Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 17 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cucu Irawan
Abstrak :
Penyakit Tuberkulosis paru mempakan penyakit rnenular yang menjadi masalah kesehatan di dunia karena Mycobacterieum Tuberculosa telah menginfeksi sepertiga penduduk dunia.Pa1da tahun 1993 WHO mencanangkan kcdaruratan Global penyakit Tuberkulosis, Balita merupakan kelompok usia yang rentan terhadap berbagai penyakit infeksi salah satu penyakit yang perlu diwaspadai adalah Tuberkulosis Paru karena angka kcsakitan penyakit tersebut pada balita di Kota Bandung cukup tinggi yaitu 205 penderita dari 2374 penderita kasus di Kota Bandung. Panelitian ini bertujun untuk mengctahui hubungan faktor lingkungan fisik rumah dan karakterislik balita dcngan kejadian Tuberkulosis Paru pada balita di Kota bandung tahun 2007. Desain penelitian yang digunakan adalah desain kasus kontrol dengan jumlah sampel sebanyak 176 balita yang tcrdiri dari 88 balita Tuberkulosis Paru dengan gambaran klinis dan rdntgen (+) sebagai kasus dan 88 balita Tuberkulosis Paru dengan gambaran klinis dan rontgen Negatifsebagai kontrol. Data penelitian terdiri dari data primer yang diperoleh dengan wawancara dan pengukuran dan data sekunder dengan cara observasi dokumen. Hasil uji Chi-Square mcnunjukan bahwa teldapat beberapa variabei yang berhubungan bcrmakna secara statistik dengan kejadian Tuberkuiosis Paru pada balita yaitu status gizi, kontak penderita, pengetahuan, penghasilan, kebiasaan merokok, ventilasi, kepadatan hunian dan pencahayaan. Sedangkan berdasarkan hasil analisis regresi logisrjk diketahui bahwa variabel ventilasi merupakan variabel yang paling dominan berhubungan dengan kejadian Tuberkulosis Paru pada balita di Kota Bandung Tahun 2007 (95CI:26,l26 dan 0R=26,l26). Dari hasil pemodelan variabel penelitian diketahui pula bahwa balita dengan status gizi bl.l.!1.lk, adanya kontak penderita, ventilasi yang tidak mcmenuhi syarat, kepadatan hunian yang tidak memenuhi syarat, dan pencahayaan yang tidak memenuhi syarat mcmpunyai probabilitas terkena Tuberkulosis Paru sebesar 94% dibandingkan dengan balita yang tidak mempunyai faktor resiko tersebut. Saran yang diajukan berdasarkan hasil penelitian ini adalah Penyuluhan tcntang rumah sehat clan hygienisl untuk mencegah penularan Tuberkulosis Pam perlu ditingkatkan kepada masyarakat terutama anggota keluarganya yang positif menderita Taberkulosis Paru, dengan melibatkan tokoh masyamkat, serta lintas sektor lainnya. ......TB lungs disease is contagious disease that becomes world health problem because Mycobacterium Tuberculosis has infected one-third world population. In 1993 WHO declared Global emergency of TBC disease. Baby is the most susceptible age group toward various infection diseases. One ofthe most suspicious diseases is TBC Lungs because of quite high disease rate on baby in Bandung City that is 205 patients from 2374 cases of patients in Bandung Regency. This research is aim to recognize relation of house physical environment factor and baby characteristic with TB lungs cases on baby in Bandung Regency year 2007. Research design is using case control design with total sample of 176 babies consist of 88 babies TB lungs with clinical description and x-ray (+) as cases and x-ray (-) as control. Research design consist of primary data that obtained by interview and assessment and secondary data by document observation. Data obtained analyzed with Chi-Square and logistic regression analysis to recognize relation between risk factor and TB lungs cases on babies. Chi-Square test result shows that there are variables significantly* related statistically with Tuberculosis lungs cases on babies that nutrition status, patient contact, knowledge, eaming, smoking habit, ventilation, residence density and lightning. While based on result