Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 15 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Cindy Febriyeni
Abstrak :
Kemoterapi menyebabkan terjadinya penurunan nafsu makan sehingga berdampak pada kecukupan asupan, salah satunya yaitu kecukupan asupan yang meliputi asupan karbohidrat dan protein. Pada saat pengobatan kanker perlunya dilakukan penanganan yang tepat mengenai masalah pada nutrisi untuk mencegah penurunan status gizi pada anak dengan kanker. Mempertahankan nutrisi pada anak kanker memerlukan manajemen nutrisi yang tepat. Pemberian nutrisi yang tepat dan adekuat pada pasien kanker anak dapat membantu menurunkan morbiditas dan mortalitas. Pada orang tua dengan anak kanker yang bermasalah dengan nutrisi selama pengobatan perlunya pemberian edukasi mengenai pemenuhan nutrisi anak kanker selama menjalani kemoterapi. Metode dalam penelitian ini adalah quasi experiment. Penelitian ini menggunakan pre dan post test. Responden berjumlah 64 responden dengan rentang usia anak 3-18 tahun, 32 responden pada kelompok audiovisual dan 32 responden pada kelompok leaflet. Pengetahuan orang tua pada kedua klompok di lakukan pengukuran pre-post edukasi. intervensi edukasi pemenuhan nutrisi berdurasi 5 menit. Data pengetahuan ibu menggunakan kuesioner dan asupan makan anak kanker di ukur menggunakan food recall 3x24 jam Hasil analisis menunjukan bahwa edukasi pemenuhan nutrisi yang diberikan kepada orang tua terdapat perbedaan pengetahuan dan asupan makan pre- post edukasi kelompok audiovisual kelompok leaflet. (p<0,05). Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa terjadinya peningkatan pengetahuan orang tua setelah mendapatkan edukasi pemenuhan nutrisi ......Chemotherapy causes a decrease in appetite so that it has an impact on the adequacy of intake, one of which is the adequacy of intake which includes carbohydrate and protein intake. At the time of cancer treatment, it is necessary to do proper handling of problems in nutrition to prevent a decrease in nutritional status in children with cancer. Maintaining nutrition in cancer children requires proper nutritional management. Provision of proper and adequate nutrition in pediatric cancer patients can help reduce morbidity and mortality. In parents with cancer children who have problems with nutrition during treatment, it is necessary to provide education regarding the fulfillment of nutrition for cancer children during chemotherapy. The method in this study is a quasi-experimental. This research uses pre and post test. Respondents amounted to 64 respondents with a child age range of 3-18 years, 32 respondents in the audiovisual group and 32 respondents in the leaflet group. Knowledge of parents in both groups was measured pre-post education. nutritional education intervention with a duration of 5 minutes. Mother's knowledge data using a questionnaire and food intake of cancer children was measured using a food recall of 3x24 hours. The results of the analysis showed that nutrition education provided to parents had differences in knowledge and food intake in the pre-post education audiovisual group in the leaflet group. (p<0.05). Based on the results of the study, it was found that there was an increase in parental knowledge after receiving education on nutrition fulfillment
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trinovita Andraini
Abstrak :
Latar Belakang: Saat ini, perubahan pola diet, terutama pola diet Barat, yang banyak mengkonsumsi makanan siap saji dan minuman ringan menyebabkan peningkatan konsumsi harian fruktosa yang bermakna, bahkan mencapai 85-100 gram per hari. Data di Amerika Serikat, menunjukkan bahwa seiring terus meningkatnya konsumsi HFCS dan sukrosa (terutama dari minuman ringan) juga terjadi peningkatan prevalensi obesitas. Peningkatan konsumsi fruktosa tampaknya merupakan salah satu faktor paling penting yang berkontribusi terjadinya epidemi obesitas karena dua alasan, yaitu proses metabolisme fruktosa terjadi lebih cepat dan menyediakan substrat lipogenik yang lebih banyak pada stadium postprandial dan fruktosa dapat menyebabkan overconsumption karena konsumsi fruktosa tidak menyebabkan peningkatan hormon leptin dan insulin posprandial. Leptin dan insulin merupakan sinyal adiposa jangka panjang yang bekerja pada hipotalamus dan mengatur jumlah asupan makanan dan energy expenditure sehingga mempengaruhi berat badan seseorang. Tujuan: Menganalisis pengaruh diet tinggi fruktosa terhadap kadar leptin serum postprandial tikus dan pengaruhnya terhadap asupan makanan dan berat badan. Metode: Studi eksperimental secara in vivo pada tiga kelompok tikus jantan spesies