Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Keisha Nabila Zalfa Zahirah
"Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan salah satu penyakit pada saluran pernapasan yang disebabkan oleh infeksi virus maupun bakteri serta merupakan penyebab utama kematian akibat penyakit infeksi di dunia. Salah satu jamu herbal Indonesia yang sudah terbukti secara empiris sebagai penurun gejala ISPA adalah jamu adem panas. Jamu ini memiliki bahan utama berupa kencur (Kaempferia galangal L.) dan lengkuas (Alpinia galanga), yang dimana keduanya memiliki kandungan bioaktif dengan beragam efek farmakologis seperti antiinflamasi, antivirus, antibakteri, antioksidan, analgesik, dan anti-piretik. Penelitian ini terbagi menjadi 3 fase penelitian pengkajian lebih lanjut pada jamu adem panas. Fase pertama merupakan proses ekstraksi dengan metode maserasi kinetik yang memiliki tujuan untuk memperoleh kondisi operasi ekstraksi jamu adem panas terbaik. Fase kedua adalah pengujian in silico yang terdiri dari pengujian molecular docking, dan pemodelan reaksi enzimatik sebagai fase ketiga untuk meninjau aktivitas inhibisi antara komponen bioaktif jamu adem panas (Ethyl-p-methoxycinnamate (EPMC), Eucalyptol, a-Pinene, dan Eugenol) dengan protein yang berperan dalam peradangan akibat infeksi seperti IL-1β, iNOS, dan COX-2. Pengujian kondisi operasi ekstraksi menunjukkan konsentrasi fitokimia tertinggi dihasilkan pada suhu 50oC dengan pelarut etanol 96% selama 45 menit. Berdasarkan tahapan penelitian molecular docking dengan menggunakan program Molecular Operating Environment (MOE), didapatkan hasil berupa bukti interaksi inhibisi zat aktif jamu adem panas dan obat standar (Ibuprofen) terhadap protein berupa energi ikatan bebas dan konstanta inhibisi. Pada pemodelan reaksi enzimatik, didapatkan bahwa setiap dosis memiliki kemampuan inhibisi yang baik, bahkan dosis optimal ditetapkan pada dosis terendah yaitu 2400 mg ekstrak, karena mampu menghambat aktivitas protein yang berperan dalam infeksi hingga 100%. Dari penelitian ini dapat disimpulkan bahwa gejala ISPA dapat diatasi hanya dengan obat antiinflamasi alternatif berupa ramuan sederhana yaitu jamu adem panas.
......Acute Respiratory Infection (ARI) is one of the diseases of the respiratory tract caused by viral and bacterial infections. It is the leading cause of death from infectious diseases in the world. One of the Indonesian herbal medicines that have been empirically proven to reduce the symptoms of ARI is Jamu Adem Panas. This herbal medicine has the main ingredients of kencur (Kaempferia galangal L.) and lengkuas (Alpinia galanga), both of which have bioactive content with various pharmacological effects such as anti-inflammatory, antiviral, antibacterial, antioxidant, analgesic, and anti-pyretic. This research is divided into three research phases for further study on Jamu Adem Panas. The first phase is an extraction process using kinetic maceration method, which aims to obtain the best Jamu Adem Panas extraction operating conditions. The second phase was in silico testing, which consisted of molecular docking testing and modeling of the enzymatic reaction as the third phase to review the inhibitory activity between the bioactive components of Jamu Adem Panas (Ethyl-p-methoxycinnamate (EPMC), Eucalyptol, -Pinene, and Eugenol) with proteins that play a role in inflammation due to infection such as IL-1β, iNOS, and COX-2. The extraction operating conditions test showed that the highest concentration of phytochemicals was produced at a temperature of 50oC with 96% ethanol solvent for 45 minutes. Based on the phase of molecular docking research using Molecular Operating Environment (MOE) program, the results obtained were evidence of