Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 26 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Klemm, David E.
New York: Blackwell, 2008
211.6 KLE r
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Kompas, 2009
923.6 PEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Coats, Willson H.
New York, N.Y: McGraw-Hill, 1966
144 COA e I
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Cambridge, UK: Cambridge University Press , 1996
001.3 CAM
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Irawan
Abstrak :
Aku yang ambigu, Sintesa Amara Pemikiran Maurice Merleau-Ponty dengan Jean Jacques Lacan. Konsep Aku yang ambigu merupakan upaya pengkajian ulang atas pertanyaan, apa artinya menjadi manusia? Secara teknis pertanyaan ini berusaha dijawab dengan suatu usaha sintesa di antara pemikiran Maurice Merleau-Ponty dengan Jean Jacques Lacan tentang manusia. Merleau-Ponty mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang babas, otonom dan utuh secara individual. Sebaliknya menurut Jacques Lacan manusia adalah makhluk yang "calf' dan terkungkung dalam berbagai bentuk simbolis bahasa dan penanda Perbedaan ini merupakan konsekuensi logis dari kelanjutan perdebatan dan atau proses transisional humanitas manusia dari zaman modern ke zaman post-modern. Manusia dalam zaman modern dipandang sebagai makhluk yang rasionalobjektif-universal sedangkan pada zaman post-modem manusia adalah irrasionalsubjektif-partikular, tergeser dari pusat kesadarannya dan tercecer ke sudut-sudut ketidaksadaran naluriah yang asli dan purba. Konsep Aku yang ambigu lebih jauh merupakan refleksi kritis atas perkembangan penyelidikan manusia dari zaman ke zaman di mana pada dasamya dalam keseluruhan dan kesatuan hidupnya bermakna ganda bahkan multi dimensional. Maksudnya manusia sejak dilahirkan memiliki potensi untuk ambigu dalam arti sebagai makhluk yang ambivalen, paradoks bahkan kontradiksi dalam dirinya sendiri maupun ketika berada di dalam dunianya. Identitas Aku yang ambigu menjadi tidak terbantahkan ketika sudah dieksplisitkan dalam perilaku dan wujud kehidupan sehari-hari. Hal ini yang membuat penyelidikan tentang manusia sampai detik ini tidak pernah berhenti dan mengenal kata akhir. Dalam penelitian ini kenyataan dan realitas seperti yang terungkap di atas dirumuskan ulang dan disistematisasikan dalam kerangka tematis filsafat manusia bahwa manusia adalah makhluk yang ambigu. Ada tiga hal penting untuk dikatakan sehubungan dengan rumusan tersebut. Pertama aspek ketidaksaran atau irrasionalitas dalam konsep Aku yang ambigu yang menandakan bahwa keambiguitasannya bertempat dalam wilayah naluriah atau dunia bawah sadar manusia sehingga memang sudah merupakan fitrah dan asli. Aspek yang kedua adalah aspek ketubuhan dan aspek yang ketiga adalah aspek kebahasaan. Aspek yang kedua dan ketiga ini satu sama lain tidak bisa dipisahkan. Keduanya berperan membentuk individu yang berperilaku arnbigu antara yang bertubuh dan berbahasa. Kenyataan atas ambiguitas antara aspek yang kedua dengan aspek yang ketiga membangun rumusan baru bahwa Aku kini menjadi ambigu antara Aku yang penuh atau Aku yang cair. Jalan ambiguitas bukan jalan tengah atau jalan dengan mengambil satu pengertian saja dari dua pengertian yang ada dan pada saat yang sama menghilangkan pengertian yang lain. Jalan ambiguitas juga bukan berarti bahwa kedua pengertian (potensi) dilebur ke dalam suatu definisi baru tentang sesuatu (Aku) tetapi lebih dimaknai sebagai sebuah pendekatan yang mendasarkan diri pada temporalitas. Maksudnya kedua pengertian tersebut sama-sama berpotensi mengaktualisasikan diri dalam ruang dan waktu yang melingkupinya.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2005
T15121
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tu, Weiming
Abstrak :
China now attracts global attention in direct proportion to its increasing economic and geopolitical power. But for millennia, the philosophy which has shaped the soul of China is not modern Communism, or even new forms of capitalism, but rather Confucianism. And one of the most striking phenomena relating to China's ascendancy on the world stage is a burgeoning interest, throughout Asia and beyond, in the humanistic culture and values that underlie Chinese politics and finance: particularly the thought of Confucius passed on in the Analects. In this stimulating conversation, two leading thinkers from the Confucian and Buddhist traditions discuss the timely relevance of a rejuvenated Confucian ethics to some of the most urgent issues in the modern world: Sino/​Japanese/​US relations; the transformation of society through education and dialogue; and the role of world religions in promoting human flourishing. Exploring correspondences between the Confucian and Buddhist world-views, the interlocutors commit themselves to a view of spirituality and religion that, without blurring cultural difference, is focused above all on the 'universal heart': on harmony between people and nature that leads to peace and to a hopeful future for all humanity. Contents
London: I.B. Tauris, 2011
211.609 51 WEI n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Ikeda, Daisaku, 1928-
New York: Weatherhill, 2002
294.3 IKE n
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Marinoff, Lou
Cambridge, UK: Dialogue Path Press, 2012
101 MAR i
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Cambridge : Cambridge University Press, 2017
809.933 CAM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Summary: A Companion to Comparative Literature presents a collection of more than thirty original essays from established and emerging scholars, which explore the history, current state, and future of comparative literary studies
Malden, Mass: Chichester : Wiley-Blackwell, 2014
807 COM
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3   >>