Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 55 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Arinil Haq
Abstrak :
ABSTRAK
Tuberkulosis adalah penyakit yang menjadi salah satu perhatian global. Berbagai faktor dapat meningkatkan kejadian TB dan mempermudah penularan, salah satunya adalah faktor lingkungan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara ketinggian wilayah, kepadatan penduduk, dan rumah sehat dengan proporsi TB paru BTA positif di Kota Pariaman, Bukittinggi, dan Dumai tahun 2010-2016. Penelitian ini merupakan studi ekologi. Data kasus TB Paru BTA positif yang tercatat di Dinas Kesehatan Kota Pariaman, Bukittinggi, dan Dumai diolah secara agregat pada setiap kecamatan di wilayah Kota Pariaman, Bukittinggi, dan Dumai tahun 2010 sampai 2016. Sumber data pada penelitian ini adalah data sekunder yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota; Badan Pusat Statistik; serta Badan Informasi Geospasial. Data dianalisis dengan uji statistik dan analisis spasial. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat korelasi antara ketinggian wilayah dengan proporsi TB paru BTA positif di Kota Bukittinggi dengan kekuatan hubungan yang kuat dan berpola negatif. Terdapat korelasi antara ketinggian wilayah dengan proporsi kasus TB paru BTA positif di Kota Pariaman, Bukittinggi dan Dumai ketika di analisis secara bersamaan. Tidak terdapat korelasi antara kepadatan penduduk dan rumah sehat dengan proporsi TB paru BTA positif di Kota Pariaman, Bukittinggi, dan Dumai tahun 2010-2016. Perlu adanya penyesuaian prioritas program yang ada sesuai dengan kondisi wilayah kota masing-masing berdasarkan ketinggian.
ABSTRACT
Tuberculosis is a disease that has become one of the global concerns. Various factors can increase the incidence of TB and facilitate transmission, one of which is environmental factors. This study aimed to determine the correlation between altitude, population density, and healthy homes with the proportion of smear positive pulmonary TB in Pariaman, Bukittinggi and Dumai in 2010 2016. This study is an ecological study. The data of smear positive pulmonary TB cases recorded in Public Health Office were processed in aggregate at each sub district in Pariaman, Bukittinggi and Dumai areas in 2010 until 2016. Data source in this research is secondary data obtained from Public Health Office Central Bureau of Statistics as well as the Geospatial Information Agency. Data were analyzed by statistical test and spatial analysis. The results of this study indicate that there is a correlation between altitude with the proportion of smear positive pulmonary TB in Bukittinggi with the strength of a strong relationship and a negative pattern. There is a correlation between altitude with the proportion of smear positive pulmonary TB in Pariaman, Bukittinggi and Dumai. There is no correlation between population density and healthy homes with proportion of smear positive pulmonary TB in Pariaman, Bukittinggi and Dumai in 2010 2016. It is necessary to adjust the priority of existing programs in accordance with the conditions of each city areabased on altitude.