Sprague-Dawley, berusia 8-10 minggu dengan berat badan berkisar antara 150-200 gram. Tikus diberikan perlakuan selama 15 hari diberi larutan kontrol atau larutan glukosa 43% dengan dosis 2 mL/100 g BB/hari, atau fruktosa 43% dengan dosis 2 mL/100 g BB/hari dan makanan standar. Parameter yang diukur adalah jumlah asupan makanan, pertambahan berat badan dan kadar hormon leptin postprandial setelah 15 hari perlakuan dengan metode ELISA (Enzyme- Linked Immunosorbent Assay). Hasil: Kadar leptin serum postprandial tikus lebih tinggi secara bermakna pada kelompok perlakuan glukosa tetapi tidak berbeda bermakna pada kelompok perlakuan fruktosa dibanding kelompok kontrol, sedangkan jumlah asupan makanan pada kelompok perlakuan fruktosa lebih rendah daripada kelompok glukosa dan pertambahan berat badan pada kelompok perlakuan fruktosa lebih tinggi daripada kelompok perlakuan glukosa tetapi tidak berbeda bermakna. Kesimpulan: Fruktosa memiliki kecenderungan menyebabkan kadar leptin postprandial lebih rendah dari glukosa dan memiliki kecenderungan menyebabkan penurunan asupan makanan dan peningkatan berat badan yang lebih besar dibandingkan glukosa. ......Background: Nowadays, due to changing on diet, especially Western diet which consumes fast food and soft drink cause increasing daily consumption of fructose, even to achieve 85-100 gram per day. In US, data shows that the more to consume HFCS and sucrose (especially soft drink), the more to increase obesity. The increase of fructose consumption appears to be one crucial factor which contributes obesity epidemic due to two reasons as follows: fructose metabolism process happens faster and provides more lipogenic substrate on postprandial stadium and fructose can cause overconsumption because fructose consumption is not the same as glucose which does not cause increasing leptin hormone and insulin postprandial. Leptin and insulin are the long tenn adiposity signal which work on hipothalamus and manage amount of consumption food and energy expenditure so it will influence body weight. Objective: To understand the influence of high fructose diet on postprandial level of serum leptin and its influence to daily food intake and body weight in rat. Method: In vivo experimental study on three groups of male rats of Sprague-Dawley species, age between 8-10 weeks with body weight around l50-200 gram. Rats are given treatment for 15 days and given control liquid or glucose liquid 43% with dose of 2 mL/l00gr body weight/day or fructose 43% with dose of 2 mL/100 gr body weight/day and standard food. The measured Parameter are amount of daily food intake, increasing of body weight and postprandial serum leptin level after 15 days of treatment with ELISA (Enzyme Linked Immzmosorbent Assay) method. Result: The rats postprandial serum leptin level is higher significantly on glucose treatment groups but it is not different to fructose treatment group compared to control group. In addition, amount of daily food intake on fructose treatment group is lower than that of glucose group and gaining body weight of fructose treatment group is higher than that of glucose treatment but the different between them is not significant. Conclusion: Fructose tends to cause degree of postprandial serum leptin level lower than glucose and tend to cause decreasing consumption of food and gaining body weight higher than glucose.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2010
T33931
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Suparman
Abstrak :
ABSTRACT
This study was conducted for the purpose to obtain valuable information on how far health center had done its role on improving children nutritional status.

This study did not attempt to evaluate health program implemented by health center, but only differentiated the two extremes of health center performance (low and high performance) and their contribution to improving children nutritional status.

This research report has been presented in three parts. Part 1. Introduction consisted of background of the study, problem statement and rationale of the study, literature review, causal model, hypotheses, objectives of the study, variables and indicators. Part 2. Manuscript for publication was presented according to Food and Nutrition Bulletin's format, there were abstract, introduction, subjects and methods, results, discussion, conclusion, references, and appendices. Part 3. Appendices consisted of questionnaires, methodology, ethical consideration, operational definition, detailed results, recommendations, instruction for the contributors of Food and Nutrition Bulletin, references and curriculum vitae.