of logistic regression analysis obtained that ventilation variable is the most dominant variable related with TB lungs cases on babies in Bandung Regency year 2007 (95 CI:26.l26 and 0R=26.l26). From result of research variable model recognized that babies with bad nutrition status, presented patient contact, disqualified ventilation, disqualified residence density and disqualified lightning has probability of infected TB lungs as much as 94% compared to babies with no factors mentioned above. Suggestion based on research result is Counseling toward healthy and hygiene housing to prevent TB lungs infection. It need improved to public especially family members that positively infected TB lungs, by involving public figure and other cross sector.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34550
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pasaribu, Asrul Hamonangan
Abstrak :
ABSTRAK
Berdasarkan kegiatan Global Fund, 17 Kabupaten dari 33 Kabupaten / Kota di Provinsi Sumatera Utara adalah daerah endemis malaria. Dari tahun 2011 ? 2013, AMI menurun dari 12,19? menjadi 7,80? dan API meningkat dari 0,90? menjadi 1,27? serta SPR meningkat dari 9,28% menjadi 20,62%. Setiap Kabupaten masalah lingkungan dan prioritas berbeda, geografis yang mempengaruhi kesehatan, pengaruh yang berkaitan dengan perilaku hidup bersih dan sehat, pengaruh lingkungan dan akses terhadap pelayanan kesehatan

Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan lingkungan fisik rumah dengan kejadian malaria dengan desain studi cross sectional. Sumber data sekunder Riskesdas 2013. Populasi penelitian adalah seluruh penderita malaria yang terdiagnosis satu tahun terakhir.

Prevalensi malaria di Sumatera Utara adalah 2,0%. Variabel yang berhubungan dengan kejadian malaria adalah plafon rumah (p=0,025), dinding rumah (p=0,042), lantai rumah (p=0,014) dan ventilasi menggunakan kasa nyamuk (p=0,005). POR lingkungan fisik rumah dengan kejadian malaria setelah dikontrol confounder adalah 1,172 plafon / langit ? langit rumah, 0,997 dinding rumah, 1,357 lantai rumah dan 1,975 ventilasi menggunakan kasa nyamuk.

Kesimpulan lingkungan fisik rumah berpengaruh dengan kejadian malaria. Oleh sebab itu, disarankan rumah masyarakat berkontruksi permanen yang memiliki plafon rumah serta ventilasi menggunakan kasa nyamuk
ABSTRACT
Based on the Global Fund data, 17 out of 33 districts in North Sumatra Province are malaria endemic. From 2011 to 2013, there is a decreasing Annual Malaria Incidence from 12.19 ? to 7.80 ? and the Annual Parasite Incidence is increased from 0.90 ? to 1.27 ?. While the Slide Positivity Rate is increased from 9.28% to 20.62%. Each district has difference in environmental problem and priorities, geographical influence in health, and also health problems which related to population's behaviors according to a healthy and sanitary and access to the health services.

The purpose of this study is to determine association between the physical home environment and the prevention behavior of malaria incidents, using cross sectional study. Data from the Riskesdas 2013 which are analyzed due to the purpose of the research. Population of the study was all malaria incidents who were diagnosed last year.

The prevalence of malaria in North Sumatra was 2.0%. Variables with significant correlation with incidents of malaria is the ceilings (p=0.025), walls (p=0.042), floors (p=0.014) and ventilations with a mosquito net (p=0.005). POR of physical home environment and malaria incidence after controlled by the confounders was 1.196 for ceiling, 1.025 for walls, 1.365 for floors and 1.975 for ventilation using mosquito netting.

his study concluded that the physical home environment affecting the malaria incidents. Community should build permanent houses with ceiling and ventilations equipped with mosquto net.
