Emergency landing sebagai keadaan darurat bandara memerlukan tindakan yang cepat dan tepat oleh Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) sebagai koordinator medis. Penanganan medis dalam emergency landing sangat menentukan keselamatan dan keamanan korban, hal ini berbasis pada pengetahuan, sikap dan perilaku petugas KKP bandara. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku petugas KKP Bandara Internasional Soekarno Hatta (SOETTA) dan Bandara Internasional Zainuddin Abdul Majid (ZAM) terhadap emergency landing. Penelitian dilakukan secara deskriptif dengan potong lintang. Sembilan puluh delapan petugas KKP dari 74 bandara SOETTA dan 24 bandara ZAM telah diambil datanya lewat kuesioner. Hasil penelitian menunjukkan pengetahuan petugas KKP SOETTA yang tergolong cukup 63,5% sementara pengetahuan petugas ZAM yang tergolong cukup 79,2%. Untuk hasil sikap petugas KPP SOETTA yang tergolong positif 67,6% sementara di ZAM sikap petugas KPP yang tergolong positif 54,16%. Untuk hasil perilaku petugas KPP SOETTA yang tergolong baik 55,4% sementara di ZAM perilaku petugas KPP yang tergolong baik 75%. Kesimpulannya tingkat pengetahuan petugas KKP SOETTA dan petugas KKP ZAM terhadap emergency landing sudah cukup. Sikap petugas KKP SOETTA dan petugas ZAM terhadap penanganan emergency landing positif. Perilaku petugas KKP petugas KKP SOETTA dan petugas ZAM cukup baik terhadap emergency landing.
Emergency landing as airport emergency requires quick and appropriate action by the Port Health Office (KKP) as the medical coordinator. Medical treatment in an emergency landing will determine the safety of victims, this is based on the knowledge, attitudes and behavior of airport KKP officers. This study aims to determine knowledge, attitudes and behavior of KKP officers at Soekarno Hatta International Airport (SOETTA) and Zainuddin Abdul Majid International Airport (ZAM) toward emergency landing. The study was conducted descriptively by cross section. Ninety-eight KKP officers from 74 SOETTA airport and 24 ZAM airport have taken their data through questionnaires. The results showed that knowledge of SOETTA officers who were classified as enough 63.5% while ZAM officers 79.2%. For the results of the attitude of the SOETTA officers who were classified as positive 67.6% while in ZAM 54.16%. For the results of the behavior of SOETTA officers who were classified as good 55.4% while in ZAM 75%. In conclusion, the level of knowledge of SOETTA and ZAM KKP officers towards emergency landing was enough. The attitude of SOETTA and ZAM KKP officers towards handling emergency landing was positive. The behavior of SOETTA and ZAM KKP officers is good towards emergency landing.
"Penelitian ini dilatar belakangi untuk mengkaji perluasan fungsi, tugas dan peran dari Korbrimob dalam Operasi Damai Cartenz 2022 Papua. Selain itu untuk menjelaskan urgensi pelaksanaan Operasi Damai Cartenz di Papua yang menggantikan operasi sebelumnya yakni Operasi Nemangkawi dan menjelaskan perlunya pengembangan fungsi dan peran Brimob Polri selain fungsinya sebagai satuan pemukul. Metode yang digunakan yang digunakan adalah metode kualitatif. Data diperoleh dari sumber primer melalui observasi dan wawancara dan sumber sekunder melalui penelurusan berbagai dokumen seperti peraturan perundang-undangan, dokumen rencana operasi, buku, jurnal, dan sebagainya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa Operasi Damai Cartenz 2022 di Papua merupakan operasi untuk menjaga stabilitas keamanan dan ketertiban masyarakat. Personel Brimob yang dikerahkan dalam operasi mengedepankan pendekatan kemanusiaan melalui strategi preemtif dan preventif. Personel Brimob yang diterjunkan dalam operasi damai ini menjalankan pengembangan fungsi, yakni meliputi fungsi intelijen, fungsi penyelidikan dan penyidikan, fungsi binmas dan fungsi kehumasan. Kompetensi personel Brimob dalam menjalankan fungsi tersebut dibekali dengan pelatihan dan pendidikan sebelumnya. Fungsi penegakan hukum masih dilakukan. Pendekatan komunikasi dialogis juga dilakukan dengan melakukan pendekatan-pendekatan kepada tokoh masyarakat, tokoh agama, tokoh adat, dan juga mahasiswa. Standar operasional procedure penting sebagai pedoman bagi anggota Polri termasuk Brimob dalam menjalankan fungsi dan perannya di Papua. Dari Operasi Damai Cartenz 2022 ini, terdapat faktor-faktor yang menjadi kendala diversifikasi peran Brimob dalam menjalankan operasi tersebut. Kendala tersebut adalah potensi gangguan berupa luas wilayah, kondisi cuaca, kondisi alam dan sebagainya, ambang gangguan seperti keberadaan KKB dan KKP dan segala aktivitasnya dan gangguan nyata seperti tindakan pidana yang dilakukan KKB dan KKP.
This research is motivated to examine the expansion of the functions, duties and roles of the Korbrimob in Operation Peace Cartenz 2022 Papua. In addition, to explain the urgency of implementing the Cartenz Peace Operation in Papua which replaced the previous operation, namely Operation Nemangkawi and explain the need to develop the functions and roles of Brimob Polri in addition to its function as a strike unit. The method used is qualitative method. Data were obtained from primary sources through observation and interviews and secondary sources through browsing various documents such as laws and regulations, operation plan documents, books, journals, and so on. The results showed that Operation Peace Cartenz 2022 in Papua was an operation to maintain the stability of security and public order. Brimob personnel deployed in the operation prioritize a humanitarian approach through preemptive and preventive strategies. Brimob personnel deployed in this peace operation carry out the development of functions, which include intelligence functions, investigation and investigation functions, public relations functions and public relations functions. The competence of Brimob personnel in carrying out these functions is equipped with previous training and education. The law enforcement function is still being carried out. A dialogic communication approach is also carried out by approaching community leaders, religious leaders, traditional leaders, and also students. Standard operating procedures are important as guidelines for members of the National Police including Brimob in carrying out their functions and roles in Papua. From this Cartenz 2022 Peace Operation, there are factors that become obstacles to the diversification of Brimob's role in carrying out the operation. These obstacles are potential disturbances in the form of area, weather conditions, natural conditions and so on, disturbance thresholds such as the presence of KKB and KKP and all their activities and real disturbances such as criminal acts committed by KKB and KKP.
"