Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Qonita Zahrin Desinaz
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui apakah self-compassion merupakan prediktor resiliensi pada penyintas erupsi Gunung Kelud. Penelitian sebelumnya telah menunjukkan adanya hubungan antara self-compassion dan resiliensi, namun belum ada studi yang meneliti mengenai self-compassion dan resiliensi pada konteks bencana. Self-compassion diukur dengan menggunakan Self Compassion Scale-Short Form SC-SF , sementara resiliensi diukur dengan Connor-Davidson Resilience Scale CD-RISC . Partisipan dalam penelitian ini adalah 115 warga Desa Puncu, Kec. Puncu, Kab. Kediri. Desa Puncu dipilih sebagai tempat pengambulan data karena merupakan salah satu desa yang terkena dampak terparah akibat erupsi Gunung Kelud 2014 lalu. Analisis regresi yang dilakukan menunjukkan bahwa self-compassion meningkatkan resiliensi pada penyintas erupsi Gunung Kelud.
This research was conducted to determine self compassion as a predictor for resilience among Kelud eruption survivor. Previous research have shown a link between self compassion and resilience, but there is no study yet about self compassion and resilience in disaster context. Self compassion is measured by Self Compassion Scale Short Form SC SF , while resilience is measured by Connor Davidson Resilience Scale CD RISC . Participants in this research are 115 people lived in Desa Puncu, Kec. Puncu, Kab. Kediri. Desa Puncu is chosen for data retrieval because it was one of the area that has the most severe impact from Kelud eruption. Linear regression statistical techniques showed that self compassion contribute to increase resilience among Kelud eruption survivor.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S66467
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Intan Masruroh Setiawan
Abstrak :
ABSTRAK
Harapan merupakan salah satu faktor yang potensial dalam memprediksi resiliensi. Namun, hasil penelitian-penelitian sebelumnya masih kontradiktif dan terbatas dalam konteks tertentu sehingga hasilnya tidak bisa langsung digeneralisasi. Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui pengaruh harapan terhadap resiliensi pada penyintas erupsi Gunung Kelud. Pengukuran harapan menggunakan alat ukur Adult Hope Scale AHS yang disusun oleh Snyder 1991 , sementara pengukuran resiliensi menggunakan alat ukur Connor-Davidson Resilience Scale CD-RISC yang disusun oleh Campbell-Sills dan Stein 2007 . Partisipan penelitian ini berjumlah 115 orang yang menjadi penyintas erupsi Gunung Kelud pada tahun 2014 dengan rentang usia 20-40 tahun. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh harapan yang positif dan signifikan terhadap resiliensi pada penyintas erupsi Gunung Kelud F = 51,044, p < 0,01 . Hal ini menunjukkan bahwa semakin tinggi harapan yang dimiliki penyintas, maka semakin tinggi resiliensi penyintas tersebut. Saran untuk menindaklanjuti hasil penelitian ini disertakan.
ABSTRACT
Hope is one of potential factors for predicting resilience. However, prior studies show that the relationship between hope and resilience remain inconclusive and limited to certain context, so it can not be generalized to the other context directly. This study was conducted to examine hope as predictor of resilience among Kelud Eruption survivors. Hope was measured using Adult Hope Scale AHS which constructed by Snyder 1991 , while resilience was measured using Connor Davidson Resilience Scale CD RISC by Campbell Sills and Stein 2007 . Participants of this research are 115 survivors mean age 32, range 20 40 of Kelud Eruption on 2014. Result of this research shows that hope positive significantly predicts resilience F 51,044, p 0,01 . That is, the higher hope, the higher resilience among survivors. Recommendations for further research are included.
2016
S66665
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Toha Mohtar
Jakarta: Djambatan, 1989
899.232 TOH a (1)
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Hana Nabilah
Abstrak :
ABSTRAK<>br> Penelitian ini membahas sejarah bencana alam Gunung Kelud beserta mitigasibencananya. Bencana gunung meletus menarik untuk dibahas mengingatIndonesia adalah negara yang memiliki tingkat kerawanan bencana yang tinggi.Dampak bencana yang tersebut juga mempunyai pengaruh besar terhadapkehidupan masyarakat sekitarnya, khususnya masyarakat sekitar Gunung Kelud.Skripsi ini membandingkan penanganan mitigasi bencana yang dilakukan olehpemerintah kolonial Belanda dan republik Indonesia terhadap letusan GunungKelud tahun 1901, 1919, 1951,1966, dan 1990. Hasil dari perbandingan tersebutmenunjukkan bahwa penanganan mitigasi bencana paling efektif dilakukan olehpemerintah kolonial dengan dibangunnya terowongan air di Gunung Kelud.Keefektifan mitigasi bencana tersebut tercermin pada letusan 1951 dan letusanletusan setelahnya. Penanganan mitigasi bencana dari masa kolonial ke masarepublik mengalami peningkatan yang signifikan. Hal ini terbukti denganbeberapa upaya mitigasi bencana yang dilakukan pascaletusan di wilayah Kediridan Blitar, seperti perbaikan dan pembangunan terowongan, bendungan, waduk,dan kantong lahar yang berefek menurunkan jumlah korban jiwa dan dampaklainnya pada kejadian yang diteliti. Metode penelitian yang digunakan adalahpenelitian pustaka, wawancara, dan penelitian lapangan.
ABSTRACT<>br> This research discussed the history of natural disaster of Kelud Mountain and itsmitigation. The volcano eruption disaster topic was interested to be discussedsince Indonesia is the country that has high level of disaster. The localcommunities also got affected by this, especially communities around KeludMountain. This research were compared the mitigation which handled by Colonialgovernment and Indonesian government on Kelud Mountain eruptions in theperiod of 1901, 1919, 1951,1966, and 1990. The results of this comparisonshowed that the most effective disaster mitigation management carried out by thecolonial government with the construction of a tunnel at Mount Kelud. Theeffectiveness of disaster mitigation is reflected in the eruption of 1951 andsubsequent eruptions. Handling disaster mitigation from the colonial period to theperiod of the republic has increased significantly. This proved by theconstructions of mitigation was built post disaster in Kediri and Blitar, asexample, tunnels, dams, reservoirs, and lava pockets, which reduced the numberof fatalities in this incident. The method in this thesis is literature research,interview and field research.
2016
S69966
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library