2016
T45771
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ina Nurhidayati
Abstrak :
Penyakit Asma merupakan penyakit inflamasi (peradangan) kronik saluran napas yang ditandai adanya mengi episodik, batuk dan rasa sesak di dada akibat penyumbatan saluran napas, termasuk dalam kelompok penyakit saluran pernapasan kronik. Asma disebabkan oleh peradangan jalan napas di paru-paru, yang mengakibatkan hipersensitivitas sehingga mudah terjadi iritasi. Pada saat terjadi, saluran udara menyempit dan mengakibatkan berkurangnya udara yang masuk dan keluar paru-paru. Menurut Departemen Kesehatan di Indonesia pravelensi asma merupakan 10 besar penyebab kesakitan dan kematian, diperkirakan 2-5% dari seluruh penduduk Indonesia, artinya ada 12,5 juta pasien asma di indonesia. Lingkungan indoor atau lingkungan dalam ruangan atau rumah mampu memberikan kontribusi faktor pencetus serangan asma lebih besar dibandingkan lingkungan outdoor atau luar ruangan. Faktor lingkungan dalam rumah yang dapat mempengaruhi serangan asma bisa berupa kondisi lingkungan fisik rumah dan perilaku dari keluarga penderita asma. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kondisi kesehatan lingkungan fisik rumah dengan kasus asma akut di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur dengan studi kasus di Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan. Metode penelitian ini menggunakan desain studi kasus kontrol dengan perbandingan 1 : 1 dimana besar sampel yaitu 44 penderita asma akut sebagai kasus dan 44 untuk kontrol. Hasil penelitian didapatkan kondisi kesehatan lingkungan fisik rumah : jenis lantai (p = 1,000; OR = 0,899), jenis dinding (p = 0,800, OR = 0,771), jenis atap (p = 1,000, OR = 1,000), ventilasi (p = 0,830, OR = 1,204), kepadatan penghuni (p = 0,829, OR = 1,207), suhu (p = 1,000, OR = 1,000) dan kelembaban (p = 0,644, OR = 1,379), sumber polutan dalam rumah : jenis bahan bakar yang digunakan (p = 1,000, OR = 2,023) dan penggunaan obat nyamuk bakar (p = 1,000, OR = 0,651) serta zat iritan (Asap rokok) (p = 0,663, OR = 1,330). Karakteristik individu, terkait umur (p = 0,352, OR = 2,222) tidak memiliki hubungan dengan kasus asma akut. Sedangkan jenis kelamin p = 0,002, OR = 0,203 dan riwayat genetik p = 0,000, OR = 47,095. memiliki hubungan dengan kasus asma akut di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur tahun 2012. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan variabel yang berhubungan dengan kasus asma akut di wilayah Kota Administrasi Jakarta Timur tahun 2012 adalah jenis kelamin dan riwayat genetik. Dapat disarankan agar Upaya kesehatan promotif dan preventif terutama ditujukan untuk peningkatan upaya pembinaan dan penyuluhan tentang penyehatan pemukiman rumah sehat/sanitasi rumah dan peningkatan pengetahuan serta informasi kepada masyarakat terutama untuk pengendalian penyakit asma akut. ......Asthma is an inflammatory disease (inflammation) chronic airways characterized by episodic wheezing, coughing and tightness in the chest due to airway obstruction, belongs to a group of chronic respiratory disease. Asthma is caused by inflammation of the airways in the lungs, resulting in hypersensitivity occur so easily irritated. At the event, narrowed airways and lead to less air in and out of the lungs. According to the Ministry of Health in Indonesia pravelensi asthma is a major cause of illness and 10 deaths, an estimated 2-5% of the entire population of Indonesia, means that there are 12.5 million people with asthma in Indonesia. Indoor environment or in a room or home environment can contribute to trigger asthma attacks greater than outdoor or outdoor environments. Environmental factors in the home that may affect asthma attack can be a condition of the physical environment and the behavior of families