Depok: 2018
T50109
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nanda Mardas Saputra
Abstrak :
Latar Belakang: Salah satu aspek dalam fungsi fisiologis manusia yang berperan penting dalam penerbangan adalah fungsi visuospasial. Fungsi visuospasial merupakan kemampuan persepsi visual tingkat tinggi yang dibutuhkan untuk identifikasi, integrasi informasi, menganalisa bentuk visual dan spasial, detail, struktur, dan hubungan spasial antara bentuk dua dengan tiga dimensi. Paparan hipoksia merupakan hazard spesifik yang terdapat dalam dunia penerbangan dan dampaknya terhadap fungsi visuospasial dapat meningkatkan risiko terjadinya kecelakaan dalam penerbangan. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui perubahan fungsi visuospasial terhadap paparan hipoksia di zona ketinggian yang berbeda. Metode: Penelitian ini menggunakan uji eksprimen one-group pretest-postest. Subjek penelitian adalah awak terbang militer yang mengikuti Indoktrinasi Latihan Aerofisiologi (ILA) di Lakespra Saryanto, Jakarta. Subjek mengerjakan tes Clock Drawing Test (CDT) pada ground level, physiological efficient zone (10.000 ft) dan physiological deficient zone (25.000 ft.) di dalam hypobaric chamber. Hasil: Terdapat peningkatan angka kejadian gangguan fungsi visuospasial di 10.000 kaki dibandingkan dengan ground level (McNmear = 0.031), 10.000 kaki dengan 25.000 kaki (McNemar = 0.0001) dan ground level dengan 25.000 kaki (McNemar = 0.0001). Kesimpulan: terdapat peningkatan angka kejadian gangguan fungsi visuospasial yang signifikan antara ketinggian ground level, 10.000 kaki dan 25.000 kaki. ......Background: One of many aspects of human physiological function that has an important role in aviation is visuospatial function. Visuospatial function is a high-level visual perception that is required for identification, information integration, analyzing visual and spatial form, detail, structure and spatial relation between two-dimensional and three-dimensional form. Hypoxia exposure is considered to be a specific hazard in the aviation environment and its impact against visuospatial function can potentially increase the risk of aviation-related accident. The purpose of this study was to investigate changes in visuospatial function on hypoxia exposure in different altitude zones. Metode: This study used an experimental one-group pretest-posttest design. The subjects were 42 military aircrews who participated in Indoctrination and Aerophysiology Training. Subjects completed The Clock Drawing Test (CDT) at ground level, physiological efficient zone (10.000 ft) and physiological deficient zone (25.000 ft) in a hypobaric chamber. Hasil: There was an increase of the number of impaired visuospatial function at 10.000 ft compared to ground level (McNemar = 0.031), 10.000 to 25.000 ft (McNemar = 0.0001) and ground level to 25.000 ft (McNemar = 0.0001). Kesimpulan: There was a significant change in the number of impaired visuospatial function between ground level, 10.000 ft, and 25.000 ft.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2019
T58912
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Referensi tentang ketinggian sensor optimum pada pengukuran geomagnet untuk memperleh hasil pengukuran yang lebih akurat dengan noise yang rendah masih sangat terbatas....
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Abstrak :
Teknologi pertanian dikembangkan manusia sebagai tanggapan aktif dalam menghadapi keterbatasan pada kondisi fisik lingkungan. Salah satu wujud teknologi dalam bidang pertanian adalah penggunaan alat pertanian tradisional berupa cangkul. Cangkul merupakan alat pertanian tradisional yang umum digunakan oleh petani karena sifatnya yang serbaguna. Kabupaten Kuningan memiliki corak budaya agraris dimana terdapat wilayah pertanian yang luas dan dijumpai jenis cangkul yang beraneka-ragam, serta ciri fisik lingkungan yang beragam dilihat dari unsur lereng, ketinggian dan penggunaan tanahnya. Penelitian ini bertujuan untuk melihat keterkaitan keberagaman jenis cangkul yang digunakan pada lahan pertanian dengan fisik lingkungan yang berbeda. Dengan menggunakan metode survey yang mencakup wawancara terhadap petani pengguna cangkul, pengamatan ciri fisik dan pengukuran unsur–unsur pembentuk cangkul (panjang gagang, sudut dan daun cangkul) di tiap area yang dibentuk oleh lereng, ketinggian dan penggunaan tanah, dengan menggunakan analisa deskriptif, terungkap bahwa di sebelah Barat dan Selatan Kabupaten Kuningan yang merupakan daerah pegunungan berlereng terjal, dijumpai cangkul bergagang panjang dan daun besar, pada tegalan sudut cangkulnya lancip, pada sawah sudut cangkulnya tumpul. Di bagian Timur yang merupakan dataran rendah berupa sawah dengan lereng landai dijumpai cangkul dengan gagang pendek dan sudut tumpul serta daun sedang, di bagian Tengah dan Utara yang merupakan daerah persawahan pada perbukitan dengan lereng sedang, dijumpai cangkul dengan panjang gagang sedang, sudut cangkul sedang dan daun cangkul yang tidak terlalu besar.
