Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Kepustakaan Populer Gramedia, 2021
920.02 PEM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abdul Rozak Zaidan
Abstrak :
Sajak-sajak Goenawan Mohamad adalah sajak-sajak yang memiliki pesona tersendiri di antara sajak-sajak sezamannya. Kehadiran sajak-sajak Goenawan Mohamad dalam dunia perpuisian Indonesia modern telah banyak mendapat sorotan, baik dari pemerhati sastra Indonesia di dalam negeri maupun dari luar negeri. Mereka itu, antara lain, H.B. Jassin (dalam Toda, 1984), Sapardi Djoko Damono (1973), M.S. Hutagalung (1976), Dami N. Toda (1984), Hoedi Soeyanto {1972), Linus Suryadi AG {1989), A. Teeuw (1980), Burton Raffel (1967), dan Harry Aveling {1974). Kajian mereka atas sajak-sajak Goenawan Mohamad pada umumnya bukan merupakan kajian yang khusus dan terpumpun, kecuali kajian yang telah dilakukan oleh Dami N. Toda (1984). Kajian mereka dapat dikatakan hampir sampai pada penilaian bahwa sajak-sajak Goenawan Mohamad memiliki keunikan dan daya pesona yang khusus. Jassin lebih jauh menyatakan bahwa sajak-sajak Goenawan Mohamad memberi kesan suasana tanpa kita bisa mengatakan gagasan apa yang mau dikemukakan. Dalam anggapan Jassin, Goenawan Mohamad hendak menampilkan saat-saat suasana yang di dalamnya kesadaran bersatu dengan keadaan dan sebaliknya (dalam Toda, 1984: 10). Apa yang dikemukakan Jassin itu dapat disandingkan dengan kesan Sapardi Djoko Damono yang dimuat dalam sampul belakang buku kumpulan sajak Interlude sebagai berikut. "Goenawan telah berhasil menciptakan peristiwa-peristiwa yang menjadikan kenang-kenangan bisa berkomunikasi. Kenang-kenangan itu cenderung menyusun gumam, semacam percakapan, barangkali pertengkaran". Gumam yang terungkap dalam sajak-sajak Goenawan Mohamad selalu menampilkan suasana hati tertentu. Oleh karena itu, tidaklah berlebihan kalau Jassin, lebih lanjut, menyebut sajak-sajak Goenawan Mohamad sebagai sajak suasana. Di dalamnya pembaca tidak berurusan dengan pikiran, tetapi dengan rasa, dengan suasana hati itu. Hampir senada dengan Jassin, Hutagalung (1976: 44) menyebut sajak-sajak Goenawan Mohamad membangun imaji tertentu yang menyebabkan timbulnya perasaan-perasaan murung, suram berkabut. Sajak-sajak Goenawan Mohamad dalam pandangan Hutagalung membuat pembaca lebih terpesona daripada berpikir. Kita tidak dirangsang berpikir tetapi diajak untuk merasakan suasana itu.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1992
T10435
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Maroghi
Abstrak :
Skripsi ini menelaah Kumpulan Sajak Don Quixote dengan pendekatan intrinsik. Tujuannya adalah menjelaskan proses kreatif Goenawan Mohamad menciptakan ulang tokoh Don Quixote. Metode yang digunakan adalah metode deskriptif analitik. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa dalam menciptakan ulang tokoh Don Quixote, Goenawan Mohamad menonjolkan unsur-unsur pembentuk puisi, seperti enjambemen, citraan, dan diksi. Unsur-unsur tersebut membentuk cara pandang yang baru terhadap tokoh Don Quixote yang aslinya merupakan sosok yang dicemooh menjadi tokoh yang memiliki pendirian. ...... This undergraduate thesis examines Kumpulan Sajak Don Quixote with intrinsic approach. The purposes are to explain Goenawan’s creative process recreate Don Quixote figure. This research used descriptive-analytic as the method. The results of this study show that the figure of Don Quixote recreate, Goenawan highlight the elements forming the poem, such as enjambment, imagery, and diction. These elements form a new perspective on the character of Don Quixote which originally was a figure who scorned the cast who have establishments.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2015
S63951
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library