Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Elza Ibrahim
Abstrak :
Ruang lingkup dan cara penelitian : Penelitian ini bertujuan mencari derajat ketepatan penentuan golongan darah ABO dari material gigi yang diambil dari 145 subyek. Determinasi golongan darah dilakukan pada bahan email, dentin dan pulpa serta dari darah pasta pencabutan sebagai kontrol. Sampel dibagi menjadi 4 kelompok : 54 gigi non-karies yang dibelah dua, sebagian segera dilakukan penentuan golongan darah, sebagian lagi dibiarkan dalam suhu kamar (29±4°C) selama satu bulan sebelum ditentukan golongan darahnya. Sebagai perbandingan 36 gigi non-karies dikubur dalam tanah selama satu bulan sebelum dilakukan penentuan golongan darah dan 55 gigi karies yang langsung ditentukan golongan darahnya. Penentuan golongan darah dilakukan dengan metode absorpsi elusi. Hasil dan Kesimpulan : Hasil menunjukkan pada kelompok non-karies, frekuensi ketepatan pada sampel email lebih kecil secara signifikan dibanding dentin, pulpa dan darah (p<0,01), sedangkan antara dentin, pulpa dan darah tidak ada perbedaan yang bermakna. Dan email, hanya 37-59 % yang terdeteksi bertar, diduga disebabkan karena rendahnya fraksi organik gigi dibagian ini. Sampel dentin dan pulpa tidak menunjukkan adanya perbedaan yang bermakna baik pada paparan tanah maupun suhu kamar selama satu bulan. Secara keseluruhan untuk dentin dan pulpa persentase ketepatan penentuan golongan darah pada gigi non-karies berkisar antara 94-100 %, sedangkan untuk gigi karies 65-87 %. Disini terlihat bahwa frekuensi ketepatan penentuan golongan darah dan dentin dan pulpa pada karies pulpa lebih kecil secara signifikan dibandingkan non-karies (p<0,01). Ketepatan penentuan golongan darah antara gigi karies dentin dan karies pulpa tidak terdapat perbedaan yang bermakna. Dapat disimpulkan bahwa materi email tidak dianjurkan untuk digunakan dalam penentuan golongan darah dari material gigi. Sedangkan dentin, pulpa dan kemungkinan gigi utuh secara keseluruhan dapat dipercaya untuk penentuan golongan darah waupun proporsi ketepatan agak lebih rendah dibandingkan darah secara langsung, materi dari suatu gigi utuh cukup memenuhi persyaratan dalam penentuan golongan darah. Efek kontaminasi mikro-organisme karies secara signifikan juga terlihat dalam hasil penelitian ini, yang berarti membatasi relabilitas ketepatan penentuan golongan darah dalam identifikasi forensik. Bila dimungkinkan sebaiknya digunakan gigi non-karies dan dalam keadaan terpaksa dipilih seminimal mungkin gigi karies. ......Determination of ABO Blood Grouping Using Tooth Material: Supporting Information for Forensic IdentificationScope and methods of research: To study the efficiency and robustness of ABO blood grouping from tooth material, extracted tooth samples from 145 people were ABO blood grouped torn enamel, dentine and pulp, with direct blood grouping at the time of extraction as control. Of the 145 tooth samples, a half of 54 teeth without caries and 55 whole teeth with caries were blood grouped immediately (within few days). The other half of the 54 teeth without caries were stored at room temperature (29±4°C) for one month. For all cases, straightforward absorption elution technique was used br ABO blood grouping from tooth material. Results and Conclusions: From enamel, the proportion of correctly ABO blood grouped tooth samples without caries was only 37 to 59 % and significantly smaller (p<0,01) than from dentine, pulp or control (blood). In comparison, for dentine and pulp 94 to 100 % of the results were correct for teeth without caries, and there was no significant difference between dentine, pulp and control immediately after extraction. With the exception of relatively unreliable blood grouping from enamel, storing non-caries teeth for one month at room temperature appears to exert no significant influence in comparison with immediate blood grouping after extraction. However, one month underground made it significantly less likely (p<0,01 for dentine and pulp) to achieve correct blood grouping from non-caries tooth material in comparison with immediate blood grouping after extraction or one month storage at room temperature. For dentine and pulp, only 65 to 87 % of blood grouping results were correct for teeth with caries. Particularly caries pulpa appears to make correct blood grouping from tooth material (dentine and pulp) significantly less likely (p<0,01) than torn non-caries teeth. Similar tendency for teeth with caries dentine