with asthma. The purpose of this study was to determine the condition of the physical environment with acute asthma cases in the area of East Jakarta Administration City with a case study on Persahabatan Hospital. This research method using a case-control study design with a ratio of 1: 1 where a large sample of 44 patients with acute asthma as cases and 44 for controls. Results, the physical home environment health conditions: type of flooring (p = 1.000; OR = 0.899), type of wall (p = 0.800, OR = 0.771), type of roof (p = 1.000, OR = 1.000), ventilation (p = 0.830 , OR = 1.204), occupant density (p = 0.829, OR = 1.207), temperature (p = 1.000, OR = 1.000) and humidity (p = 0.644, OR = 1.379), sources of pollutants in the home: the type of fuel used (p = 1.000, OR = 2.023) and the use of mosquito coils (p = 1.000, OR = 0.651) and an irritant (cigarette smoke) (p = 0.663, OR = 1.330). Individual characteristics, related to age (p = 0.352, OR = 2.222) had no connection with the case of an acute asthma. While gender p = 0.002, OR = 0.203 and p = 0.000 genetic history, OR = 47.095 has a relationship with acute asthma cases in East Jakarta Administration City area in 2012. Based on the results of the study showed that the variables associated with cases of acute asthma in East Jakarta Administration City area in 2012 were gender and genetic history. Can be suggested that health promotion and prevention efforts primarily aimed at improving the coaching and counseling efforts on restructuring settlement healthy home / home sanitation and improvement of knowledge and information to the public, especially for the control of acute asthma.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S46984
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Pipit Ratnasari
Abstrak :
Pneumonia merupakan penyebab kedua kematian setelah diare, terutama pada balita. Selama beberapa tahun terakhir prevalensi pneumonia balita di Jawa Timur mengalami peningkatan dari 1,06% menjadi 4,2% pada 2013. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor lingkungan fisik rumah dan faktor lain diantaranya faktor karakteristik balita dan faktor sosial ekonomi, yang diduga berhubungan dengan kejadian pneumonia pada balita di Jawa Timur tahun 2012. Data penelitian merupakan data sekunder hasil Survei Demografi dan Kesehatan Nasional (SDKI) tahun 2012. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional, dengan jumlah sampel sebanyak 2.058 balita umur 0 ? 59 bulan. Analisis data dilakukan dengan analisis univariat dan bivariat menggunakan metode Chi Square. Hasil penelitian ini tidak dapat membuktikan adanya hubungan antara faktor lingkungan fisik rumah maupun faktor lainnya dengan kejadian pneumonia pada balita. ...... Pneumonia is the second leading cause of death after diarrhea in Indonesia, especially in children under five years old. Over the past few years the prevalence of pneumonia in children under five years old in East Java increased from 1,06% to 4,2% in 2013. The purpose of this study was to analyze the physical and environmental factors of houses and other factors such as children characteristic factors and socio economic factors. This research used secondary data from the National Demographic and Health Survey (IDHS) in 2012. This research used cross-sectional design study, with 2.058 total sample of children aged 0-59 months. Data was analyzed using univariate and bivariate analysis using Chi Square method. This research could not prove an association between physical environmental factors of house and other factors with the prevalence of pneumonia in children under five years.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2016
S65360
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tuti Pramurtiwati
Abstrak :
