Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Budhy Kusworo
"Situasi batas dalam filsafat eksistensi Karl Jaspers adalah suatu tema filsafati yang menjelaskan, bahwa manusia di samping dapat memperoleh pengetahuan karena brrfikir rasional obyektif juga memperoleh pengetahuan yang mengatasi pengetahuan ini, yaitu pengetahuan transenden. Filsafat eksistensi Karl Jaspers bertitik-tolak dari tiga asas pemikiran, universalitas, orisinalitas dan unitas Ada. Universalitas menunjuk kepada kita dan dunia, di mana kita ini berada (Dasein). Di dunia ini kita berfikir rasional obyektif, artinya kita menanggapi dunia sebagai obyek dan kita sendiri subyeknya. Pengetahuan yang kita peroleh tentang dunia ini berlaku umum, yaitu berlaku untuk siapa saja lama, dan oleh karena itu bersifat universal. Di dalam mitos dan agama kita mengenal istilah-istilah jiwa dan Tuhan, dan dalam bahasa filsafat kita mengenal Existenz dan transendensi. Existenz inilah orisinalitas atau keaslian kita. Beberapa nama lain yang diberikan kepada Existenz adalah jiwa jati diri dan kadang-kadang juga disebut kebebasan, karena sifatnya bebas. Unitas Adalah Ada Yang Satu, yaitu Tuhan atau transendensi. Baik Existenz maupun transendensi tak dapat diketahui dan difahami dengan berfikir rasional obyektif, karena bukan obyek. Existenz dan transendensi hanya dihayati oleh individu yang bersangkutan saja dan seperti yang telah dikatakan di atas bukan merupakan hasil pemahaman rasional obyektif atau menurut istilah Karl Jaspers, orientasi dunia. Untuk kemungkinan dapat menghayati Existenz dan transendensi ini diperlukan dipenuhinya dua syarat. Syarat yang pertama ialah, bahwa orientasi dunia atau berfikir rasional obyektif telah mencapai batasnya, artinya orientasi dunia sudah tidak dapat memberikan pengetahuan lagi. Situasi demikian ini disebut situasi batas, yaitu batas kemampuan orientasi dunia dapat memberikan pengetahuan. Syarat yang kedua ialah, bahwa setelah berfikir rasional obyektif mencapai batas kemampuannya untuk memberikan pengetahuan, maka kita tetap memusatkan perhatian kita atau mengkontemplasikan masalah yang secara rasional obyektif tak dapat dipecahkan lagi itu. Menurut istilah filsaat eksistensi Karl Jaspers tetap berusaha memecahkan masalah yang telah mencapai jalan buntu ini disebut membuat keputusan. Demikianlah, hanya dengan memenuhi kedua syarat tersebut ini sajalah kemungkinan pengetahuan transenden dapat diperoleh. Hanya dengan demikian ini sajalah Existenz dan transendensi dihayati. Existenz pada hakekatnya tidak memberikan pengetahuan.Exist-enz juga tidak berdiri mandiri. Artinya, Existenz atau jati-diri, atau jiwa atau kebebasan itu hanya muncul dari kedalaman batin kita karena tidak puas dengan masalah yang tak dapat kita pecahkan hingga mencapai situasi batas itu, dan selanjutnya semata mata hanya membuka diri kepada transendensi saja. Dalam hal Existenz ini benar-benar bebas, maka transendensi memanifestasikan diri kepada Existenz yang bebas itu, karena transendensi hanya memanifestasikan diri kepada kebebasan saja. Dan dengan demikian, pengetahuan transenden kita peroleh. Sifat pengetahuan transenden ini mutlak, artinya yang menerima pengetahuan transenden tidak menanyakan lagi tentang mengapa dan bagaimananya, namun menerimanya secara mutlak. Demikianlah inti-sari dari situasi batas dalam fileafat eksistensi Karl Jaspers."
Depok: Universitas Indonesia, 1989
S16018
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mardety
"Skripsi ini membicarakan salah satu tema penting dalam filsafat Karl Jaspers, yaitu Komunikasi. Karl Jaspers adalah seorang filsuf Jerman yang muncul pada abad kedua puluh. Dia dikategorikan sebagai tokoh penting dalam Eksistensialisme. Sebagai Eksistensialisme, Jaspers membahas manusia dan menguak dimensi sosial manusia, yaitu hubungan antar manusia (intersubjektivitas) yang merupakan salah satu tema dalam Eksistensialisme. Komunikasi yang diperkenalkan Jaspers dikategorikan sebagai hubungan antar manusia (intersubjektivitas), namun dalam konsep Komunikasi ini Jaspers membedah kehidupan kejiwaan manusia, dan dia menampilkan inti terdalam dari manusia yang disebutnya dengan Existenz. Menurut Jaspers, ada dua cara ada manusia. Pertama Dasein adalah ada manusia secara empiris. Kedua, Existenz adalah ada manusia yang tidak empiris, dan merupakan kehidupan batiniah manusia. Existenz bersifat unik, otentik dan tidak objektif. Existenz menampakkan diri dalam Komunikasi. Existenz menurut Jaspers adalah eksistensi manusia yang berkaitan erat dengan komunikasi. Malahan bagi Jaspers eksistensi manusia adalah eksistensi dalam komunikasi. Bagi Jaspers Komunikasi penting dalam rangka manusia menjadi dirinya. Existenz adalah ada manusia yang sebenarnya. Menurut Jaspers, komunikasi yang sebenarnya adalah komunikasi eksis tensial. Komunikasi Dasein tidaklah menyentuh inner space dari manusia, sehingga komunikasi berlangsung tanpa sadar diri dan komunikasi ini tidak melahirkan kreativitas apa-apa. Sedangkan Komunikasi eksistensial, adalah komunikasi yang menyentuh kehidupan batiniah manusia, sehingga dalam komunikasi ini manusia akan menjadi dirinya sendiri dan dapat menangkap diri orang lain. Menurut Jaspers, menjadi diri sendiri sangat penting, karena dengan menjadi diri sendiri orang dapat melahirkan kreativitas yang memperkaya ada dunia dan memperkaya kehidupan manusia. Disamping itu, menangkap diri orang lain juga penting dalam kerangka hidup bersama. Bagi Jaspers, dunia ini adalah milik bersama. Manusia hidup bersama di atasnya. Dalam hidup bersama ada hubungan antar manusia. Kata Jaspers dalam hubungan antar manusia ada koeksistensi, aku ada karena orang lain ada. Aku sadar diri karena orang lain sadar akan dirinya pula. Aku menjadi diri sendiri karena orang lain menjadi dirinya pula. Pemikiran Jaspers tentang Komunikasi menonjolkan suatu gagasan moral, dimana dinyatakan bahwa suatu pedoman moral yang kokoh sangat penting dalam melangsungkan hidup bersama. Aksentuasi Jaspers pada otentisitas masing-masing individu menampilkan suatu gagasan moral bahwa dalam hidup bersama perlu ada saling pengertian, dan harus saling menerima diri masing-masing. Usaha untuk mengatur orang lain , sehingga ia menjadi orang lain menurutku akan menyebabkan komunikasi hancur. Hasilnya adalah perselisihan dan perpisahan."
Depok: Universitas Indonesia, 1988
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library