the interaction of the active substance of Jamu Adem Panas and standard drug (ibuprofen) on protein in the form of free binding energy and inhibition constants. In the modeling of the enzymatic reaction, it was found that each dose had an excellent inhibitory ability; even the optimal dose was set at the lowest dose of 2400 mg extract because it was able to inhibit the activity of proteins that play a role in infection up to 100%. From this study, it can be concluded that the symptoms of ARI can be overcome only with alternative anti-inflammatory drugs in simple ingredients, namely herbal medicine for hot air."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yenni Bahar
"ABSTRAK
Jerawat merupakan gangguan estetika pada kulit yang umumnya terjadi pada usia remaja
dengan gambaran klinis berupa adanya komedo, papul, pustul, dan nodul. Salah satu tanaman
rimpang yang dapat digunakan sebagai obat jerawat adalah rimpang kencur (Kaempferia
galanga L) karena mempunyai khasiat sebagai anti bakteri dan anti inflamasi. Tujuan
penelitian ini adalah untuk mengetahui aktivitas antibakteri ektrak rimpang kencur terhadap
bakteri P.acne, mengetahui kestabilan fisik sediaan gel ektrak rimpang kencur, keamanannya,
dan manfaatnya sebagai gel anti jerawat derajat ringan dan sedang. Ekstraksi yang digunakan
dengan cara maserasi menggunakan etanol 96%. Uji aktifitas anti bakteri diamati pada
konsentrasi 0,75; 1,25; 1,75; 2,25%. Konsentrasi 0,75% mempunyai diameter zona hambat
11,5 mm pada media Brucella. Berdasarkan uji kestabilan fisik gel ekstrak rimpang kencur
mempunyai stabilitas fisik yang baik pada akhir penelitian, pH mengalami sedikit
penurunan,uji viskositas dan konsistensi tidak banyak mengalami perubahan, dan uji
keamanan pada 12 orang tidak mengalami alergi dan iritasi. Uji manfaat dilakukan pada 60
orang berjerawat ringan dan sedang dengan jenis lesi; komedo, papul, pustul, nodul.
Perlakuan terhadap 30 orang yang diberi gel ekstrak etanol rimpang kencur dan gel
klindamisin 1,2% diberikan pada 30 orang sebagai kontrol positip. Setelah dievaluasi selama
3 minggu, gel ekstrak etanol rimpang kencur memberikan perbaikan signifikan (p<0,01)
pada jerawat derajat ringan dan sedang.

ABSTRACT
Acne is a skin disorder that generally aesthetic occurs in adolescence with clinical
features such as the presence of comedones, papules, pustules, and nodules. One
of the rhizomes of plants that can be used as an acne medication is kencur
rhizome (Kaempferia galanga.L) because it has peculiar properties as an anti
bacterial and anti inflammatory. The purpose of this study was to know about the
anti bacterial activity of kencur rhizome extract the P acne bacteria,knowing the
physical stability from the preparation of kencur rhizome extract gel,safety,and
benefits as an anti acne gel in mild and moderate level. Extraction was maceration
using 96% ethanol.Antibacterial activity test performed at concentrations 0,75;
1,25; 1,75; 2,25%. Concentration of 0,75% has 11,5 mm in the inhibition zone of
Brucella media. Based on the physical stability test, kencur rhizome extract gel
has good physical stability at the end of the study. The level of pH as a slight
decrease,viscosity and consistency test has not the changed much of the gel safety
testing in 12 peoples do not showed allergies and irritation. The benefit test
conducted on 60 people with mild and moderate acne lesion types of comedones,
papules, pustules, nodules. The gel contain 0,75% extract of rhizome kencur and
1,2% clindamycin gel was applied in each 30 peoples who severe acne at face
showed, after 3 week evaluation the result showed that extract of rhizome kencur
provide a significan improvement (p<0,01) in mild and moderate acne."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2014