Jumlah penderita TB Pam BTA positif di Kecamatan Mustika Jaya pada tahun 2006 sebesar 19.2% melebihi positif rate 10% dari tersangka TB sehingga risiko tertular cukup tinggi di mana satu orang dcngan BTA positif dapat menularkan 10 - I5 orang setiap tahun. Penelitian ini bertujuan mengetahui faktor fisik mmah dan kamkteristik responden dcngan kejadian tuberkulosis Paru BTA positifl Desain penelitian mcnggunakan kasus kontroi. Kasus adalah penduduk berusia 2 15 tahun pada tahun 2006 dan pada bulan Januaxi sampai April 2007 yang diperiksa sputumnya dcngan hasil BTA positif sedangkan kontrol adalah tetangga kasus yang berusia 2 I5 tahun yang tidak dalam keadaan sakit dan diperiksa sputumnya dengan hasil BTA negatifi. Jumlah kasus 78 dan kontrol 78 pcngumpulan data melalui wawancara dan observasi. Analisa data deskripsi dengan distribusi frckuensi, nnalisa hubungan dengan uji kai kuadrat dan multivariat dengan regresi logistik model prediksi. Faktor fisik nnmah yang bermakna berhubungan dengan kejadian TB adalah ventilasi rumah. Faktor kanakteristik rcsponden yang berhubungan adalah 1 Jenis kelamin (2,764, 1435 - 5,327) dan status gizi (3.136, 1,496-6,S79) Faktor risiko yang paling berhubungan dengan kejadian TB Paru BTA positif adalah status gizi (3,495, 1,543-7,9l'7), Jenis kelamin (2,724, 1,304-5,69l) dan faktor risiko yang paling dominan hubungannya dengan kejadian TB Paru BTA positif adalah status gizi. Kesimpulan penehtian ini adalah Keadaan fisik rumah di wilayah kccamatan Muslika Jaya hampir sama apau homogen dan yang bermakna berhubungan dcngan TB Paru adalah vcminasiummah dan dengan giza yang jelek maka mempunyai rasiko lebih besar mcnderita TB Paru BTA positif dibandingkan dengan penduduk yang mempunyai gizi baik. Berdasarkan hasil ini disarankan. Pemerintah Kota Bekasi mcmberikan bantuan dana stimulan sebagai modal untuk menciptakan keluarga mandiri khususnya keluarga miskin, dan Dinas Kcsehatan Kota Bekasi secara periodik memberikan penyuluhan kepada masyarakat tcntang rumah yang sehat dan asupan gizi seirnbang. ...... Total amount of TB Lung BTA positive patient in Mustikajaya sub-district year 2006 as much as l9,2% more than positive rate i 10% from TB suspect. Theref`ore, contagims risk in quite high where one person with BTA positive could infect 10 - 15 people per year. This research purpose is to recognize house physical factor and respondent characteristic with TB Lung BTA positive cases. Research design is using case control. Case is residence age of > 15 years old in 2006 until April 2007 that examined before with BTA positive result. While control is case neighbor age of > I5 years old with healthy condition that examined before with BTA negative result. Total cases are 78 and control 78. Data obtained from interview and observation. Analysis of data description is frequency distribution, relation analysis with chi-square test, and multivariate with logistic regression model. Prediction of house physical faktor that significantly related with TB cases is house ventilation. Respondent characteristic factor that related are gender (2.764, 1.435 - 5.327) and nutrition status (5.I36, 1. 496 - 6.579). The most related factor with TB Lungs BTA positive cases are nutrition status (3.495, l.S43 - 7.9l7), gender (2.724, 1.304 - 5.69l) and the most dommam related risk factor with TB Lungs BTA positive is nutrition Status. Research conclution is house physical environment in Mustikajaya sub-disuict are almost the same/homogeny and related significantly with TB Lungs are house ventilation and with bad nutrition so has higher risk to infected by TB Lungs BTA positive compared to residence who has good nutrition. Based on this result is suggested to govemment of Bekasi city to give stimulant fund assistance as assets to create autonomous family especilly poor family. Moreover, Health agecy of Bckasicity periodically give counseling to public toward healthy housing and balanced nutrition input.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34507
