Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Batubara, Khairunnisa
"Low nurses’ performance is related with increased job demands and unprofessional job resources. This cross-sectional study aimed to analyze the effects of the job demands–resources model on the performance of associate nurses. The study population was composed of 126 nurses randomly selected. Data were analyzed using the multiple linear regression test. The results showed that job demands and job resources significantly affected the performance of associate nurses. A moderate or heavy level of job demands supported with good job resources will have a positive effect on nurse motivation; thus, nurse’s performance remains good. Job demands must be balanced with job resources, which is important in formulating an organizational policy model that contributes to improving nurse performance.

Model Tuntutan-Sumber Daya Pekerjaan Memengaruhi Kinerja Perawat Pelaksana di Rumah Sakit Z Medan, Indonesia. Kurangnya kinerja perawat berkaitan dengan tuntutan pekerjaan yang meningkat dan sumber daya pekerjaan yang tidak profesional. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh job demands-resources model terhadap kinerja perawat pelaksana dengan menggunakan cross-sectional. Sampel dalam penelitian ini sebanyak 126 perawat ruangan rawat inap dan menggunakan teknik simple random sampling. Analisis dilakukan menggunakan persamaan regresi linier berganda. Hasil penelitian menunjukkan bahwa job demands-resources model berpengaruh terhadap kinerja perawat pelaksana. Tuntutan pekerjaan pada kategori sedang maupun berat namun diimbangi dengan sumber daya pekerjaan yang baik, maka perawat memiliki motivasi yang bersifat positif sehingga kinerja perawat tetap baik. Direkomendasikan pada pihak manajemen agar tuntutan pekerjaan yang diberikan harus diseimbangkan dengan sumber daya pekerjaan sehingga pada akhirnya dapat dirumuskan model kebijakan organisasi yang berkonstribusi dalam meningkatkan kinerja perawat."
Jakarta: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2020
610 UI-JKI 23:2 (2020)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Sela Inike Natalia
"Pandemi COVID-19 berdampak signifikan pada sistem kerja yang mengubah praktik working from office (WFO) menjadi working from home (WFH). Untuk itu diperlukan karyawan yang terampil dalam menggunakan teknologi untuk menunjang aktivitas kerja. Namun, kondisi ini dapat berdampak pada prestasi kerja. Penelitian ini dan untuk menganalisis pengaruh kecemasan TIK dan kecanduan smartphone terhadap kinerja semua dosen tetap di Sekolah Administrasi Institut Nasional Administrasi Publik (NIPA) (Jakarta, Bandung, Makassar). Metode yang digunakan adalah kuantitatif dengan teknik sampling jenuh. Survei dilakukan terhadap 135 responden menggunakan kuesioner online dan dianalisis menggunakan PLS-SEM pada lima variabel: kecemasan TIK, kecanduan smartphone, gangguan, efikasi kerja, dan kinerja kerja, dengan tujuh hipotesis diuji. Studi tersebut menunjukkan bahwa kecemasan TIK secara positif mempengaruhi interupsi, interupsi secara negatif mempengaruhi kemanjuran dan kinerja pekerjaan. Sementara itu, efek kecemasan TIK terhadap efikasi kerja, efek kecanduan ponsel cerdas terhadap gangguan, dampak kecanduan ponsel cerdas terhadap efikasi kerja, dan efek efikasi kerja terhadap kinerja tidak terbukti. Oleh karena itu, rekomendasi dari penelitian ini adalah untuk memfasilitasi berbagi pengetahuan terkait kompetensi TIK atau literasi. Selain itu, NIPA harus memperkuat jaminan keamanan pilihan teknologi terhadap hak intelektual dosen dan mengintegrasikan tuntutan kebutuhan TIK dengan prosedur administratif-teknis.

