Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Bambang Sutaryo
"Yied and agronomic characters performance of ten superior rice varieties in Sleman, Yogyakarta. Study on
yied and agronomic characters performance usin superior rice varieties was conducted at Blendangan,Tegaltirto,
Berbah, Sleman, Yogyakarta from June to September of 2015. Six superior rice varieties namely Sidenuk, Inpari
1, Inpari 10, Inpari 19, Inpari 23, and Inpari 30 were planted using seedling of 15 days with one seedling per hill
in jajar legowo 4:1 system, with plant spacing of 25 x 12,5 x 50 cm. Plot size per variety was 1000 m2.Meanwhile,
four populair varieties such as Sintanur, Pepe, Ciherang, and Situ Bagendit planted using the same population
by farmers were used as checks. Data were analyzed using t test. Inpari 19 and Inpari 30 gave the highest yield of
7.5 and 7.3 t/ha, respectively, compared with check varieties and the other varieties tested. The highest yield on
Inpari 19 and Inpari 30 were contributed by the highest of the number of filled grains, total grain number, and
the panicle number. Inpari 19 showed earliest maturity (104 days), meanwhile, the other varieties were medium
maturity (107-124 days). Inpari 19 gave the highest profit compared with the others superior varieties tested and
the most preferred by farmers because of more taste, more white color, more shiny, and more fragrant.
Penampilan hasil dan karakter agronomi sepuluh varietas unggul di Sleman, Yogyakarta. Pengkajian
terhadap penampilan hasil dan karakter agronomi menggunakan varietas unggul padi dilaksanakan di
Blendangan,Tegaltirto, Berbah, Sleman, Yogyakarta dari Juni hingga September 2015. Enam varietas yaitu
Sidenuk, Inpari 1, Inpari 10, Inpari 19, Inpari 23, dan Inpari 30 ditanam dengan bibit berumur 15 hari dengan satu
bibit per lubang pada teknik jajar legowo 4:1, dengan jarak tanam 25 x 12,5 x 50 cm. Ukuran plot size per varietas
adalah 1000 m2. Sedangkan empat varietas yang sudah dikenal petani yaitu Sintanur, Pepe, Ciherang, dan Situ
Bagendit ditanam dengan cara yang sama oleh petani digunakan sebagai pembanding. Data dianalisis
menggunakan uji t. Inpari 19 dan Inpari 30 masing-masing memberi hasil tertinggi sebesar 7,5 dan 7,3 t/ha,
dibandinkan dengan varietas pembanding dan varietas lain yang dikaji. Hasil tertinggi pada Inpari 19 dan Inpari
30 dikontribusi oleh jumlah gabah isi, jumlah total gabah dan jumlah malai yang tinggi. Inpari 19 menunjukkan
umur paling cepat (genjah) yaitu 104 hari, sementara varietas lainnya berumur sedang (107-124 hari). Inpari 19
memberi keuntungan tertinggi dibandingkan dengan varietas unggul lainnya, dan paling disukai petani karena
lebih pulen, lebih putih, lebih berkilap, dan lebih wangi."
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Yogyakarta, 2016
630 AGRIN 20:1 (2016)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Nyoman Sri Natih Sudhiastiningsih
"Tulisan ini menjabarkan fenomena variasi respons individu petani terhadap realisasi kebijakan pemerintah yang
dilaksanakan secara “top-down” pada masa otonomi daerah sekarang ini. Studi ini bertujuan untuk memahami proses
perubahan sosial serta masalah teoretis lainnya dengan memperhatikan faktor-faktor konstekstual dari munculnya
variasi tersebut. Individu adalah agen aktif dalam proses interpretasi fenomena dan pengambilan keputusan. Dengan
menggunakan pendekatan etnografi dan kontekstualisasi progresif, penulis dapat menjabarkan variasi respons petani
Desa Kahuman, Kecamatan Polanharjo, Kabupaten Klaten, saat Program Inpari 13 berlangsung. Selama satu musim
tanam Inpari 13 di tahun 2011, petani Kahuman memberikan respons berbeda, mulai dari proses penerimaan program,
realisasi tanam sampai pengendalian hama melalui penyemprotan. Munculnya variasi respons ini menunjukkan bahwa
individu petanilah yang tetap menentukan segala keputusan dalam setiap praktik pengelolaan pertanian yang mereka
lakukan.
This manuscript describes the phenomenon of variation in farmers’ individual responses to the realization of “topdown”
government policy implemented during regional autonomy. The study aims to understand the process of social
change as well as other theoretical problems with attention to contextual factors of the emergence of such variations.
Individuals are active agents in interpreting phenomena and make decisions. Using an ethnographic approach and
progressive contextualization, I am able to describe the variation in responses of Kahuman village farmers, Polanharjo
Subdistrict, Klaten Regency, when Inpari 13 Programme was carried out. During the growing season of Inpari 13 in
2011, Kahuman’s farmers responded differently to program admission process, realization of planting, and pest control
through spraying. The emergence of the varied responses indicates that individual farmers still determine all decisions
within each farm management practices that they do."
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2014
PDF
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Ni Nyoman Sri Natih Sudhiastiningsih
"Skripsi ini mengaji munculnya variasi respons petani terhadap Program Inpari 13 di Desa Kahuman, Kecamatan Polanharjo. Variasi respons individu menjadi fokus kajian karena dari kondisi yang memang mengandalkan pada keputusan individual dalam bercocok tanam padi, secara khusus ada Program Inpari 13 yang menyeragamkan pola tanam, varietas yang ditanam, dan pengendalian hama melalui penyemprotan massal. Program secara 'top-down' diterapkan sebagai respons pemerintah Jawa Tengah dalam rangka mengamankan produksi beras karena adanya 'bencana' akibat ledakan Wereng Batang Coklat (WBC) yang tidak tertanggulangi oleh keputusan individual petani. Dalam mengaji variasi respons, peneliti harus memerhatikan faktor-faktor kontekstual dari munculnya variasi tersebut. Skripsi ini juga memaparkan kemungkinan evaluasi oleh petani karena adanya keragaman praktik budi daya tanaman padi. Selanjutnya, evaluasi melalui mekanisme belajar yang dialami petani akan mengumpan balik pada pengetahuan yang dimilikinya.
......This thesis examines the emergence of variation in the farmer's responses toward the Inpari 13 Program in Kahuman village, Polanharjo district in Klaten Regency of Central Java. The variation of individual responses become the focus of study in this thesis because of the condition that relies on individual decisions in rice farming, in particular there was an Inpari 13 Program that uniformed the cropping patterns, varieties grown, and pest control through the mass-spraying. The program that though spraying pesticides implemented in a 'top-down' way was the response of Central Java's government in securing produced rice because of the 'hazard' due to by the outbreaks of Brown Plant Hopper that was unresolved by the farmer's individual decisions. In studying the variation of responses, we should consider the contextual factors in the emergence of such variations. I also present in this thesis that the diversity of paddy's cultivation practices enabled the farmers to do evaluation of the result of their strategies. The evaluation enriched their knowledge of cultivation strategies."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2012
S-Pdf
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library