Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 16 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Djakarta: Projek Penerbitan Sekretariat Koordinator Urusan Irian Barat, 1964
995.4 IRI
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Department of Information. RI, 1962
959.8 IMP
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
R.M.G. Soegondo
Djakarta: Pembimbing, 1955
995.1 SOE k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Bone, Robert C.
New York: Southeast Asia Program, Cornell University, 1962
995.1 BON d
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Sukarno
Jakarta: Departemen Penerangan R.I., 1961
959.8 SUK k;992.07 S 437
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Irian Barat : Universiats Negeri Tjenderawasi
050 MUNT 1:2(1964)
Majalah, Jurnal, Buletin  Universitas Indonesia Library
cover
Alexander Aryesam
"Pengibaran bendera Papua pada tanggal 1 Desember 1961 yang tidak disertai dengan Proklamasi Kemerdekaan dan aksi konfrontasi yang dilakukan pihak Indonesia serta ditandatanganinya Persetujuan New York tahun 1962 oleh Indonesia dan Belanda menyebabkan tidak terwujudnya gagasan pembentukan negara Papua.
Reaksi dari masyarakat Irian Barat menjelang penyelesaian sengketa antara Indonesia dan Belanda yaitu ada yang mendukung gagasan pembentukan negara Papua dan ada yang mendukung perintah Trikora tahun 1961 dan Persetujuan New York tahun 1962."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1997
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sapto Noviantoro
"Angkatan Udara Republik Indonesia (AURI) memiliki fungsi bagi pertahanan dan keamanan wilayah udara di bawah kekuasaan Republik Indonesia. Baik dalam keadaan damai maupun keadaan perang, kesatuan ini dituntut untuk mampu melaksanakan fungsi-fungsinya guna menjamin keamanan di udara secara khusus maupun keamanan di seluruh wilayah Nusantara baik di darat laut dan udara secara umum. Dalam suatu pertahanan negara, kesatuan ini bersama-sama kesatuan lainnya (Angkatan Darat dan Angkatan Laut) sangat menentukan bagi keberhasilan suatu negara untuk melindungi wilayah kekuasaannya. Seperti yang terjadi pada tahun 60-an, ketika terjadi perebutan kekuasaan antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Belanda mengenai masalah Irian Barat dan jalan diplomasi tidak mendapatkan hasil yang maksimal. Maka mulailah digunakan kekuatan militer untuk menekan pemerintah Belanda. Di sinilah mulai terlihat pentingnya kekuatan bersenjata untuk menekan pihak lawan. Dalam isi skripsi ini akan dibahas lebih jauh mengenai keterlibatan AURI sebagai salah satu komponen militer yang dimiliki oleh Indonesia dalam mengatasi masalah Irian Barat. Sejauh mana AURI mampu menjalankan fungsi kesatuannya sehingga mampu ikut serta dalam mempertahankan wilayah Republik Indonesia"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2004
S12417
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hylkema, S.
"Buku ini menceritakan tentang bagaimana orang-orang di pegunungan dan tentang orang-orang yang ada di Irian khususnya Irian Barat dalam penceritaan berbahasa Belanda."
s'-Gravenhage : Martinus Nijhoff, 1974
BLD 572 HYL
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yunda Kania Alfiani
"Penelitian ini membahas tentang repatriasi sebagai salah satu upaya non diplomasi dalam sengketa perebutan Irian Barat tahun 1957 – 1958. Akibat dari upaya diplomasi yang kerap kali menemui kegagalan, dipenghujung tahun 1957 Indonesia mulai mengambil manuver politik yang berbeda yaitu dengan bersikap lebih keras dan tegas dalam menghadapi pihak Belanda. Hal tersebut dimulai dengan serangkaian aksi yang dilakukan seperti menasionalisasi perusahaan Belanda dan membatasi peran masyarakat Belanda dalam bidang pekerjaan lainnya. Seiring berjalannya waktu pun aksi anti Belanda kian meningkat dan pada akhirnya melalui rapat rakyat di tanggal 18 November 1957 yang diadakan oleh Panitia Aksi Pembebasan Irian Barat terdapat tuntutan rakyat yang salah satunya yaitu untuk merepatriasi (memulangkan) masyarakat Belanda yang tidak berguna bagi pembangunan Indonesia. Tuntutan tersebut direalisasi tanggal 5 Desember 1957 berdasarkan keputusan Menteri Kehakiman Maengkom terdapat 50.000 warga Belanda yang harus kembali ke negaranya. Artikel ini menemukan bahwa repatriasi sebagai upaya non diplomasi berhasil menekan Belanda dalam menyerahkan Irian Barat kepada Indonesia melalui serangkaian tekanan ekonomi, sosial, dan psikologis yang terakumulasi pada tekanan Internasional oleh Amerika Serikat ketika dilaksanakannya New York Agreement. Dalam meneliti tugas akhir ini dilakukan penelaahan sumber melalui sumber primer dan sekunder. Sumber primer yang diperoleh berasal dari arsip, majalah, surat kabar dan pidato presiden yang tersedia di Indonesia dan secara digital di Belanda serta untuk sumber sekunder diperoleh melalui beberapa buku dan artikel yang berkaitan dengan tema penelitian ini.

This research discusses repatriation as one of the non-diplomatic efforts in the dispute over West Irian (West Papua) in the years 1957 - 1958. Due to the frequent failures in diplomatic efforts, towards the end of 1957, Indonesia began to adopt a different political maneuver, which involved taking a tougher and firmer stance against the Netherlands. This started with a series of actions, such as the nationalization of Dutch companies and restricting the role of the Dutch community in other fields of work. Over time, the anti-Dutch actions intensified, and eventually, during a people's assembly held on November 18, 1957, organized by the West Irian Liberation Action Committee, there were demands from the people, including the repatriation (return) of Dutch citizens considered unhelpful for Indonesia's development. This demand was realized on December 5, 1957, based on the decision of Minister of Justice Maengkom, requiring 50,000 Dutch citizens to return to their homeland. This article finds that repatriation, as a non-diplomatic effort, succeeded in pressuring the Netherlands to hand over West Irian to Indonesia. This pressure was built through a series of economic, social, and psychological pressures, which were further intensified by international pressure from the United States during the implementation of the New York Agreement. For this final project, the research was conducted by examining primary and secondary sources. The primary sources were obtained from archives, magazines, newspapers, and presidential speeches available in Indonesia and digitally in the Netherlands. The secondary sources were gathered from several books and articles related to the research theme."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>