COVID-19 pandemic significantly impacts the working system that shifts working from office (WFO) practice into working from home (WFH). It requires skilful employees in using technology to support work activities. However, this condition could impact job performance. This study aimed to analyze the effect of ICT anxiety and smartphone addiction on work performance for all permanent lecturers at the National Institute of Public Administration (NIPA) School of Administration (Jakarta, Bandung, Makassar). A quantitative method was used with a saturated sampling technique. The survey was conducted on 135 respondents using online questionnaires and analyzed using PLS-SEM on five variables: ICT anxiety, smartphone addiction, interruption, job efficacy, and job performance, with seven hypotheses tested. The study shows that ICT anxiety positively affects interruptions, interruption negatively affects job efficacy and performance. Meanwhile, the effects of ICT anxiety on job efficacy, smartphone addiction effects on interruption, the impact of smartphone addiction on job efficacy, and job efficacy effects on job performance are not proven. Therefore, the recommendation of this study is to facilitate the sharing of knowledge related to ICT competence or literacy. In addition, NIPA must strengthen the guarantee of the security of technology choices against lecturers' intellectual rights and integrate the demands of ICT needs with administrative-technical procedures."
Depok: Fakultas Ilmu Administrasi Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Salsabila Zulfa Dzikrina
"Perkembangan digitalisasi yang pesat saat ini telah mengubah cara hidup masyarakat di seluruh dunia, termasuk di Indonesia. Sebagai negara dengan penetrasi internet yang tinggi, Indonesia memiliki ekosistem startup yang berkembang pesat dan berpotensi besar dalam mendukung pertumbuhan ekonomi. Namun, banyak startup yang menghadapi tantangan dan kesulitan dalam bertahan di tengah persaingan yang ketat. Untuk mengatasi hal ini, praktik kerja agile telah menjadi pendekatan yang populer dalam pengembangan produk dan layanan di perusahaan startup. Kesuksesan dari praktik kerja agile, (seperti tim yang mandiri, perencanaan iteratif, inkrementasi, dan retrospektif), sangat bergantung pada manusia yang terlibat dalam prosesnya. Namun, meskipun praktik kerja agile memiliki potensi untuk meningkatkan kesejahteraan individu, hubungan antara praktik kerja agile dan well-being penggunanya masih belum dipahami dengan baik. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk menguji pengaruh praktik kerja agile terhadap kesejahteraan kerja dan performa proyek di perusahaan startup di Indonesia. Melalui pengembangan model konseptual dan analisis data menggunakan metode Partial Least Squares (PLS-SEM), penelitian ini menunjukkan bahwa praktik kerja agile berpengaruh positif terhadap kesejahteraan kerja, yang tercermin dalam tingkat kelelahan yang rendah dan keterlibatan kerja yang tinggi. Selain itu, praktik kerja agile dan keterlibatan emosional juga berdampak positif terhadap performa proyek. Temuan ini memberikan wawasan yang berharga bagi perusahaan startup dalam mengoptimalkan penggunaan praktik kerja agile untuk meningkatkan kesejahteraan kerja dan performa proyek. Rekomendasi yang dihasilkan dari penelitian ini berupa (1) perhatian lebih terhadap karakteristik kerja yang diterima oleh tim, yang mana mempengaruhi kesejahteraan kerja tim; (2) training mengenai praktik kerja agile yang efektif; (3) memastikan adanya peningkatan sumber daya kerja dengan mengadopsi praktik kerja agile. Dengan pemahaman yang lebih baik tentang hubungan antara praktik kerja agile, kesejahteraan kerja, serta hasil akhir yang dipengaruhi, perusahaan startup di Indonesia dapat mengambil langkah-langkah yang tepat dalam menghadapi tantangan dan mencapai keberhasilan jangka panjang.