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Darwel
Abstrak :
TB paru masih menjadi masalah kesehatan utama di dunia termasuk di Indonesia sebagai salah satu negara dengan prevalensi TB paru yang tinggi. Menurut hasil Riskesdas 2007 prevalensi TB paru di Indonesia sebesar 400/100.000 penduduk sedangkan hasil Riskesdas 2010 sebesar 725/100.000 penduduk begitupun di Sumatera. Selain adanya sumber penular, kejadian TB paru juga dipengaruhi oleh faktor lingkungan rumah (ventilasi, pencahayaan, lantai serta kepadatan hunian rumah). Rendahnya persentase rumah sehat diduga ikut memperbesar penularan TB paru di Indonesia. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui apakah hubungan kondisi lingkungan fisik rumah dengan kejadian TB paru di Sumatera berbeda berdasarkan faktor umur, jenis kelamin dan daerah tempat tinggal. Penelitian ini menggunakan disain studi potong lintang dengan sampel penelitian penduduk yang berumur diatas 15 tahun di Sumatera yang berjumlah 38.419 responden. Penderita TB paru didapatkan berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan melalui pemeriksaan dahak atau rongten paru. Dari hasil penelitian ditemukan bahwa faktor lingkungan fisik rumah yang berisiko terhadap kejadian TB paru di Sumatera adalah ventilasi rumah PR 1,314 (90% CI:1,034-1,670), pencahayaan PR 1,564 (90% CI:1,223-2,000) dan kepadatan hunian PR 1,029 (90% CI:0,798-1,327). Dari model akhir didapatkan bahwa hubungan lingkungan fisik rumah dengan kejadian TB paru di Sumatera berbeda signifikan berdasarkan faktor umur dan jenis kelamin.
Pulmonary tuberculosis is still a major health problem in the world, including in Indonesia as a country with a high prevalence of pulmonary tuberculosis. According to the basic medical research in 2007 obtained prevalence of pulmonary tuberculosis in Indonesia for 400/100.000 population while the results in 2010 for 725/100.000 population as did the population in Sumatera. In addition to the transmitting source, the occurence of pulmonary tuberculosis is also influenced by house environmental factors (ventilation, lighting, flooring and density of residential houses). The low percentage of healthy homes contribute to the transmission of suspected pulmonary tuberculosis in Indonesia. The purpose of this study was to determine whether the association of physical environmental conditions of the house with the occurence of pulmonary tuberculosis different by factors age, sex and area of residence in Sumatera. This study uses a cross-sectional study design with a sample of the study population over the age of 15 years in Sumatera, which amounted to 38,419 respondents. Patients with pulmonary tuberculosis diagnosis obtained by health professionals through the examination of sputum or lung rongten. From the research found that the factor of the physical environment the home is at risk on the occurence of pulmonary tuberculosis in Sumatera is ventilated house PR 1.314 (90% CI :1.034,1.670), lighting PR 1.564 (90% CI :1.223,2.000) and the density of residential PR 1.029 (90% CI :0.798,1.327). From the final model was found that the relationship of the physical environment house with pulmonary tuberculosis occurence in Sumatera different significantly by age and gender.
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2012
T30431
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Kasus penomenia pada balita di Kelurahan Argasari selama 6 bulan terakhir masih tinggi yaitu sebanyak 176 orang. Penelitian ini termasuk penelitian analitik menggunakan metode survei dengan pendekatan cross sectional.
