Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Azizah Resti Permata
"Remaja homoseksual sangat rentan mengalami diskriminasi dari teman sebaya yang berdampak remaja mengalami depresi, harga diri rendah, perilaku kekerasan, dan percobaan bunuh diri. Diskriminasi terjadi karena keyakinan yang negatif terhadap homoseksual yang berawal dari minimnya pengetahuan tentang homoseksual. Penelitian yang menggunakan desain deskriptif sederhana bertujuan menggambarkan tingkat pengetahuan remaja tentang homoseksual.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebanyak 76,8% remaja SMA memiliki tingkat pengetahuan yang kurang dan 23,2% memiliki tingkat pengetahuan yang cukup. Penelitian ini memberikan rekomendasi untuk penelitian yang lebih lanjut mengenai tingkat pengetahuan yang dihubungkan dengan sikap remaja terhadap homoseksual untuk pencegahan dini gangguan psikososial pada remaja.
......
Homosexual teens are vulnerable to discrimination from other teens that resulted depression, low self-esteem, violent behavior, and suicide attempts. Discrimination in homosexual teens occurs because of the negative beliefs toward homosexual and this beliefs stems from the lack of knowledge about homosexuality. Descriptive study using simple descriptive design aims to describe the level of knowledge about homosexual teens.
The result showed that as many as 76.8% of teens who had lack the knowledge level and 23.2% who had sufficient level of knowledge. This study gives recommendation for further research regarding the level of knowledge about homosexual teens associated with the attitudes toward homosexuals for early prevention of violent behavior, depression, low self-esteem, and suicide risk in adolescents."
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2013
S47304
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Parker, William
Metuchen, N. J.: The Scarecrow Press, Inc., 1977
016.3 PAR h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
London: Unwin Hyman, 1989
306.76. COM c
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
"This collection of new essays brings together scholars from a wide range of critical approaches to study T. S. Eliot’s engagement with desire, homoeroticism, and early twentieth-century feminism in his
poetry, prose, and drama. Ranging from historical and formalist literary criticism to psychological and psychoanalytic theory and cultural studies, Gender, Desire, and Sexuality in T. S. Eliot illuminates such topics as the influence of Eliot’s mother – a poet and social reformer – on his art; the aesthetic function of physical desire; the dynamic of homosexuality in his poetry and prose; and his identification with passive or “feminine” desire in his poetry and drama. The book also charts his reception by female critics from the early twentieth century to the present. "
Cambridge, UK: Cambridge University Press, 2009
e20377213
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
"This book promotes dialogue and debate on the understudied and under-theorized topic of queer masculinities and education, offering scholarly contributions to critical masculinity studies, to gender and sexuality studies and to the field of education. The essays adopt a range of approaches from empirical studies to reflective theorizing, and address themselves to three separate educational realms, the K-12 level, the collegiate level, and the level in popular culture, which could be called ?cultural pedagogy?. "
Dordrecht, Netherlands: Springer Science, 2012
e20400702
eBooks  Universitas Indonesia Library
cover
Boellstorff, Tom
"This essay argues for paying attention to the life-worlds of gay and lesbian Indonesians. These Indonesians' lives provide valuable clues to how being 'Indonesian' gets defined and to the workings of nation-states more generally. In particularly, the lives of gay and lesbian Indonesians help to demonstrate how heteronormativity the assumption that heterosexuality is the only normal or proper sexuality plays a fundamental role in forming nation-states as "imagined communities." Restricting the family model to the heterosexual couple has been a key means by which the idea of the Indonesian nation (and other nations) has been promulgated and sustained. Thus, rather than see the exclusion of homosexuality as a latter-day response to an encroaching global gay and lesbian movement, this exclusion is most accurately understood as a point of departure by which the idea of 'Indonesia' comes to exist in the first place."
[Place of publication not identified]: [Publisher not identified], 2006
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Arintowati Hartono Handojo
"ABSTRAK
Homoseksualitas merupakan suatu gejala sosial yang pada akhir abad ke XIX sampai sekarang, acap kali dijadikan sebagai pokok pembicaraan dan tema pembahasan di berbagai media. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya artikel-artikel dalam bermacam-macam Surat Kabar dan Majalah, bahkan pada seminar-seminar baik yang diadakan di luar maupun di dalam negeri oleh berbagai pihak.