1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Mahdiyah
Abstrak :
Keadaan gizi kurang atau lebih terjadi karena kegagalan mencapai konsumsi gizi seimbang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan pola konsumsi mahasiswa UNJ - Rawamangun, seperti jenis kelamin, pengetahuan gizi dan sikap pemenuhan gizi. Penelitian ini merupakan analisis terhadap data sekunder yang dilaksanakan pada bulan Juni 2001. Pengambilan data secara cross-sectional dilakukan terhadap 327 mahasiswa UNJ tahun 2000. Analisis data menggunakan analisis regresi logistik dan multivariat dengan perangkat komputer. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa 48 % responden memiliki pola konsumsi yang balk. Terdapat hubungan yang bermakna (p < 0,05) antara status sosial ekonomi dan sikap pemenuhan gizi dengan pola konsumsi mahasiswa UNJ. Berdasarkan hasil penelitian ini disarankan kepada pengelola program kesehatan dan program pendidikan agar diberikan penyuluhan gizi yang diharapkan dapat mengubah sikap pemenuhan gizi yang positif. Selanjutnya perlu dilakukan penelitian lanjutan dengan mengukur jumlah konsumsi atau asupan gizi mahasiswa UNJ untuk mengetahui pola konsumsinya.
Factors Associated to Meal Pattern of Students in Universitas Negeri Jakarta, in 2000The under nutrition and over nutrition occurs doe to the failure in balance nutrition. The objective of this study is to investigate related the meal pattern of students in Universitas Negeri Jakarta (UNJ) - Rawamangun, such as a gender, socio-economic status, nutritional knowledge and the attitude of nutritive food. This study used secondary data analysis that carried out in June 2001. A cross-sectional study was conducted with sample of 327 students districts in Universitas Negeri Jakarta were collected in 2000. Data analysis conducted of logistic regression analysis and multivariable method was done using statistic package. The result showed that 48 % of respondent have a good meal pattern. There were significant correlations between socio-economic status and attitude to the nutritive food with students meal pattern (p < 0,05). The nutritional education program to promote nutritional guidelines should be conducted forward good attitude of nutritive food. Hopefully another study could be conducted to know a better and stronger association between meal pattern with food consumption or food intake.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2001
T5216
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nuraiza Meutia
Abstrak :
Ruang Lingkup dan Cara Penelitian : Bertambah atau berkurangnya berat badan terjadi akibat perubahan pada keseimbangan energi tubuh. Salah satu faktor yang mempengaruhi hal ini adalah adanya perubahan pada nafsu makan. Bagian tubuh yang dipahami sebagai pusat pengaturan nafsu makan adalah hipotalamus. Hipotalamus menerima berbagai sinyal dari dalam dan luar tubuh untuk menimbulkan respon perubahan nafsu makan. Pegagan merupakan salah satu tanaman yang secara tradisional disebutkan dapat meningkatkan nafsu makan. Qfeh karena itu permasaiahannya adalah apakah benar pegagan dapat meningkatkan nafsu makan, dan dengan mekanisme yang bagaimana. Pada penelitian ini diamati efek pegagan terhadap nafsu makan melalui parameter-parameter jumlah asupan makanan dan pertambahan berat badan. Dan untuk menjajaki mekanisme yang mungkin terjadi sebagai sinyal yang mempengaruhi nafsu makan, diperiksa kadar glukosa darah dan kadar hormon ghrelin. Hewan coba yang digunakan adalah tikus Wistar jantan dengan berat 141,2 t 12,7 gram. Penelitian dibuat 2 kelompok yaitu : kelompok kontrol dengan pemberian cekokan aquades selama 2 minggu ( n = 14 ) dan kelompok uji dengan pemberian cekokan ekstrak pegagan selama 2 minggu (n = 14 ). Hasil dan Kesimpulan : Dari hasil pengamatan didapatkan jumlah asupan makanan kelompok kontrol ( MBK = 8,28 ± 0,76 gr vs MSK = 8,05 ± 0,83 gr, T-test, p > 0,05 ). Pada kelompok uji didapat ( MBu = 8,21 ± 1,38 gr vs MSu = 8,05 ± 0,73, T-test, p > 0,05 ). Pengamatan terhadap kenaikan berat badan antara kelompok kontrol dan kelompok uji didapat ( PBK = 16,26 ± 5,24 gr vs PBu = 13,22 ± 8,06 gr, T-test, p > 0,05 ). Pengamatan terhadap kadar glukosa darah pada kelompok kontrol dan kelompok uji didapat ( KGDK = 119,21 ± 17,91 mg/di vs KGDu = 166,86 ± 54,85 mgldl, T-test, p < 0,05 ). Pengamatan terhadap kadar ghrelin plasma darah pada kelompok kontrol dan kelompok uji didapat (GK = 2,483 ± 0,507 nglml vs Gu = 2,126 ± 0,347 nglml, T-test, p < 0,05 ). Hasil analisa menunjukkan bahwa jumlah asupan makanan rata-rata kelompok kontrol dan kelompok uji menunjukkan adanya penurunan tetapi tidak bermakna secara statistik (p > 0,05). Pada kedua kelompok terjadi pertambahan berat badan karena hewan coba yang digunakan masih pada usia pertumbuhan, dan pertambahan yang terjadi antara kedua kelompok tidak berbeda bermakna secara statistik ( p > 0,05 )Sedangkan hasil analisa terhadap kadar glukosa darah menunjukkan adanya peningkatan dan bermakna secara statistik ( p 0,05 ). Dan untuk kadar ghrelin plasma menunjukkan penurunan dan bermakna secara statistik ( p < 0,05 ).