was weaker, but there was no significant difference in correct blood grouping torn teeth with caries dentine and caries pulpa. The results confirm that enamel alone is unreliable material for ABO blood grouping. However, dentine, pulp and probably whole teeth without caries can be used hr blood grouping with reasonable confidence. The material torn a single tooth appears sufficient for blood grouping in such cases. The results also imply adverse effects of microbial contamination by caries and soil contact, which can limit the reliability of correct blood grouping from teeth in forensic applications. When the choice is possible, tooth material with as little caries as possible should be used.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A.A. Made Naradipa
Abstrak :
ABSTRAK
Tesis ini membahas tentang kesesuaian pengelompokan tindakan medis pasien Askes di RSU Puri Raharja, dimana selama periode Juli-Agustus 2013 diketahui masih terjadi 49,2% ketidaksesuaian TMO yang ditetapkan oleh dokter dan PT Askes. Tesis ini membahas hubungan antara variable organisasi dan individu terhadap kesesuaian pengelompokan TMO. Desain penelitian adalah kombinasi metode kuantitatif dan metode kualitatif. Hasil penelitian menunjukkan para pejabat tidak memfasilitasi pertemuan antara dokter dan Askes, para dokter tidak diikutkan dalam setiap tahapan-tahapan dan sosialisasi kerjasama dengan Askes dan tidak ada keterbukaan tentang jasa medis Askes, oleh karena itu pejabat yang berwenang memfasilitasi pertemuan antara dokter dan pihak Askes, melibatkan para dokter disetiap kerjasama dengan pihak ketiga apalagi yang menyangkut TMO dan jasa medis serta menyampaikan secara terbuka perhitungan jasa medisnya.
ABSTRACT
This thesis discusses about compatibility grouping of medical action on Askes patients in the Puri Raharja hospital, where during the period from July to August 2013 are still known to occur 49.2% discrepancy TMO set by doctors and PT Askes. This thesis explores the relationship between organizational and individual variables on the suitability grouping TMO. The study design was a combination of quantitative methods and qualitative methods. Results showed officials do not facilitate meetings between doctors and Askes, the doctors are not included in each of the stages and socialization cooperation with Askes and no disclosure of medical services Askes, therefore the authorities to facilitate a meeting between the doctor and the Askes, doctors involved in each partnership with a third party concerning especially TMO and medical services as well as delivering medical services openly calculations.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
T39297
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Natasya Prima Oktaviani
Abstrak :
ABSTRAK
Cekungan Kutai terletak di Kalimantan Timur di mana formasi yang telah terbukti menjadi reservoir minyak adalah Formasi Balikpapan. Formasi Balikpapan adalah diendapkan di lingkungan delta. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengelompokkan batu pasir reservoir Formasi Balikpapan berdasarkan karakter geologi mikroskopis untuk memperkirakan kualitas reservoir berdasarkan porositas, interkoneksi pori-pori, dan diagenesis proses menggunakan petrografi bagian tipis, difraksi sinar-X (XRD), dan pemindaian metode mikroskop elektron (SEM). Hasil penelitian menunjukkan bahwa Formasi Balikpapan adalah didominasi oleh batupasir sublitharenite. Proses diagenesis batupasir termasuk pemadatan, sementasi, penggantian, dan pembubaran. Dari total 15 sampel yang memiliki 4 zona kedalaman berbeda, batupasir dapat dikelompokkan menjadi 3 batuan reservoir kelompok.
ABSTRACT
The Kutai Basin is located in East Kalimantan where the formation that has proven to be an oil reservoir is the Balikpapan Formation. Balikpapan Formation is deposited in a delta environment. The purpose of this study is to classify the Balikpapan Formation reservoir sandstone based on microscopic geological character for estimate reservoir quality based on porosity, pore interconnection, and process diagenesis using thin section petrography, X-ray diffraction (XRD), and scanning electron microscopy (SEM) methods. The results showed that the Balikpapan Formation was dominated by sublitharenite sandstones. The processes of sandstone diagenesis include compaction, cementation, replacement, and dissolution. From a total of 15 samples which has 4 different depth zones, sandstones can be grouped into 3 reservoir rocks group.