The rapid development of digitization has transformed the way of life for people worldwide, including in Indonesia. As a country with high internet penetration, Indonesia has a rapidly growing startup ecosystem with significant potential to support economic growth. However, many startups face challenges and difficulties in surviving amidst intense competition. To address this, agile work practices have become a popular approach in product and service development for startup companies. The success of agile work practices, such as self-managing teams, iterative planning, incremental development, and retrospectives, heavily relies on the individuals involved in the process. However, despite the potential of agile work practices to enhance individual well-being, the relationship between agile work practices and user well-being is still not well understood. Therefore, this study aims to examine the influence of agile work practices on job satisfaction and project performance in startup companies in Indonesia. Through the development of a conceptual model and data analysis using the Partial Least Squares (PLS-SEM) method, this research demonstrates that agile work practices have a positive impact on job satisfaction, reflected in low levels of fatigue and high job engagement. Additionally, agile work practices and emotional involvement also have a positive impact on project performance. These findings provide valuable insights for startup companies to optimize the use of agile work practices to enhance job satisfaction and project performance. The recommendations derived from this research include (1) paying more attention to job characteristics accepted by the team, which influence team job satisfaction; (2) providing effective training on agile work practices; (3) ensuring an increase in workforce resources by adopting agile work practices. With a better understanding of the relationship between agile work practices, job satisfaction, and influenced outcomes, startup companies in Indonesia can take appropriate steps to address challenges and achieve long-term success. "
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dary Ammar Djatmiko
"Generasi Z yang diprediksi akan mendominasi tenaga kerja di tahun-tahun mendatang ditemukan sering mengalami burnout. Data oleh Future Forum (2022) menunjukkan bahwa 49% karyawan Gen Z merasa burnout atas pekerjaannya, lebih tinggi dari generasi lainnya. Fenomena ini disebabkan sedikitnya pengalaman generasi Z dalam menghadapi tuntutan pekerjaan. Burnout dapat merugikan perusahaan maupun karyawan dengan berbagai dampak negatif. Dengan demikian, perlu adanya upaya untuk mengurangi kemungkinan terjadinya burnout. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peran dukungan sosial daring dalam memoderasi hubungan antara tuntutan pekerjaan kuantitatif dengan burnout pada karyawan generasi Z. Terdapat 178 partisipan penelitian dengan kriteria Warga Negara Indonesia (WNI), berusia 18–30 tahun, telah bekerja selama 3 bulan atau lebih di perusahaan saat ini sebagai karyawan tetap, kontrak, outsource, ataupun magang, dan menggunakan media online dalam dua bulan terakhir. Hasil penelitian menunjukkan hubungan positif signifikan antara tuntutan pekerjaan kuantitatif dengan burnout (p < 0.05), dan bahwa dukungan sosial daring tidak dapat memoderasi hubungan antara tuntutan pekerjaan kuantitatif dengan burnout (p > 0.05). Penelitian ini diharapkan dapat memperluas pengetahuan atas fenomena burnout pada karyawan generasi Z. Perusahaan dapat melakukan asesmen atas persepsi generasi Z terhadap tuntutan pekerjaannya.

Generation Z, predicted to dominate the workforce in the coming years, tends to frequently experience burnout. Data from Future Forum (2022) shows that 49% of Gen Z employees feel burned out from their job, a higher percentage than other generations. This is attributed to generation Z’s limited experience in dealing with job demands. Burnout can be detrimental to both companies and employees, leading to various negative outcomes. Therefore, efforts are needed to reduce the likelihood of burnout. This study examines the role of online social support in moderating the relationship between quantitative job demands and burnout among generation Z employees. A total of 178 participants were involved, meeting criteria as Indonesian citizens aged 18–30, having worked at least three months in their current company as permanent, contract, outsourced, or internship employees, and having used online media in the past two months. Results showed a significant positive relationship between quantitative job demands and burnout (p < 0.05), while online social support did not moderate this relationship (p > 0.05). This study is expected to expand understanding of burnout among generation Z employees. Companies are encouraged to assess generation Z employees’ perceptions of their job demands. "
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2025
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library