T39270
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Naufal Purbo Kumoro
"Jamu Adem Panas merupakan sediaan jamu cair yang memiliki beragam beragam efek farmakologis seperti antiinflamasi, antivirus, antibakteri, antioksidan, analgesik, dan anti-piretik yang telah terbukti secara empiris dapat mengatasi gejala Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA). Penelitian ini terbagi menjadi 3 tahap penelitian pengkajian lebih lanjut pada jamu adem panas. Tahap pertama merupakan proses ekstraksi dengan metode maserasi kinetik dengan tujuan untuk memperoleh kondisi suhu operasi ekstraksi jamu adem panas terbaik. Tahap kedua adalah pengujian parameter fitokimia pada Jamu Adem Panas dengan menggunak metode kromatografi cair – spektrometri massa (LC-MS) dan kandungan fenolik total. Tahap ketiga melakukan pendugaan umur simpan menggunakan persamaan Arrhenius dengan parameter organoleptik, kandungan fenol dan Angka Lempeng Total (ALT) dengan variasi pengawet dan stabilisator. Dari penelitian ini didapatkan kondisi suhu operasi ekstraksi terbaik pada suhu 60 oC. Selanjutnya, pendugaan umur simpan dilakukan berdasarkan parameter kritis degradasi senyawa fenolik didapat umur simpan jamu terlama adalah 39 hari, pada jamu dengan penambahan Natrium Benzoat dan CMC pada suhu penyimpanan 7 oC. Secara keseluruhan jamu memiliki deggradasi penurunan suhu paling lambat pada suhu 7oC dan dengan penambahan Natrium bezoat dan CMC.
......Jamu Adem Panas is a liquid herbal preparation that has various pharmacological effects such as anti-inflammatory, antiviral, antibacterial, antioxidant, analgesic and antipyretic which has been empirically proven to be able to treat symptoms of Acute Respiratory Infection (ARI). This research is divided into 3 research stages for further study on cool herbal medicine. The first stage is an extraction process using the kinetic maceration method with the aim of obtaining the best operating temperature conditions for the extraction of Jamu Adem Panas. The second stage is testing the phytochemical parameters of Jamu Adem Panas using the liquid chromatography – mass spectrometry (LC-MS) method and total phenolic content. The third stage was to estimate the shelf life using the Arrhenius equation with organoleptic parameters, phenol content and Total Plate Count (TPC) with a variety of preservatives and stabilizers. From this study, the best extraction operating temperature conditions were obtained at 60 oC. Next, the estimation of shelf life was carried out based on the critical parameter of degradation of phenolic compounds, the longest shelf life of herbal medicine was 39 days, in herbal medicine with the addition of Sodium Benzoat and CMC at a storage temperature of 7 oC. Adem Panas with the addition of CMC and Natirum Benzoat at a storage temperature of 7 oC is the best variation and with the slowest quality degradation."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yustisia Bandanira
"ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian laboratorium untuk mengetahui perbedaan
antara pengaruh pencekokan perasan dan infus rimpang kencur terhadap
tingkah laku nyeri mencit galur Swiss. Pencekokan dilakukan terhadap 35
ekor mencit yang terbagi dalam 7 kelompok perlakuan yaitu kelompok mencit
yaitu kelompok kontrol; kelompok yang dicekok dengan perasan rimpang
kencur 5%, 10%, dan 15% serta kelompok yang dicekok infus rimpang kencur
5%, 10%, dan 15%. Pengujian dilakukan dengan metode geliat (writhing
test), yaitu menghitung jumlah geliat akibat rasa nyeri yang dibangkitkan
dengan asam asetat 3%. Asam asetat 3% disuntikkan secara intraperitoneal
30 menit setelah pencekokan perasan dan infus rimpang kencur.
