Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 43 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1999
S6884
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Venty
"Studi ini bertujuan untuk menganalisis lama perjalanan suami dan istri dalam kerangka berpikir peran jender yang dilihat dari jumlah balita, ART usia produktif, lansia, dan dua penghasil pendapatan di dalam rumah tangga. Hasil regresi logistik multinomial menggunakan data Sakernas 2011 menunjukkan bahwa untuk suami dan istri, semakin banyak jumlah balita, semakin besar probabilitas untuk melakukan perjalanan lama sedangkan semakin banyak jumlah ART usia produktif semakin kecil probabilitas untuk melakukan perjalanan lama. Kehadiran lansia dan memiliki pasangan yang bekerja mengurangi probabilitas suami tetapi menambah probabilitas istri untuk melakukan perjalanan lama.

This study aims to analyze husbands? and wives? commuting time applying gender roles framework measured by number of under-five, productive age members, elderly, and dual earners within a household. By employing multinomial logistic regression on Sakernas 2011 data, it is found that more under-five children increase the probability to travel longer while more productive age members reduces the probability to travel longest for husbands and wives. The presence of elderly and having working spouse have different effect on husbands and wives. These variables lower the probability to commute longest for husbands but increase the probability of commute longest for wives.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2013
S47141
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Prihandoko Sanjatmiko
Bogor: CV. Bianglala Kreasi Media, 2019
UI - Publikasi  Universitas Indonesia Library
cover
"
"
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S6973
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Endang Partrijunianti Gularso
"ABSTRAK
Pada tahun 1981, Pemerintah membentuk Kota Administratif Depok berdasarkan Peraturan Pemerintah No.43 th 1981, dan dalam kurun waktu 18 tahun, Depok menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Pada tahun 1999 berdasarkan UU No 15, atas dasar tuntutan dan aspirasi masyarakat maka Kotif Depok diangkat menjadi Kodya Daerah Tk II Depok dan ditetapkan pada tgl 20 April 1999.Perkembangan kota Depok semakin pesat dan meluas ke wilayah-wilayah lain di sekitarnya.Pembangunan perumahan, pembangunan perkantoran, pembangunan pusat-pusat perbelanjaan, pembangunan pasar tradisional semi modern, dan bermacam-macam pembangunan pelayanan umum dilaksanakan hampir di seluruh wilayah secara bersamaan. Dengan semakin meluasnya perkembangan pembangunan di segala bidang, sudah barang tentu membutuhkan lahan untuk mengaktualisasikannya.Lahan penduduk kampung yang semula merupakan lahan pertanian, dan perkebunan buah-buahan, menjadi menyusut karena dijual untuk kepentingan tersebut.Kondisi ini berdampak pada terjadinya suatu perubahan di berbagai aspek kehidupan penduduk kampong Rawakalong yang mengaku dirinya sebagai orang Betawi di wilayah Kodya Depok. Mereka kemudian mengubah pekerjaannya semula sebagai petani, menjadi pekerjaan lain di sector informal seperti bekerja sebagai tukang ojek, srabutan, tukang bangunan, dan pemilik rumah petak yang disewakan. Pekerjaan di sector informal tidak memberikan penghasilan tetap dan tidak bisa mencukupi kebutuhan hidup keluarga, dan mereka merespons kondisi ini dengan cara adaptif dimana para suami mengijinkan isteri mereka untuk bekerja di luar rumah dengan beberapa syarat yang tidak jauh menyimpang dari kebudayaan mereka. Dan pekerjaan yang banyak dilakukan oleh para perempuan di kampung ini adalah sebagai pekerja rumahtangga. Bentuk respons lainnya terjadinya konflik antara pasangan suami dan isteri karena tidak bisa menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Konflik yang berkepanjangan bisa berakhir dengan suatu perceraian, dan kemudian terjadi perkawinan baru dengan perempuan lain. Oleh karena itu kawin?cerai menjadi suatu hal yang biasa terjadi di kampong ini. Untuk memperoleh data penelitian dilakukan penelitian kualitatif, terhadap beberapa orang informan yang bisa mencakup berbagai usia dan status perkawinan dengan cara observasi, wawancara mendalam dan menggunakan pengalaman hidup mereka (life history method).