2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Seno Ajisaka
Abstrak :
Labelisasi energi pada peralatan rumah tangga semakin dirasakan penting sebagai salah satu upaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat dalam melakukan penghematan energi, sehubungan dengan semakin tingginya harga energi listrik akhir-akhir ini. Saat ini lampu LED Light Emitting Diode telah banyak digunakan sebagai pengganti lampu konvensional sebelumnya, seperti lampu compact- fluorescent CFL dan lampu pijar, dan merupakan solusi dalam menghemat listrik, karena konsumsi energinya yang rendah. Namun demikian lampu LED termasuk jenis beban non linier yang dapat menimbulkan distorsi harmonik pada sistem tenaga listrik. Penggunaan lampu LED yang semakin meningkat dan terpasang dalam jumlah besar pada sistem tenaga listrik dapat meningkatkan distorsi harmonik yang cukup signifikan pada sistem tersebut. Sampai saat ini belum adanya aturan atau panduan teknis mengenai labelisasi dan pengelompokannya, maka penelitian ini bertujuan mengelompokkan lampu LED melalui pengukuran parameter tingkat efikasi dan kualitas daya, meliputi faktor daya PF dan harmonik THD-i yang dihasilkan dan dikelompokan berdasarkan efikasi dan kualitas daya. Sampel lampu LED yang diuji berjumlah 64 buah mulai dari daya pengenal 2 - 13 watt, mengikuti prosedur uji SNI IEC 62612:2016. Tanda pelabelan efisiensi energi 1 menggunakan tanda bintang berwarna kuning untuk peringkat efikasi. Tanda pelabelan efisiensi energi 2 menggunakan tanda bintang berwarna biru untuk peringkat kualitas daya. Hasil pengujian dikelompokkan dalam pelabelan lampu LED berdasarkan jumlah gambar bintang yang terdiri dari bintang 1, 2, 3 dan 4. Hasil pengujian dan pengelompokkan menunjukkan tingkat efikasi lampu LED sebesar 85 dari jumlah populasi lampu yang diuji berada pada kisaran nilai efikasi 63-104 lm/W, tingkat faktor daya 0.21-0.86, dan nilai THD-i 33-189 . Sebagai bagian dari pemahaman masyarakat tentang penghematan energi, diperkirakan penggunaan pelabelan lampu LED akan berkontribusi pada penghematan energi sebesar 18 GWh. ......Labeling of household appliances in terms of energy consumption has been considered as one of the efforts to increase people awareness on energy saving. Recently, light emitting diode LED lamps have been widely utilized for lighting, replacing the conventional compact fluorescent and incandescent lamps, due to its low energy consumption. Because LED lamps work with switching procedures, it may produce distortion to the electrical power system. Furthermore, so far there are no rule or technical guidelines in Indonesia on labeling and grouping of the LED lamps. This study firstly aimed at classifying the LED lamps through measuring the level of efficacy and power quality parameters, including power factor PF and total harmonic distortion of current THD I generated by LED lamps and grouped it based on efficacy and power quality. A numerous test of 2 13 W LED lamps was performed, following the procedure of Indonesian national standard SNI that adopted IEC 62612 2016. We employed the blue stars to indicate efficacy and yellow stars to indicate power quality level, respectively. The results were then grouped for labeling using the number of stars 1, 2, 3 and 4. We found that the efficacy level of the most measured LED lamps 85 was in the range 63 ndash 104 lm W with PF and THD I of 0.21 0.86 and 33 189, respectively. As part of improved society understanding on energy saving, we predicted the labeling of the LED lamps will contribute to the energy saving of 18 GWh.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
T48170
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Harefa, Meilany
Abstrak :

ABSTRAK
Pada dasarnya setiap orang memiliki bakat dan kemampuan yang berbeda- beda, sehingga kebutuhan akan pendidikan berbeda-beda pula (Utami Munandar, 1985). Akan tetapi, pemenuhan kebutuhan pendidikan bagi siswa sangat sulit untuk dipenuhi pada sekolah yang heterogen, yakni sekolah yang memberikan pengajaran secara seragam bagi siswa-siswa yang sesungguhnya memiliki bakat dan kemampuan yang berlainan. Cara yang paling umum dllakukan untuk mengatasi heterogenitas itu adalah dengan mengelompokkan siswa-siswa menurut kemampuannya masing- masing (Slavin, 1994). Cara semacam ini umumnya dikenal sebagai sistem ability grouping. Dengan kelas yang relatif homogen, guru menjadi lebih mudah menyesuaikan pengajaran dengan kemampuan siswa yang diajarnya, sehingga siswa pun akan belajar dengan Iebih baik (Kulik & Kulik, 1982; Urevick dalam Clarizio, Craig, dan Mehrens, 1970). Kendati demikian, dampak ability grouping terhadap siswa tidak selamanya positif. Ability grouping ternyata dapat membawa dampak negatif terutama bagi siswa non-unggulan. Di antara dampak negatif tersabut adalah yang berkaitan dengan rendahnya academic self-esteem (harga diri akademik) dan motivasi berprestasi siswa. Dengan terbentuknya kelas unggulan dan non-unggulan, siswa-siswa non-unggulan seringkali merasa bahwa dirinya mendapat stigma sebagai seorang anak yang tidak pandai dan tidak dapat meraih keberhasilan dengan kemampuannya (Slavin, 1994). Mereka juga kehilangan model peran positif dari siswa unggulan yang biasanya menampakkan kebiasaan belajar, motlvasi, dan ketekunan yang tinggi yang dapat mendorong motivasi berprestasi siswa non-unggulan (Rosenbaum, 1980 dalam Slavin, 194).