Pengamatan jumlah geliat dilakukan tiap 5 menit selama 30 menit setelah
penyuntikan asam asetat 3%. Penurunan jumlah geliat terjadi pada menit ke-
10 setelah penyuntikkan asam asetat 3%. Penilaian pengaruh pereda nyeri
dilakukan pada menit ke-10 setelah penyuntikkan asam asetat 3%. Hasil uji
ANAVA (α=0,01) menunjukkan adanya perbedaan sangat nyata antara ke-7
kelompok perlakuan. Hasil uji Tukey (α=0,05) menunjukkan bahwa perasan
dan infus rimpang kencur masing-masing dengan dosis 5%, 10%, dan 15%
dapat menurunkan jumlah geliat mencit. Hasil uji tersebut (α=0,05) juga
menunjukkan bahwa rimpang kencur dosis 5%, 10%, dan 15% tidak berbeda
nyata dalam menurunkan jumlah geliat mencit, baik yang diberikan dalam bentuk perasan maupun infus. Selain itu, hasil uji Tukey (α= 0,05) juga
menunjukkan bahwa baik perasan maupun infus rimpang kencur
memberikan pengaruh yang sama dalam meredakan nyeri."
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1999
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chavella Avatara
"ABSTRAK
Secara in vitro tanaman kencur, temulawak, dan asam jawa terbukti mempunyai aktivitas sebagai antitrombotik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis khasiat dan tingkat efektivitas antitrombosis dari ketiga ekstrak secara in vivo. Dua kelompok uji yaitu waktu perdarahan dan angka harapan hidup terdiri dari kontrol normal CMC , positif Aspirin , ekstrak kencur dosis 1 sampai 3, ekstrak temulawak dosis 1 sampai 3, ekstrak asam jawa dosis 1 sampai 3, dan kontrol negatif CMC, khusus uji angka harapan hidup . Tiap uji diberi perlakuan oral selama 7 hari. Pada uji waktu perdarahan, dilakukan pengamatan waktu perdarahan setelah ekor mencit dipotong. Sementara uji angka harapan hidup, dilakukan induksi kolagen-epinefirn secara intravena dilanjutkan dengan perhitungan angka harapan hidup. Hasil statistik menunjukkan adanya peningkatan waktu perdarahan secara signifikan p < 0,05 pada tiap ekstrak terhadap kontrol normal. Peningkatan angka harapan hidup juga terjadi pada tiap ekstrak dosis 1 sampai 3 terhadap kontrol negatif. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa ekstrak kencur, temulawak, dan asam jawa berpotensi sebagai antitrombotik dengan khasiat paling besar terdapat pada dosis 28 mg/20 gram BB untuk ekstrak kencur dan ekstrak temulawak, serta dosis 56 mg/20 gram BB untuk ekstrak asam jawa.

ABSTRACT
Kencur, temulawak, and tamarind have proven by in vitro to have antithrombotic activity. This study aims to analyze the efficacy and effectivity of antithrombosis of the three extracts by in vivo. Two groups of test, bleeding time and survival rate consisted of normal control CMC , positive Aspirin , kencur extract dose 1 to 3, temulawak extract dose 1 to 3, tamarind extract dose 1 to 3, and negative control CMC, especially survival rate test . Each test was given oral treatment for 7 days. Bleeding time was observated after tail of mice cut. While survival rate test, intravenous collagen epinefirn induction was performed followed by survival rate calculation. Statistical results showed an increase in bleeding time significantly p 0.05 in each extract to normal control. An increase in survival rate also occurs in each 1 to 3 dose extract on negative control. Based on these results, it was concluded that kencur, temulawak, and tamarind extract potency as antithrombotic with the greatest efficacy found at dose 28 mg 20 gram BB for kencur and temulawak extract, and dose 56 mg 20 gram BB for tamarind extract."
