambarkan sebagai manusia yang hidup dalam dunia feodal yang sarat dengan peraturan-peraturan kolot yang meletakkan manusia pada 4 demensi yaitu demensi kolektif, pribadi, statia dan irasional. Di samping itu manusia Jawa mengalami berbagai macam alienasi yaitu alienasi sosial budaya dan alienasi ekonomi politik. Dengan keyakinan bahwa Tuhan menciptakan manusia tanpa perbedaan hakekat, Kartini mendambakan manusia yang mampu mempertahankan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Terutama kaumnya yang diperlakukan sangat tidak manusiawi.. Peraturan adat yang ketat mengakibatkan terbentuknya kesadaran moral yang heteronom sehingga wanita menjadi makhluk yang kehilangan harkat dan martabatnya sebagai manusia. Berbekal pendidikan dan pengetahuan yang ada padanya, dalam merefleksi keadaan tersebut di atas, Kartini berkesimpulan perlunya ada moderniaasi di dalam individu-individu bangsanya agar dapat mewujudkan kehidupan yang lebih baik. Untuk ini harus ada seseorang yang memulai. Maka ia sendiri yang akan mulai mendobrak adat yang baku serta membelenggu itu. la harus mencoba merubah cara berpikir dan pandangan hidup bangsanya. Kartini menginginkan moderniaasi tidak hanya pada individu-individu tetapi juga pada masyarakatnya. Modernisasi telah mewujudkan manfaat yang besar bagi kehidupan manusia dan untuk ini pendidikan adalah satu-satunya cara. Kartini yang telah mendapat baik pendidikan barat formal dan non formal maupun pendidikan keluarga yang turun temurun mempunyai konsep pendidikan yang diyakini yaitu pendidikan bebas, memadukan sifat baik dari bangsa lain dengan sifat baik dari bangsanya sendiri untuk dapat membentuk kwalitas yang lebih tinggi. Kartini tidak hanya ingin mencerdaskan bangsanya tetapi juga ingin membentuk budi yang luhur. Ini berarti adanya keseimbangan antara intelektualitas dan moral; suatu paduan yang seimbang antara manusia yang individualistik dan sosial disamping manusia yang cinta pada bangsa dan tanah airnya. Khusus bagi kaumnya Kartini bercita-cita emansipasi agar mereka dapat menjadi manusia yang dewasa dan mandiri. Kartini sangat gigih menegakhan emansipasi bagi kaumnya, namun demikian kegigihan itu bukan sekedar mewujudkan hak persamaan dan kebebasan wanita saja tetapi perjuangan yang mengusahakan perubahan yang menyeluruh bagi bangsanya. la tidak hanya berusaha mendudukkan wanita di tempat yang semestinya dan mengangkat harkat dan martabatnya sebagai manusia yang dilengkapi kepribadian kemanusiaan tetapi Kartini memperjuangkan cita-cita luhur yang berlandaskan kemanusiaan bagi seluruh bangsanya. Dalam menuju cita-citanya Kartini menitikberatkan pentingnya peranan pendidikan. Itulah sebabnya ia ingin menjadi seorang guru dan membuka sekolah bagi gadis-gadis. Pentingnya pendidikan bagi wanita dapat dilihat dari ucapannya yang berbunjyi Perempuan itu soko guru peradaban Dapat dikatakan bahwa cita-cita Kartini mengenai pendidikan terwujud dalam dua segi yaitu yang sifatnya fisik, misalnya dibukanya sekolah-sekolah, kemjuan yang dicapai dalam masyarakat, dan yang lebih fundamentil yaitu ketentuan perundang-undangan miaalnya ketentuan yang tercakup di dalam Pembukaan Undang--Undang Dasar 1945 dan pasal 31 Undang-Undang Dasar 1945. Akhirnya dengan Surat Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 108 tanggal 2 Mei 1964, Kartini ditetapkan menjadi Pahlawan Kemerdekaan Nasional. Seorang wanita yang berjuang menegakkan negara Republik Indonesia lewat pemikirannya."
Depok: Universitas Indonesia, 1987
S16132
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yusuf Fitra Kurniawan
"Fisika modern telah memberikan paradigma bare dalam memandang ruang-waktu dan alam semesta. Pergeseran paradigma ini beralih dari hubungan yang mekanistis menjadi pandangan organic. Pemahaman baru mengenai konsep ruang-waktu memunculkan sebuah epistemologi yang menyertakan intuisi sebagai sumber pengetahuan dan pergeseran pandangan mengenai alam menegaskan peran serta manusia dengan lingkungannya. Pandangan ini memiliki bentuk yang sama dengan epistemologi Nyaya. Sehingga pengetahuan bukanlah sesosok alat yang berfungsi untuk pemuas kebutuhan atau menguasai alam, melainkan entitas yang hams dipahami maknanya. Semesta merupakan hal integral yang harus dipahami holistik.

A modern physic gave a new paradigm concerning on time-space and universe. A paradigm that sponsoring mechanistic relationship has shifting into organic -relationship. A new understanding on time-space has revealed a new epistemological theory which believe that intuition is a source of knowledge and gave a shifting view of nature, clarify human and natural bounding. This view has a similarity with Nyaya epistemology. Knowledge wasn't a tool to satisfied our hunger or to overpowering nature, indeed it is an entity and we have to understand what it means. Universe is an integral thing that need to be understood with holistic paradigm."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S16079
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Yulia A.
"Tidak pernah ada manusia yang merasa aman dalam hidupnya. Karena manusia tidak penah dapat memprediksikan apa yang akan terjadi. Kecemasan ini kemudian berdampak pada kecemasan sosial, karena orang-orang yang merasa cemas kemudian berkumpul menjadi majemuk. Akibatnya harus ditentukan prinsip-prinsip yang mengatur kerja sama yang adil agar kecemasan bisa di minimalisir dan sebisa mungkin memberi rasa keuntungan. John Rawls menyebut kerja sama ini sebagai teori distribusi. Tujuannya adalah pembagian barang atau nikmat sosial secara sama dengan menghapuskan ketimpangan yang tidak menguntungkan seseorang. Sehingga orang-orang yang sepertinya tidak mungkin mendapat kemungkinan terbaik, dimungkinkan disini, karena ada proses dimana yang memiliki kebahagiaan yang besar akan mentransfer kebahagiaan mereka. Salah satu alternatifnya pendistribusiannya melalui asuransi dengan sistem subsidi atau pembagian.

There is no human that always feel safety in his life. It is because the limited capacity of human to predict what will happen in the future. This worry will affect to the social worried, because each of the individual then unite in one plural community. This condition develops the needs of principes of fairness joint work regulation, so that the worry could be minimize and hopefully will bring fairness and luck. John Rawls called this joint work as a distribution theory. The objective of this theory is to make a fair things distribution or social satisfaction by erasing someone_s destructions. By this theory, hopefully each man that seems impossible to get the best opportunity, could achieve it, because there is a cross substitution from the one who gets the greatest happiness to the other. One of the alternative application of the distribution is by insurance with the subsidize or allocation."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2010
S16134
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>