Dengan dasar pemikiran dan masalah sebagaimana diuraikan di atas, penelitian ini bertujuan untuk mengungkap ada tidaknya perbedaan harga diri akademik dan motivasi berprestasi siswa non-unggulan di sekolah bersistem ability grouping dengan siswa non-unggulan di sekolah non- ability grouping. Untuk meneliti perbedaan tersebut, digunakan alat ukur berupa Skala Harga Diri Akademik ?95 dan Skala Motivasi Berprestasi, serta Standard Progressive Matrices untuk mengukur inteligensi sebagai variabel yang dikontrol. Teknlk analisa data yang dlgunakan adalah Analysis of Covariance (ANCOVA), dengan inteligensi sebagai kovariabel.

Hasil pengolahan data menunjukkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan dalam harga diri akademik maupun motivasi berprestasi pada kedua kelompok yang diteliti. Teriihat pula bahwa harga diri akademik dan motivasi berprestasi slswa non-unggulan di sekolah non-ability grouping Iebih tinggi daripada di sekolah ability grouping.

Saran yang dlsampaikan berdasarkan diskusi mengenal hasil penelitian, Iebih ditujukan pada penggunaaan alat ukur dan sampel yang diikutsertakan dalam penelitian ini, agar pada penelitian selanjutnya dapat dilakukan uji coba tehadap alat, mengurangi efek social desirability pada alat ukur, dan penggunaan sampel yang jumlahnya Iebih besar dan diambil dengan teknik non-incidental sampling.
1998
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Meilinda Rosa D.
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat perbedaan perilaku curang saat ujian yang dilakukan oleh siswa di sekolah bersistem ability grouping (yang menyebabkan terbentuknya kelas unggulan dan non-unggulan) serta kontribusi faktor-faktor di luar diri individu yang berpengaruh terhadap munculnya perilaku tersebut. Menurut Bushway & Nash (1977), perilaku curang cenderung lebih banyak muncul pada siswa dengan kemampuan akademik rendah. Slavin (1994) menyatakan bahwa siswa di kelas non-unggulan merupakan siswa dengan kemampuan akademik rendah. McQueen; dan Rogosin (dalam Bushway & Nash, 1977) menambahkan bahwa faktor di luar diri individu merupakan faktor yang penting dalam memprediksi kemungkinan munculnya perilaku curang pada siswa. Perilaku curang dalam penelitian ini difokuskan pada perilaku curang yang dilakukan saat ujian, khususnya pada pelajaran matematika. Penelitian ini menggunakan dua alat ukur yang yang terdiri dari kuesioner perilaku curang (alpha=0,895) dan kuesioner faktor luar yang berpengaruh terhadap perilaku curang (alpha=0,735). Hasil penelitian menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan dalam hal perilaku curang yang dilakukan oleh kedua kelompok siswa dan faktor-faktor di luar diri individu berkontribusi secara signifikan terhadap kemunculan perilaku curang tersebut. Keterbatasan dalam penelitian ini berkaitan dengan proses penyusunan alat ukur, sehingga dalam penelitian yang akan datang peneliti menyarankan untuk memberikan perhatian yang lebih besar terhadap proses konstruksi alat ukur. Implikasi dari penelitian ini berkaitan dengan penerapan peraturan akademik di sekolah agar perilaku curang pada siswa dapat berkurang.
The author of this study compared cheating behaviour in examination in students of ability grouping school (which created low tracks and high tracks students) and examined the role of external factors which contribute to the emergence of the behaviour. According to Bushway &Nash (1977), cheating behaviour is more common in the low achiever student, while Slavin (1994) stated that low tracks student had lower attainment of achievement. McQueen; and Rogosin (in Bushway & Nash, 1977) demonstrated that contextual factors had significant role in predicting the emergence of cheating behaviour. This study focuses on cheating behaviour in examination, specifically in mathematics. Instruments used in this study are two questionnaires which measure level of cheating behaviour (alpha=0,895) and external factors contributing to cheating behaviour (alpha=0,735). The results indicated significant difference in levels of cheating behaviour between the two groups and significant impact of external factors toward emergence of cheating behaviour. Limitations of this study related to the construction of the research instruments which indicated that in future study, the author needs to emphasize more attention in constructing procedure of the instruments. This study implied that in order to decrease cheating behaviour among students, better academic policies in school should be implemented.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2009
155.232 MEI p
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library