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunda Amalia
"Plastik yang terbuat dari bahan-bahan petrokimia sulit diuraikan oleh mikroba dan pada akhirnya terjadi penumpukan dan pencemaran lingkungan. Oleh karena itu dibutuhkan pengembangan plastik biodegradable yang mudah diuraikan. Kitosan merupakan salah satu polimer alami yang mempunyai kemampuan sebagai agen antimikroba. Dengan penambahan bahan lain seperti nanoselulosa dan agen antimikroba lain diharapkan dapat menyempurnakan sifatsifat dari kitosan tersebut. Dalam penelitian ini telah berhasil dibuat plastik film dari bahan kitosan dan nanofibril selulosa dari serat daun nanas dengan penambahan minyak kencur sebagai agen antimikroba. Nanofibril selulosa (NFS) yang digunakan dalam penelitian ini diisolasi dari serat daun nanas dengan perlakuan kimia dan mekanik menggunakan alat Ultra Fine Grinding. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari pengaruh penambahan NFS terhadap sifat mekanik, laju transmisi uap air, sifat optik dan thermal serta efek penambahan minyak kencur terhadap sifat antimikroba dari film komposit. Pengamatan TEM terhadap nanofibril selulosa (NFS) menunjukkan ukuran diameter fibril sekitar 20 nm. Penambahan NFS meningkatkan nilai kuat tarik, meningkatkan kristalinitas dan menurunkan nilai laju transmisi uap air dari film komposit kitosan. Selain itu juga dilakukan analisa XRD, UV-Vis, TGA, SEM dan FTIR terhadap film komposit. Selanjutnya dilakukan uji aktivitas antimikroba terhadap film komposit yang telah ditambahkan minyak kencur. Dari pengujian tersebut dihasilkan daya inhibisi pada bakteri E. coli dan S. aureus tersebut meningkat dengan penambahan minyak kencur ke dalam film komposit.

Plastics made from petrochemiccal materials are difficult to degraded by microbes and ultimately build up and pollute in the environment. Therefore, we need to developed a biodegradable plastic which is easy to degradate by nature. Chitosan is one of the natural polymer that has the ability as an antimicrobial agent. The addition other material such as nanoselulose and other antimicrobial agents, it is hoped that it can improved the properties of chitosan film. In this research, we have successfully made film plastic from chitosan and nanofibril cellulose material from pineapple leaf fibers with the addition of Kamepferian Galanga L essensial oil as an antimicrobial agent. Nanofibril cellulose (NFS) used in this study was isolated from pineapple fiber with chemical and mechanical treatments using Ultra Fine Gridning tool. This research is to study the effect of NFS addition to mechanical, optical, water vapour transmission rate, thermal properties and also the effect of Kamepferian Galanga L essensial oil to antimicrobial properties of composite film. The TEM observation of cellulosic nanofibrils (NFS) shows fibril diameter is around 20 nm. The addition of NFS increases the tensile strength, crystallinity and water vapor transmission rate of the chitosan composite film. In addition analysis of XRD, TGA, SEM and FTIR of composite films were also performed. Furthermore, the antimicrobial activity has been conduct the composite film with the addition of Kamepferian Galanga L essensial oil. From the test the inhibitory zone of E. coli and S. aureus bacteria is increased by adding Kamepferian Galanga L essensial oil into composite film."
Depok: Universitas Indonesia, 2017
T48888
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Chavella Avatara
"ABSTRAK
Secara in vitro tanaman kencur, temulawak, dan asam jawa terbukti mempunyai aktivitas sebagai antitrombotik. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis khasiat dan tingkat efektivitas antitrombosis dari ketiga ekstrak secara in vivo. Dua kelompok uji yaitu waktu perdarahan dan angka harapan hidup terdiri dari kontrol normal CMC , positif Aspirin , ekstrak kencur dosis 1 sampai 3, ekstrak temulawak dosis 1 sampai 3, ekstrak asam jawa dosis 1 sampai 3, dan kontrol negatif CMC, khusus uji angka harapan hidup . Tiap uji diberi perlakuan oral selama 7 hari. Pada uji waktu perdarahan, dilakukan pengamatan waktu perdarahan setelah ekor mencit dipotong. Sementara uji angka harapan hidup, dilakukan induksi kolagen-epinefirn secara intravena dilanjutkan dengan perhitungan angka harapan hidup. Hasil statistik menunjukkan adanya peningkatan waktu perdarahan secara signifikan p < 0,05 pada tiap ekstrak terhadap kontrol normal. Peningkatan angka harapan hidup juga terjadi pada tiap ekstrak dosis 1 sampai 3 terhadap kontrol negatif. Berdasarkan hasil tersebut disimpulkan bahwa ekstrak kencur, temulawak, dan asam jawa berpotensi sebagai antitrombotik dengan khasiat paling besar terdapat pada dosis 28 mg/20 gram BB untuk ekstrak kencur dan ekstrak temulawak, serta dosis 56 mg/20 gram BB untuk ekstrak asam jawa.