ABSTRACT
In 1981, the government established the Administrative Town of Depok through Government Decree No.43 of 1981, and within 18 years, Depok showed considerable development. In 1999, based upon Legislation No.15 as well as the aspirations of its citizens, the Administrative Town of Depok was elevated to the Regional Municipality of Depok on April 20, 1999. The rate of development of Depok increased and spread to the surrounding areas. The development of housing, office complexes, retail centers, semi-modern traditional markets, and other public service facilities went underway almost at once throughout the area. The increase in growth and development in every area required space. Land held by kampong residents that was previously utilized as farmland and orchards decreased in area through their sale for development projects. The impact took the form of change in many aspect of life among the people of the kampong of Rawakalong,who identify themselves as Betawi of the Municipality of Depok. The people left their farmwork for other occupations in the informal sector, such as motorcycle taxis (ojek ), construction work, and tenement leasing. Work in the informal sector does not provide a steady income, nor does it cover family needs, and their response is adaptive. Husbands allow their wives to takes jobs outside the home, under certain conditions that do not break from their cultural norms. The job must often sought by the women of the kampong is as domestic help. Another response involves conflict between spouses, due to an inability to adapt to the changes occurring . A prolonged conflict may end in divorce, which may lead to re-marriage. Thus divorce and re-marriage has become common in this kampong. Data was collected through qualitative research among informant of varying age and marital status, with observation, in-depth interviews and the use of the life-history method."
Depok: 2012
D1305
UI - Disertasi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Rizky
"Makalah ini membahas penggambaran maskulinitas dalam serial televisi "Bridgerton," dengan fokus pada karakter Simon Basset, Duke of Hastings, dan Will Monrich, seorang petinju kelas pekerja. Studi ini melihat bagaimana Simon dan Will menavigasi dan melawan hegemoni maskulinitas dalam masyarakat era Regency, dengan mempertimbangkan kelas, ras, dan pengalaman pribadi. Hal ini dibingkai oleh teori hegemoni maskulinitas dan interseksionalitas R.W. Connell. Penelitian ini juga menyelidiki bagaimana citra mereka menopang atau menantang standar gender tradisional. Studi ini menunjukkan negosiasi rumit Simon mengenai cita-cita maskulin yang dominan, yang ditandai dengan kekuatan dan otoritas, dengan menggunakan studi tekstual. Will Monrich, di sisi lain, muncul dari strata sosial ekonomi yang unik dan menantang prasangka dengan menggunakan kekuasaan melalui kegigihan dan tekad. Temuan ini menambah pandangan yang lebih kompleks tentang maskulinitas, memperluas perdebatan mengenai multikulturalisme dan penggambaran gender dalam konteks "Bridgerton". Studi ini menambah diskusi yang lebih luas mengenai peran gender dan ekspektasi masyarakat dalam drama sejarah dengan memberikan wawasan tentang interaksi kompleks identitas yang membentuk maskulinitas sepanjang periode Regency.

This paper looks at the multifaceted portrayal of masculinity in the television series "Bridgerton," with a focus on the characters Simon Basset, Duke of Hastings, and Will Monrich, a working-class pugilist. The study looks at how Simon and Will navigate and resist hegemonic masculinity in Regency-era society, considering class, race, and personal experiences. It is framed by R.W. Connell's hegemonic masculinity theory and intersectionality. It also investigates how their images sustain or challenge traditional gender standards. The study demonstrates Simon's intricate negotiation of the dominant masculine ideal, characterised by strength and authority, using textual studies. Will Monrich, on the other hand, emerges from a unique socioeconomic stratum and challenges prejudices by wielding power via tenacity and determination. These findings add to a more complex view of masculinity, broadening debates on multiculturalism and gender portrayal in the context of "Bridgerton." The study adds to broader discussions on gender roles and societal expectations in historical dramas by providing insights into the complex interactions of identities that form masculinity throughout the Regency period.
"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2023
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Agnes Widanti
Jakarta: Kompas, 2005
331.133 598 AGN h
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Irsalina Dwiyanti
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3596
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Helena Marharetha
"Penelitian ini dilatarbelakangi oleh kurangnya kesempatan perempuan dalam berbagai akses seperti memperoleh pendidikan yang lebih tinggi, kesempatan kerja yang lebih baik maupun dalam peningkatan karier serta upah yang mereka terima relatif masih rendah
dibandingkan dengan laki-laki. Hal ini juga mengacu kepada Konvensi ILO No. 100 dan Konvensi ILO No. 111.
Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh faktor-faktor sosial, ekonomi dan demografi terhadap jenis pekerjaan/jabatan dengan dikontrol terbadap jenis kelamin. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis inferensial.
Di dalam pengolahan data digunakan SPSS dan variabel bebas yang dipethatikan adalah jenis kelainin, umur, pendidikan, status perkawinan, lapangan pekerjaan utama dan tempat tinggal. Faktor interaksi juga diperhatikan yaitu interaksi antara pendidikan dengan tempat
tinggal. Variabel tidak bebas adalah jenis pekerjaan/jabatan.
Jenis pekerjaan/jabatan dikelompokkan menjadi tiga kelompok besar yaitu kelompok pertama terdiri dari tenaga profesional atau tenaga kepemimpinan kelompok kedua terdiri dari tenaga profesional, tenaga kepemimpinan atau tenaga tata usaha sedangkan kelompok ketiga terdiri dari tenaga profesional, tenaga kepemimpinan, tenaga tata usaha, tenaga usaha penjualan
atau tenaga usaha jasa. Adapun alasan dibuatnya jenis pekeijaan/jabatan menjadi tiga kelompok besar adalah untuk melihat pengaruh setiap faktor sosial, ekonomi dan demografi.
Diperoleh suatu temuan yang sangat menarik, karena dalam hasil pengolahan data melalui analisis deskriptif tidak sejalan dengan analisis inferensial. ini membuktikan bahwa tidak selamanya analisis deskriptif analisis inferensial atau sebaliknya.
Pendekatan data melalui analisis deskriptif menunjukkan persentase pekerja perempuan lebih besar daripada persentase pekerja laki-laki dilihat dari faktor sosial, ekonomi maupun demografi. Jika melalui pendekatan analisis inferensial menunjukkan indikasi yang sebaliknya dimana peluang pekerja perempuan lebih kecil daripada pekerja laki-laki dilihat dari faktor sosial, ekonomi maupun demografi.
Hasil dari semua pembahasan menuniukkan bahwa di Propinsi Sumatera Utara tidak terdapat kesetaraan jender antara pekerja perempuan dengan pekerja laki-laki.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T4302
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5   >>