Ditemukan 13 dokumen yang sesuai dengan query
Jakarta: Departemen P & K, 1977
919.26 IND g (1)
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Surakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2003
709.598 SEN
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Jakarta: Biro Hukum Dan Humas. Departemen Pendidikan, {s.a}
301 KEB
Majalah, Jurnal, Buletin Universitas Indonesia Library
Abstrak :
ABSTRAK
The Pendhalungan is a culture which appears as a result of a long dynamic cultural process between two dominants ethnic groups, the Javanese and the Madurese who inhabit Tapal Kuda region, East Java.
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, {s.a.}
959 PATRA
Majalah, Jurnal, Buletin Universitas Indonesia Library
Abstrak :
ABSTRAK
The Pendhalungan is a culture which appears as a result of a long dynamic cultural process between two dominants ethnic groups, the Javanese and the Madurese who inhabit Tapal Kuda region, East Java.
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, {s.a.}
959 PATRA
Majalah, Jurnal, Buletin Universitas Indonesia Library
Ariel Heryanto
Singapore: NUS Press, National University of Singapore, 2014
306.259 8 ARI i
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Yang, Seung-Yun
Seoul: Korea University of Fereign Studies, 1997
KOR 959.8 YAN i
Buku Teks Universitas Indonesia Library
Budya Pradipta
Fakultas Ilmu Pengatahuan Budaya Universitas Indonesia, 1993
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian Universitas Indonesia Library
Abstrak :
The process of post-tsunami recovery and reconstruction in Aceh will take considerable time and is not easy. This book is an attempt at providing helpful background information on Acehnese history, politics and culture, which would benefit expatriate aid workers as well as foreign and domestic scholars in their dealings with the people of Aceh.
Singapore: Institute of South East Asia Studies, 2010
e20443963
eBooks Universitas Indonesia Library
Suryadi
Abstrak :
ABSTRAK
Dalam perjalanan kebudayaan bangsa Melayu dan Nusantara pada
umumnya dikenal apa yang disebut chirografik. Rada masa ini
masyarakat tradisional mulai mengenal aksara dan menggunakannya
da1am kehidupan mereka; akan tetapi di sisi lain tradisi lisan
masih bercokol pula dengan kuat. Maka muncullah tradisi resitasi
(recitation) sebagai usaha untuk menyolaraskan antara tradisi
lisan yang sudah mantap dan tradisi tulis yang baru datang.
Masyarakat Hinangkabau yang memiliki tradisi lisan yang kuat
tampaknya juga tidak luput dari pengaruh tradisi keberaksaraan
itu. Hal ini tentu disebabkan oleh persinggungan mereka dengan
kebudayaan-kebudayaan lain. Hal itu dapat dilihat dari tradisi
Basimalin yang diapresiasi oleh masyarakat Minangkabau di daerah
Payakumbuh, Sumatera Barat.
Penelitian ini bertujuan mengungkapkan beberapa aspek menge-
nai teks dan konteks tradisi Basimalin. Sebagai tradisi pertun-
jukan yang berpedoman kepada naskah tertulis, maka naskah yang
digunakan itu sangat menarik diteliti. Akan tetapi di sisi lain
pertunjukannya sendiri, dengan segala aspek yang terlibat di
dalamnya juga menarik untuk diamati.
Penelitian ini dilakukan. dengan field .research di daerah
Tarantang dan sekitarnya, Kecamatan Harau, Kabupaten 50 Kota,
Propinsi Sumatera Barat. Masyarakat daerah ini mengapresiasi
tradisi Basimalin.
Penelitian terhadap naskah Basimalin menunjukkau bahwa teks
ini cukup tua, walaupun secara kodikologi diperkirakan umurnya
masih muda. ini mengindikasikan kekonstitenan penyalinnya ketika
mengerjakan atau menyalin teks ini.
Dari segi kebahasaan tampak bahwa pengaruh Dialek Payakumbuh
(dilaek O) sangat kentara dalam teks ini. ini menunjukkan bahwa
teks ini disalin oleh orang yang berasal dari daerah ini.
walaupun penelitian ini baru bersifat awal, tapi yang hendak
dituju di sini adalah usaha pendomumentasian tradisi ini.
Diharapkan kekhasan yang terdapat dalam pertunjukan Basimalin
ini; lengkap dengan kekhasan (bahasa) naskahnya, akan dapat
diteliti lebih lanjut oleh para peneliti lain.
Pertunjukan Basimalin dilakukan dengan cara resitasi. Cara
seperti ini sebenarnya kurang begitu dikenal dalam tradisi kesu-
sastraan Minangkabau. Dalam tradisi kesusastraan Minangkabau
jarang sekali digunakan pakem meskipun setelah dikenalnya aksara
Arab~Melayu dan Latin banyak hasil sastra Minangkabau dituliskan
dengan kedua aksara tersebut. Akan tetapi dalam kenyataannya
sampai sekarang versi tulisan itu tetap saja tidak popular; yang
populer tetap saja versi lisannya. "
Pada akhir tulisan ini dilampirkan pula hasil transliterasi
naskah tersebut (tidak lengkap). Dengan demikian pembaca dapat
mengidentifikasi kekhasan bahasa naskah ini.
Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
LP-pdf
UI - Laporan Penelitian Universitas Indonesia Library