ABSTRACT
Kencur, temulawak, and tamarind have proven by in vitro to have antithrombotic activity. This study aims to analyze the efficacy and effectivity of antithrombosis of the three extracts by in vivo. Two groups of test, bleeding time and survival rate consisted of normal control CMC , positive Aspirin , kencur extract dose 1 to 3, temulawak extract dose 1 to 3, tamarind extract dose 1 to 3, and negative control CMC, especially survival rate test . Each test was given oral treatment for 7 days. Bleeding time was observated after tail of mice cut. While survival rate test, intravenous collagen epinefirn induction was performed followed by survival rate calculation. Statistical results showed an increase in bleeding time significantly p 0.05 in each extract to normal control. An increase in survival rate also occurs in each 1 to 3 dose extract on negative control. Based on these results, it was concluded that kencur, temulawak, and tamarind extract potency as antithrombotic with the greatest efficacy found at dose 28 mg 20 gram BB for kencur and temulawak extract, and dose 56 mg 20 gram BB for tamarind extract."
2017
S68518
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cynthya Esra Wihelmina
"Minyak kencur mengandung senyawa etil p-metoksisinamat yang memiliki kemiripan struktur dengan senyawa UV filter organik. Minyak kencur diformulasikan menjadi nanoemulsi dengan konsentrasi berbeda, yaitu 5%, 11,14%, 15,08%, 18,61%, dan dibuat juga nanoemulsi mengandung oktil metoksisinamat 7% sebagai pembanding. Penelitian ini bertujuan untuk membuat nanoemulsi yang jernih, menguji stabilitas fisiknya, dan menentukan nilai SPF dari nanoemulsi tersebut. Uji stabilitas fisik dilakukan dengan penyimpanan pada suhu kamar (28±2°C), suhu tinggi (40±2°C), suhu rendah (5°C), uji cycling test, dan uji sentrifugasi. Parameter yang diamati adalah organoleptis, pH, viskositas, dan tegangan permukaan. Efektivitas nanoemulsi ditentukan melalui perhitungan nilai SPF (Sun Protection Factor) secara in vitro menggunakan spektrofotometer UVVis. Dari hasil pembuatan diperoleh nanoemulsi mengandung minyak kencur yang jernih, tidak terjadi pemisahan fase, dan homogen secara fisik. Hasil uji stabilitas fisik menunjukkan kelima nanoemulsi stabil pada penyimpanan suhu kamar dan suhu rendah. Nilai SPF menunjukkan bahwa nanoemulsi minyak kencur memenuhi persyaratan sebagai tabir surya dengan memberikan nilai SPF sebesar 3-24.
......The volatile oil of Kaempferia galanga L. contains ethyl p-methoxycinnamate which has structural similarity with organic UV filter compound. The volatile oil is formulated into nanoemulsions in various concentrations, which are 5%, 11.14%, 15.08%, 18.61%, and nanoemulsion which contains 7% of octyl methoxycinnamate was also made as comparison. This research was designed to create the clear nanoemulsions, examine their physical stability, and determine the SPF value from the nanoemulsions. Physical stability test was conducted by store at room temperature (28±2°C), high temperature (40±2°C), low temperature (5°C), cycling test, and centrifugation test. Parameters that being observed are organoleptic, pH, viscosity, and surface tension. The effectiveness of nanoemulsions were determined through Sun Protection Factor (SPF) value which in vitro using UV-Vis spectrophotometer. From the manufacture result obtained the clear nanoemulsions which do not occur phase separation and physically homogeneous. Physical stability test results showed that nanoemulsions are stable at room temperature and low temperature storage. The SPF value showed that the nanoemulsions meet the terms as sunscreen by giving 3-24 as SPF value."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2011
S116
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library