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2005
T 13660
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Shinantya Ratnasari
Abstrak :
Tesis ini mengkaji hubungan intensi ibu terhadap asupan dan status gizi anak di dua sekolah dengan status sosial menengah ke atas dan ke bawah. Tujuannya untuk mengetahui gambaran faktor-faktor pembentuk intensi dan tingkah laku serta hubungannya dengan asupan dan status gizi anak. Faktor-faktor itu terdiri atas sikap, norma subjektif, perceived behavioral control (PBC). Asupan gizi mencakup asupan energi, protein, frekuensi konsumsi buah dan sayur. Status gizi anak diukur menggunakan indikator indeks antropometri TB/U dan BB/U. Penelitian ini menggunakan metode kuantitatif dengan desain studi cros sectional. Responden penelitian terdiri atas 67 orang, mencakup 33 orang dari sekolah X dan 34 orang dari sekolah Y. Data dianalisis menggunakan teknik korelasi Spearman Rank Order dan uji perbedaan menggunakan teknik Mann-Whitney. Hasil penelitian menunjukkan tidak ada hubungan yang bermakna antara sikap, norma subyektif, dan intensi ibu dengan asupan dan status gizi, tetapi ada korelasi positif antara PBC dan asupan energi anak. Hasil juga menunjukkan bahwa intensi ibu dari Sekolah Y lebih tinggi dari ibu di Sekolah X. Hasil menunjukkan bahwa ibu yang memiliki intensi memberi makanan sehat lebih tinggi memiliki kecenderungan memberikan makanan sehat yang lebih tinggi daripada ibu yang memiliki intensi memberi makanan sehat yang lebih rendah. Peneliti menyarankan untuk meningkatkan persepsi kontrol pada para ibu untuk memberi makanan sehat melalui peningkatan self-efficacy, mengembangkan strategi penyediaan bahan mentah, dan meningkatkan keterampilan memasak. ......This thesis examines the relationship among mother’s behavioral intention, child food intake and nutritional status children in two schools in South Jakarta, using the theory of planned behavior approach. The goal is to describe the factors forming intentions and behavior and its relationship with the nutritional status of children. These factors consist of attitude, subjective norm, PBC. Food Intake includes intake of energy, protein, frequency of consumption of fruits and vegetables. Nutritional status was measured using anthropometric indicators of HFA and WFA. This study used quantitative methods with cross sectional study design. The respondents consisted of 67 people, including 33 people from school X and 34 people from school Y. Data were analyzed using Spearman's Rank Order Correlation technique and mean difference test using the Mann-Whitney technique. The results showed no significant relationship between attitudes, subjective norms, and intentions to food intake and nutritional status of children, but there is a positive correlation between perceived behavioral control and children’s intake of energy. The results also indicate that mother’s behavioral intention of the Preschool Y is higher than mother’s behavioral intention of the Preschool X. Results showed that mothers who have higher intention of giving healthy food has a higher tendency to give healthy foods than mothers who have lower intention. Researchers suggest to improve mother’s perception of control on providing healthy food through increased self-efficacy, modeling, developing strategies to supply raw material food, and improve their cooking skills.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T41892
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahmi Nuraini
Abstrak :
Diabetes mellitus, penyakit degeneratif yang terjadi akibat resistensi insulin pada sel tubuh, menyebabkan beberapa penyakit komordibitas dan sindrom metabolik seperti obesitas sentral. Obesitas sentral pada diabetisi dapat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti asupan, gaya hidup dan lain-lain. Skripsi ini bertujuan untuk melihat perbedaan obesitas sentral berdasarkan asupan energi dan faktor lainnya pada diabetisi. Penelitian ini dilakukan pada diabetisi di Puskesmas Jatinegara pada bulan April 2017. Desain penelitian ini menggunakan metode Cross-sectional dengan jumlah sampel 133 orang. Lingkar perut ditentukan berdasarkan pengukuran dengan menggunakan pita ukur, aktivitas fisik dan kebiasaan makan diketahui melalui kuesioner aktivitas fisik GPAQ, food recall 24 jam dan Food Frequency Questionnaire FFQ. Hasil penelitian