Sering tampilnya gejala homoseksualitas sebagai pokok pembahasan dan ulasan-ulasan tersebut menunjukkan bahwa gejala homoseksualitas masih merupakan suatu hal yang unik dan terselubung, yang mengandung kesimpang-siuran anggapan atau pendapat mengenai aspek-aspek sehubungan dengan gejala tersebut, dan yang hingga kini belum dapat sepenuhnya diungkapkan. Dengan sendirinya hal seperti ini banyak mengundang minat, terutama di kalangan para ilmuwan dari berbagai disiplin ilmu, untuk melakukan penelitian-penelitian yang lebih mendalam dan lebih terperinci. Apalagi jika dilihat atau diduga adanya kemungkinan bahwa implikasi gejala tersebut pada masyarakat sekarang yang sudah serba kompleks bisa menimbulkan masalah-masalah sosial yang baru.
Tentang kapan dan di belahan bumi mana tepatnya homoseksualitas pertama kali muncul, sampai saat ini belum ada satu sumberpun yang dapat dijadikan sebagai patokan. Yang pasti, homoseksualitas sudah ada sejak jaman di mana peradaban manusia masih sangat rendah dan tradisional.
Menurut sejarah dan beberapa cerita atau "mythos" dari berbagai bangsa yang dapat dijumpai dalam literatur, praktek atau aktifitas kehidupan homoseksual ternyata tidak hanya merupakan aktifitas-aktifitas perorangan, melainkan pernah hidup dan berkembang secara kolektif atau memasyarakat.
Literatur-literatur kuno, memang merupakan salah satu sarana yang dapat dijadikan landasan untuk membuktikan bahwa homoseksualitas benar-benar suatu gejala sosial yang sudah ada sejak lama. Kesaksian literatur paling tua yang pernah ditemukan manusia mengenai gejala homoseksualitas, ialah tulisan yang tertera pada lembaran daun lontar milik bangsa Yunani Kuno. Lembaran lontar yang berumur lebih kurang 4.500 tahun Sebelum Masehi tersebut, mengisahkan kehidupan dewa-dewi bangsa Yunani Kuno. Dan dari kisah ini, diketahui bahwa dalam kehidupan dewa-dewi mereka terjadi praktek-praktek atau aktifitas-aktifitas homoseksual. Barangkali inilah salah satu penyebab mengapa homoseksual pernah membudaya di kalangan masyarakat bangsa Yunani. Kepercayaan mereka terhadap adanya dewa-dewi sebagai perwujudan dari polytheisme yang mereka anut, menyebabkan masyaratkat bangsa Yunani kemudian merefleksikan perilaku dewa-dewinya ke dalam kehidupan sehari-hari mereka.
Dalam salah satu bukunya yang membahas tentang gejala homoseksualitas, Morton Hunt mengatakan bahwa kira-kira 2.400 tahun yang lalu di Athena, pesta homoseks yang diadakan dan dihadiri oleh orang-orang dari kalangan terhormat seperti misalnya para bangsawan; negarawan; sastrawan atau filsuf-filsuf ternama merupakan tradisi yang lazim dilakukan. Dan masih dalam abad yang sama di suatu daerah sebelah Baratdaya Yunani, penulis ini juga mengungkapkan bahwa bangsa Sparta yang tersohor sebagai bangsa yang gagah dan sangat ahli dalam soal perang, ternyata merupakan orang-orang yang dalam kehidupannya mempunyai kebiasaan untuk melakukan aktifitas-aktifitas homoseksual."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1987
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Carollina Rochmawati
"Film-film bertemakan LGBTQ + semakin populer di kalangan warga Amerika, dan karakter-karakter LGBTQ + semakin sering diperlihatkan di film-film Hollywood sejak abad ke-21. Media umum Amerika sedang meningkatkan keragaman dalam representasi masyarakat, termasuk meningkatkan visibilitas cerita dan karakter LGBTQ +. Salah satunya adalah Call Me by Your Name (2017). Film ini telah memenangkan banyak penghargaan dan diterima dengan baik tidak hanya oleh penonton queer tapi juga penonton heteroseksual. Namun, terdapat masalah dalam penggambaran identitas dan hubungan homoseksual dalam Call Me by Your Name karena adanya unsur heteronormativitas. Penelitian ini disusun dalam bentuk studi pustaka menggunakan analisis tekstual. Penelitian ini bertujuan untuk mengungkap heteronormativitas dalam karakterisasi, plot, dan sinematografi Call Me by Your Name, serta menjelaskan bagaimana penggambaran homoseksualitas sebagai identitas seksual dan hubungan homoseksual dalam film ini berkontribusi pada kesuksesannya. Hasil analisis menunjukan bahwa Call Me by Your Name gagal menampilkan representasi homoseksualitas secara positif karena melanggengkan heteroseksisme dan memberikan gratifikasi kepada penonton heteroseksual.