610 JKKI 6:1 (2010)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Subari
Abstrak :
ABSTRAK Sehat Bagi Semua Tahun 2000 bertekad akan menurunkan angka kematian bayi sampai 50 per 1000 kelahiran hidup. Di Jawa Barat angka kematian bayi tahun 1992 relatif masih tinggi bila dibanding dengan propinsi lainnya. Laju penurunan angka kematian bayi pada masa yang akan datang akan menghadapi Hard Rock. Intervensi biologis telah berhasil menurunkan angka kematian balita namun terbatas bidangnya, masih perlu program intervensi mendasar kearah lingkungan hidup yang erat dengan balita, yakni rumah. Masalahnya adalah kondisi lingkungan fisik rumah yang bagaimana berkaitan dengan peristiwa kematian dan kesakitan balita di Jawa Barat 1992. Tujuan penelitian untuk memperoleh informasi tentang keterkaitan antara kondisi lingkungan fisik rumah dengan peristiwa kematian dan kesakitan balita, serta mencari ide Sanitary-Barrier yang dapat menunjang upaya penurunan kematian dan kesakitan balita. Subyek penelitian ini adalah rumah yang terdapat balita (sehat, sakit, mati). Variabel independen adalah kondisi lingkungan fisik rumah yang potensial sebagai media penyakit pada balita dan dikelompokkan dalam jenis-jenis barrier infeksi penyakit. Penyakit pada balita yang dipilih adalah ISPA, Diare dan Tetanus. Kerangka konsep bertolak model analisis Mosley dipenggal pada faktor lingkungan dan disederhanakan. Jenis penelitian studi analitik data sekender jenisnya Cross sectional; variabel bersifat given ; ada keterbatasan dalam memilih variabel dan analisis hubungan kausal. Pengukuran kondisi lingkungan fisik secara justifikasi menjadi 2 kelompok kondisi unsaniter dan saniter. Analisa data dengan uji Odd Ratio dan Chi Square untuk mengetahui keterkaitan lingkungan fisik rumah dengan peristiwa kematian dan kesakitan balita. Sebagai hasil penelitan, kondisi lingkungan fisik rumah yang berkaitan menjadi resiko terhadap peristiwa kematian dan kesakitan balita yang bermakna adalah unsur-unsur: polusi asap dapur, sumber air bersih, air pencuci piring, pembuangan sampah, dinding rumah. Perbaikan pada ke lima unsur ini merupakan Sanitary Barrier untuk menunjang upaya penurunkan angka kematian dan kesakitan balita di Jawa Barat.
Health For All by the year 2000 has aimed to reduce IHR to 50 per 1000 live birth. In West-Java IHR in 1992 was relatively highs comparing with other provinces. A breakthrough of IHR in the future will face Hard Rock. A biological intervention have success to reduce IHR but only in limited area, and still need a fundamental intervention program toward living environment which are closed to under five years children, that is housing. The problem is what kind of fiscal environmental condition of houses are related to the occurrence of mortality and morbidity on under five years children in West Java in 1992. The objective of the study is to obtain information on the relationship between fiscal environmental condition of houses with the occurrence of mortality and morbidity on under five years children, and to seek idea Sanitary-Barrier that could support an effort to reduce the occurrence of mortality and morbidity on under five years children. The subject of study is a house with under five years children (healthy, sick, or dead). The independent variable is physical environmental condition of houses, which are potential as media of diseases to fewer than five years children and are categorized into various types of barrier of infectious diseases. The conceptual framework based on Hosleys analysis model which is cut on the environmental factor and is simplified. The research type Is &n analytic study of secondary data, a Cross Sectional type; variables are given; there are limitation in selecting variable, and analyzing causal relationship. The measurement of physical environmental condition is justified into two groups, sanitary and unsanitary condition. Data analysis are carried out with Old Ratio and Che Spare test to see the relationship between physical environment of houses with the occurrence of mortality and morbidity on under five years children. As a result of the research, physical environmental condition of houses which have relation or au a significant risk to the occurrence of mortality and morbidity on under five years children is the elements of: kitchen smoke population, clean water resources, plate washing water, refuse disposal, and dust on the wall. The improvement of these elements is a Sanitary Barrier to support an effort of reduction of under five gears mortality and morbidity rate in west Java.