menunjukkan bahwa berdasarkan pengukuran lingkar perut sebanyak 85 diabetisi mengalami obesitas sentral. Uji Independent T-Test menyatakan bahwa variabel asupan lemak, kebiasaan sarapan dan tingkat pengetahuan memiliki perbedaan bermakna dengan obesitas sentral. Untuk menurunkan angka obesitas sentral pada diabetisi, disarankan untuk diberikan edukasi mengenai obesitas sentral dan pola makan pada diabetisi. ......Diabetes mellitus is a degenerative disase caused by insulin resistance in body cells, it will also causes some diseases of comordibity and metabolic syndrome such as abdominal obesity. Abdominal obesity in diabetics can be influenced by various factors such as food intake, lifestyles and others. This undergraduate thesis aims to see the difference between abdominal obesity based on energy intake and other factors in diabetics. This study was conducted on diabetics in Puskesmas Jatinegara in April 2017. The design of this study used Cross sectional method over 133 people as sample size. Abdominal circumference is determined by measurement using measuring tape, physical activity and eating habits throughout GPAQ Physical Activity Questionnaire, 24 hour Food Recall and Food Frequency Questionnaire FFQ. The results showed that based on abdominal circumference measurements as much as 85 of diabetics are abdominal obesity. The Independent T Test stated that the variable fat intake, breakfast habits and knowledge level had significant differences with abdominal obesity. In order to reduce abdominal obesity rates in diabetics, it is advisable to promote the education on abdominal obesity and diet for diabetics.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2017
S68475
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Anisa Nurhidayah
Abstrak :
Obesitas merupakan masalah kesehatan yang ditandai dengan nilai Indeks Massa Tubuh ≥ 30. Obesitas dapat memicu penyakit lain seperti Diaebetes Mellitus dan penyakit Kardiovaskular. Pada penelitian sebelumnya, ekstrak Caesalpinia sappan L. atau dikenal di Indonesia sebagai kayu Secang, terbukti dapat mengurangi akumulasi lemak secara in vitro. Sementara, kombucha dipercaya dapat meningkatkan sistem imun. Pada penelitian ini, dilakukan eksperimen secara in vivo pada kombucha C.sappan. Penelitian ini menggunakan tikus putih betina Sprague-Dawley yang dibagi menjadi 8 kelompok, yaitu kontrol sham dan kontrol negatif (CMC-Na 0,5% 2 mL/200 grBB), kontrol positif (Tamoksifen 0,4 mg/200gr BB), ekstrak Secang (20 mg/200grBB), kombucha (1 mL/200grBB), serta 3 kelompok variasi dosis kombucha Secang dengan D1 (1 mL/200 gr BB), D2 (3 mL/200 grBB/), dan D3 (3 mL/200 grBB/3 kali sehari), dengan pemberian secara oral. Semua tikus dilakukan ovariektomi, kecuali kelompok sham dilakukan pembedahan tanpa pengambilan ovarium. Tikus dipelihara 4 minggu pasca operasi, lalu diberi perlakuan selama 28 hari. Parameter yang diukur adalah berat badan, food intake, akumulasi lemak viseral, dan ukuran sel adiposit. Berdasarkan penelitian, kombucha Secang dosis 3 (3 mL/200grBB/3 kali sehari) menurunkan berat badan, nafsu makan, mengurangi akumulasi lemak viseral dan ukuran sel adiposit. ......Obesity is a health problem characterized by a Body Mass Index value ≥ 30. Obesity can trigger other diseases such as diabetes mellitus and cardiovascular disease. In previous studies, Caesalpinia sappan L. extract was shown to reduce fat accumulation in vitro. Meanwhile, kombucha is believed to boost the immune system. In this study, in vivo experiments were conducted on kombucha from C. sappan extract. This study used female Sprague-Dawley white rats which were divided into 8 groups, namely sham and negative control (CMC-Na 0.5% 2 mL/200grBW), positive control (Tamoxifen 0.4 mg/200grBW), C.sappan extract (20 mg/200grBW), kombucha (1 mL/200grBW), as well as 3 groups of dose variations of C.sappan kombucha with D1 (1 mL/200 gr BB), D2 (3 mL/200grBW), and D3 (3 mL/200grBW/3 times a day), with oral administration. All rats were ovariectomized, except for the sham group. After 4 weeks ovariectomy, rats were treated for 28 days. Parameters measured were body weight, food intake, visceral fat accumulation, and adipocyte cell size. Based on the study, C. sappan kombucha dose 3 (3 mL/2grBW/3 times a day) decreased body weight, food intake, reduced visceral fat accumulation and adipocyte cell size.