......LGBTQ+ movies have gained more popularity among American audience, and LGBTQ+ characters have been more visible in Hollywood movies since the twenty-first century. American mainstream media has been working on the diversity of representations, including bringing up the visibility of LGBTQ+ narratives and characters. One of them is Call Me by Your Name (2017). The movie has won numerous awards and been well received by not only queer but also heterosexual audience. However, its portrayals of homosexual identity and relationship are problematic due to the presence of heteronormativity. This research is written in a form of library research using textual analysis. This research aims to find heteronormativity in its characterization, plot, and cinematography, and to elaborate how its heterosexist portrayals of homosexuality as a sexual identity and a homosexual relationship contribute to its success. The findings show that Call Me by Your Name fails to offer a positive representation of homosexuality because it perpetuates heterosexism and gratifies heterosexual audience."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Arie Kurnia Prawira
"Homoseksualitas telah dianggap sebagai masalah yang sangat kontroversial di Indonesia. Namun, Glee, sebuah serial TV Amerika yang memiliki konten LGBT yang kuat dan disutradarai oleh seorang showrunner homoseksual bernama Ryan Murphy, ditayangkan di stasiun TV Indonesia yaitu RCTI dan GlobalTV dari 2010 hingga 2011 dan kembali ditayangkan di 2015 dan diterima dengan baik oleh penonton Indonesia. Survei daring dan wawancara mendalam dilakukan untuk mengungkap persepsi penonton Indonesia tentang Glee. Menggunakan konsep respon audiens oleh Stuart Hall, penelitian ini menemukan bahwa meskipun para responden menikmati tontonan serial ini, Glee diterima dengan baik di Indonesia karena unsur-unsur musikal dan dramatisnya menutupi konten LGBT-nya yang kuat.

Homosexuality has been considered a highly controversial issue in Indonesia. However, Glee, an American series which has strong queer content and directed by an openly homosexual showrunner Ryan Murphy, was aired on Indonesian TV stations namely RCTI and GlobalTV from 2010 to 2011 and again in 2015 and well-received by Indonesian audience. Online survey and in-depth interviews were conducted to unravel Indonesian audience perception of Glee. Using Stuart Halls concept of audience response, this research found that although the respondents enjoyed watching the series, Glee is well-received in Indonesia because its musical and dramatic elements overshadow its strong queer contents."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Park, Joung Woo
"Isu-isu yang berkaitan dengan homoseksualitas telah banyak dibahas, contohnya meningkatnya representasi negatif homoseksual di media. Beberapa penelitian menganalisis umumnya homofobia yang berhubung dengan maskulinitas. Modern Family adalah serial TV Amerika yang menggambarkan homoseksualitas dan hubungannya dengan maskulinitas tradisional, yang direpresentasikan oleh salah satu karakter utamanya, Jay Pritchett. Dengan menggunakan konsep Kimmel 1994 tentang homofobia dalam cakupan yang lebih luas, penelitian ini menganalisis maskulinitas Jay, terutama dalam konteks norma maskulin, hubungan ayah-anak, dan kontribusinya terhadap perilaku homofobia melalui analisis tekstual. Temuan penelitian ini menunjukkan bahwa nilai maskulinitas Jay memengaruhi hubungan ayah-anak secara negatif.

Issues related to homosexuality have been widely discussed, for example the increasing problematic representation of homosexuals in the media. Several studies analyze homophobia commonly its relation to masculinity. Modern Family is an American TV series which portrays homosexuality and its relations with traditional masculinity, represented by one of the main characters, Jay Pritchett. Using Kimmel's 1994 concept about the broader range of homophobia, this study analyzes Jay's masculinity, particularly in the context of masculine norms, father son relationships, and their contributions toward his homophobic behaviors through textual analysis. Research findings reveal that Jay's masculine values influence the father son relationship in a problematic way as they contribute to his homophobic behaviors."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2018
MK-Pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>