Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Surakarta: Institut Seni Indonesia Press, 2007
793.31 JOG
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Adi Putra Surya Wardhana
"Tujuan penelitian ini adalah mengkaji representasi Babad Pasanggrahan Madusita tentang modernitas dan hedonisme. Modernitas dan hedonisme menjadi gaya hidup elite kerajaan Jawa pada akhir abad XIX hingga awal abad XX. Modernisasi dilakukan di kerajaan tradisional Jawa, yaitu Kasunanan Surakarta Hadiningrat pada masa Paku Buwana X. Penelitian ini menggunakan metode analisis data kualitatif dengan menggunakan sudut pandang kajian budaya. Permasalahan yang diteliti adalah bagaimana modernitas memberi
ciri pada gaya hidup hedonisme dalam Babad Pasanggrahan Madusita, bentuk representasi, dan makna Babad Pasanggrahan Madusita. Beberapa penelitian terdahulu masih fokus pada aspek lokalitas, nilai-nilai moral, pendidikan, budaya, dan agama dari suatu naskah. Oleh sebab itu, penelitian ini dibuat untuk mengisi kekosongan kajian tentang representasi Babad Pasanggrahan Madusita tentang modernitas dan hedonisme yang dipengaruhi oleh
wacana-wacana hasil interaksi budaya Jawa dan budaya Eropa. Hasil penelitian menunjukkan Babad Pasanggrahan Madusita ditulis saat modernitas menjadi jiwa zaman. Akhir abad XIX, hedonisme menjadi gaya hidup bangsawan istana yang disokong oleh modernisasi. Bentuk representasi naskah tentang modernitas dan hedonisme ditunjukkan melalui narasi perjalanan dan pencatatan aset-aset Pesanggrahan Madusita. Maknanya adalah kemajuan dan kemegahan pada masa Paku Buwana X sebagai “Kaisar Jawa” di era modern.

This research aims to analyse the representation of Babad Pasanggrahan Madusita on modernity and hedonism. The hedonist lifestyle of the royal elite was influenced by modernity in the late nineteenth and early twentieth century. During the Paku Buwana X era, Surakarta Hadiningrat Sultanate carried out modernisation. This study used qualitative data analysis methods using the point of view of cultural studies. The research problems are how modernity characterises the lifestyle of hedonism in Babad Pasanggrahan Madusita, the form of representation, and the meaning of Babad Pasanggrahan Madusita. Several previous studies focused on aspects of a manuscript’s locality, moral values, education, culture, and religion. Therefore, this study has arranged to fill the gap in the study of the representation of modernity and hedonism in manuscripts influenced by discourses resulting from the interaction of Javanese culture and European culture. The results showed that Babad Pasanggrahan Madusita was written when modernity became the zeitgeist. At the end of the nineteenth century, hedonism was the lifestyle of the aristocrats, supported by modernisation. The form of Babad Pasanggrahan Madusita was represented by the narrative of the journey and recording of Pesanggrahan Madusita’s assets. The meaning was related to the progress and splendour during the period of Paku Buwana X as the Emperor of Java in the modern era."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2022
900 HAN 6:1 (2022)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Anggie Farizqi Prasadana
"Kasunanan Surakarta merupakan salah satu kerajaan semi-otonom yang diberi hak oleh Belanda untuk mengatur birokrasinya sendiri. Birokrasinya adalah birokrasi tradisional. Kekuasaan pemerintah kolonial yang kian menguat, terutama selepas Perang Jawa, menjadikan birokrasi itu berkedudukan di bawah birokrasi kolonial. Ketika Indonesia merdeka, birokrasi tradisional di Kasunanan hancur dan digantikan oleh birokrasi modern. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan proses keruntuhan birokrasi tradisional di Kasunanan Surakarta. Penelitian ini menggunakan metode sejarah yang dimulai dari pengumpulan sumber (heuristik), melakukan kritik sumber, interpretasi sumber, dan yang terakhir menuliskan hasilnya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keruntuhan birokrasi tradisional di Kasunanan Surakarta disebabkan oleh tuntutan yang disuarakan kalangan anti-swapraja yang menganggap kerajaan sebagai kaki tangan Belanda dan ketidakpedulian Sunan terhadap gerakan revolusi yang sedang menggema. Keruntuhannya sejalan dengan hilangnya status istimewa yang sempat dirasakan wilayah Surakarta. Setelah runtuh, pemerintah Republik Indonesia membentuk birokrasi modern di daerah Surakarta dan menempatkannya di bawah provinsi Jawa Tengah.

Kasunanan Surakarta was one of the semi-autonomous kingdoms that had the right of the Dutch to regulate its own bureaucracy. Its bureaucracy was traditional bureaucracy. The authority of the colonial government grew stronger, especially after the Java War, which put the bureaucracy under the colonial bureaucracy. When Indonesia gained independence, the traditional bureaucracy in Kasunanan was destroyed and replaced by a modern bureaucracy. This study aimed to explain the process of the collapse of traditional bureaucracy in Kasunanan Surakarta. This study used a historical method by conducting the source collection (heuristics), source criticism and source interpretation, and finally writing the results. The results showed that the collapse of the traditional bureaucracy in Kasunanan Surakarta was caused by the demands of anti self-governing community who regarded the kingdom as the Dutch accomplice and Sunan’s indifference to the ongoing revolutionary movement. The collapse coincided with the omission of special status from Surakarta region. After collapsed, the Republic of Indonesia formed a modern bureaucracy in Surakarta area which placed under the province of Central Java."
Kalimantan Barat : Balai Pelestarian Nilai Budaya , 2019
900 HAN 2:2 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library