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nurita Chairina
Abstrak :
Latar belakang: Lingkungan kerja pilot dengan paparan radiasi kosmik dan hipoksia dapat menyebabkan gangguan metabolisme lemak yang terlihat pada pemeriksaan profil lipid darah. Dislipidemia merupakan faktor risiko utama aterosklerosis yang menyebabkan serangan jantung sehingga dapat mengancam keselamatan penerbangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui faktor - faktor risiko dislipidemia pada pilot sipil di Indonesia. Metode: Penelitian ini menggunakan desain potong lintang dengan consecutive sampling pada pilot sipil yang memeriksakan kesehatan berkala di Balai Kesehatan Penerbangan. Data profil lipid didapatkan dari pengisian kuesioner. Variabel yang dianalisis adalah jam terbang total, asupan makanan, Indeks Massa Tubuh IMT, kebiasaan merokok, dan latihan fisik. Hasil: Terdapat 128 responden yang memenuhi kriteria inklusi dan bersedia mengikuti penelitian. Didapatkan prevalensi dislipidemia 61,7 dengan mayoritas kadar HDL rendah sebesar 57. Faktor - faktor dominan yang berhubungan dengan dislipidemia adalah obesitas dan asupan makanan tidak sesuai. Pilot sipil dengan asupan makanan tidak sesuai meningkatkan risiko dislipidemia sebesar 2x lipat dibandingkan pilot sipil dengan asupan makanan sesuai OR= 2,44; IK 95 = 1,15 - 5,18; p= 0,02. Jika dibandingkan dengan pilot sipil dengan IMT normal, pilot obese berisiko 4x lipat terjadi dislipidemia OR= 4,21; IK 95 = 1,48 - 11,99; p= 0,007. Simpulan: Asupan makanan tidak sesuai dan obesitas berhubungan dengan terjadinya dislipidemia pada pilot sipil di Indonesia. ...... Background: Pilot's occupational environment with cosmic radiation and hypoxia exposure can influence lipid metabolism which reflected in blood lipid profile. Dyslipidemia is the main risk for atherosclerosis that lead to heart attack which can threats flight safety. The purpose of this study was to identify associated risk factors for dyslipidemia among civilian pilot in Indonesia. Methods: This was cross - sectional study using consecutive sampling among civilian pilots who went to periodic medical check - up in Balai Kesehatan Penerbangan. Blood lipid profiles data was obtained from questionnaire. Variables that went into analyze are total flight hours, food intake, Body Mass Index BMI, smoking habit, and physical activity. Results: There were 128 respondents who met the inclusion criteria and willing to participate. The dyslipidemia prevalence was 61,7 with low - HDL index was the highest up to 57. Obesity and inapproriate food intake were dominant risk factors that associated with dyslipidemia. Civilian pilots with inapproriate food intake compared with those who had appropriate food intake had 2 - fold risk to have dyslipidemia OR 2,44 95 CI 1,15 - 5,18 p 0,02. Obese pilots had 4 - fold risk to have dyslipidemia compared with those pilots with normal BMI OR 4,21 IK 95 1,48 - 11,99 p 0,007. Conclusion: Inapropriate food intake and obesity associated with dyslipidemia among civilian pilots in Indonesia.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
SP-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
<<   1 2   >>