Depok: Universitas Indonesia, 1994
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurul Rezeki Yusandika Kantohe
Abstrak :
ISPA Infeksi Saluran Pernapasan Akut telah menjadi penyebab utama morbiditas dan mortalitas penyakit menular di dunia dan kelompok umur yang paling rentan terhadap ISPA adalah kelompok balita. Kasus ISPA pada balita di kelurahan Kampung Melayu Kec. Jatinegara Jakarta Timur menempati urutan pertama dengan angka kejadian setiap tahunnya hingga 3000 kasus pada balitaTujuan penelitian ini adalah untuk menganalisis hubungan kualitas lingkungan fisik rumah dan sumber pencemar udara dalam ruangan dengan kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kampung Melayu. Desain studi yang digunakan adalah cross sectional dengan jumlah sampel 102 yang terbatas pada kelompok balita. Pengambilan sampel dengan cara simple random sampling dengan menggunakan kuesioner. Uji statistik yang digunakan adalah chi-square dan Regresi Logistik. Terdapat diperoleh 55 balita yang terkena ISPA. Variabel yang memiliki hubungan kejadian penyakit ISPA pada balita adalah Jenis dinding p-value = 0.003, Jenis Atap p- value = 0.025, Kelembaban p- value = 0.001, Pencahayaan p- value = 0.000, Kepadatan hunian p- value = 0.001, dan perilaku merokok p- value = 0.002. Faktor dominan yang mempengaruhi kejadian ISPA pada balita di wilayah kerja Puskesmas Kelurahan Kampung Melayu adalah Pencahaayan p- value = 0.000; OR = 12.4 ...... Acute Respiratory Infections has been a major cause of infectious morbidity and mortality in the world and age groups most susceptible to ARIs are toddlers. ARI cases in toddlers in Kampung Melayu ranks first with the number of incidents is 3000 cases. The purpose of this study is to analyze the relationship between the quality of the physical environment of the house and the source of air pollutants indoor with the incidence of ARI in toddlers the work area of Puskesmas Kampung Melayu. The design study is cross sectional with 102 samples of toddlers. Using simple random sampling using questioner. The statistical test used is chi square and Logistic Regression. There was 55 toddlers affected by ARI. The result showed that there was correlation of ARI disease in toddlers with type of wall p value 0.003, type of roof p value 0.025, Humidity p value 0.001, Lighting p value 0.000, density residential p value 0.001, and smoking behavior p value 0.002. The dominant factors that influence the incidence of ARI in toddlers the work area of Puskesmas Kampung Melayu, Kec. Jatinegara in 2018 are lighting p value 0.000 OR 12.4.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Citra Ayu Eka Permatasari
Abstrak :
Infeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) merupakan salah satu masalah kesehatan yang ada di negara berkembang dan di negara maju. Di Indonesia, ISPA masih merupakan salah satu maslah kesehatan masyarakat yang utama terutama pada bayi (0-11 bulan) dan balita (1-4 tahun). Berdasarkan data Profil Puskesmas Rangkapan Jaya Baru Tahun 2008, Menunjukkan bahwa ISPA merupakan penyakit infeksi yang paling sering diderita oleh masyarakat Pancoran Mas Depok khususnya baduta. ISPA menempati urutan pertama dalam daftar sepuluh penyakit tertinggi di Wilayah Kerja Puskesmas Pancoran Mas Depok dengan persentase sebesar 40,68%. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor risiko kejadian gejala ISPA ringan pada baduta di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru Tahun 2008. Penelitian ini bersifat kuantitatif dengan desain studi cross sectional dengan jumlah sampel 230 baduta. Penelitian ini menggunakan data sekunder dari hasil laporan Prakesmas tahun 2008 yang dilakukan selama 3 bulan, dari bulan Februari sampai April 2008 di Kelurahan Rangkapan Jaya Baru. Pengumpulan data untuk variabel independen terdiri atas karakteristik baduta (umur, jenis kelamin, berat lahir, status gizi, asupan gizi, pola asuh), karakteristik keluarga (pengetahuan gizi ibu dan anggota keluarga yang merokok) dan lingkungan fisik rumah (cara pembuangan sampah, ventilasi udara, kebersihan lantai, jamban, kamar mandi dan pekarangan). Kesimpulan hasil penelitian menunjukkan bahwa baduta yang tidak mengalami gejala ISPA ringan sebesar 55,7%, sedangkan yang mengalami gejala ISPA ringan sebesar 44,3. Hasil uji Chi square menunjukkan bahwa ada hubungan yang bermakna (p<0,005) antara jenis kelamin dengan gejala ISPA ringan.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2009
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>