Universitas Indonesia, 2006
S33943
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Cut Alisha Shabrina Zagloel
Abstrak :
ABSTRAK
Meningkatnya pembangunan secara vertikal membuat banyak ruang aktivitas manusia terletak pada ketinggian. Namun, kenyataannya tidak semua manusia merasa nyaman berada jauh diatas permukaan bumi. Rasa takut akan ketinggian disebut dengan acrophobia, yang menurut para ahli merupakan hasil dari persepsi manusia. Terdapat dua faktor dalam pembentukkan persepsi, faktor intangible yang mengacu pada pengalaman dan memori, dan faktor tangible yang merujuk pada lingkungan fisik. Melalui studi kasus, keterkaitan antara dua faktor ini dikaji untuk melihat dan mencari peluang bagi arsitektur dalam perannya pada proses persepsi manusia. Skripsi ini menggunakan teori Müller-Lyer sebagai pendekatan arsitektur dalam mengkaji fenomena ketinggian yang memengaruhi pengelihatan manusia, serta terapannya pada perspektif sebagai cara manusia melihat ruang. Pada akhir skripsi ini, disimpulkan bahwa konfigurasi garis dan bidang dapat menciptakan ilusi volume dan kedalaman ruang sehingga dapat membelokkan fokus pada manusia sebagai pengamat.
ABSTRACT
The increasing development with vertical orientation evokes immense amount of space for human activities in high altitude. However, not everyone is comfortable being far above the earth's surface. Acrophobia is an extreme or irrational fear of height, which experts say that it is the projection of human?s perception. There are two factors associated in perceptual process, those being intangible factors which refers to one?s past experiences and memories, and tangible factors which refers to the physical environment. Through case studies, the relation between these two factors assessed to see and explore the opportunities for architecture, to play its role in the process of human perception. By using Müller-Lyer theory as an architectural approach, this undergraduate-thesis will explore the phenomenon of high altitude and how it affects human?s vision, as well as its application in perspective as human?s way to see space. At the end of this thesis, it was concluded that the configurations of lines and planes can create illusion of volume and depth of space thus deflecting focus for human as the observer.
2016
S64751
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Adnin Widya Rosiyanti
Abstrak :
ABSTRAK
Kabupaten Bogor mendapat peringkat sepuluh tertinggi Indeks Pariwisata Indonesia oleh Kementerian Pariwisata Indonesia 2016. Kabupaten Bogor memiliki banyak potensi wisata alam, budaya, dan buatan sehingga jumlah destinasi wisata bertambah.Tujuan penelitian ini untuk menganalisis perkembangan objek wisata dan faktor yang berhubungan signifikan dengan perkembangan objek wisata di Kabupaten Bogor tahun 1990-2016. Variabel yang digunakan yaitu objek wisata, ketinggian wilayah, kemiringan lereng, faktor aksesibilitas jenis moda transportasi, jenis jaringan jalan, dan jarak objek wisata dari pusat kota . Metode analisis yang digunakan adalah analisis spasial, deskriptif, dan statistik Chi-Square . Hasil penelitian menunjukkan bahwa perkembangan objek wisata Kabupaten Bogor setiap periodenya meningkat seiring dengan rata-rata pertumbuhan jumlah penduduk per-periodenya, serta didominasi jenis objek wisata alam. Perkembangan objek wisata terbanyak terjadi di Zona Bogor Tengah dengan ketinggian 100-500 mdpl, kemiringan lereng 0-8 , berada di jalan lokal, dapat dijangkau kendaraan roda empat, dan berjarak dekat dari pusat Kota Bogor. Berdasarkan hasil uji statistik bahwa ada hubungan signifikan antara perkembangan objek wisata tersebut dengan faktor aksesibilitas berupa jenis jaringan jalan dan jenis moda transportasi.
ABSTRACT
Bogor Regency has gained top ten ranked Indonesia Tourism Index by the Ministry of Tourism Indonesia 2016. Bogor Regency has a lot of potential for tourism nature, culture, and man made so that it causing an increase the number of tourist destinations. The purpose of this research is to analyze the development of tourism objects and factors that are significantly related to the development of tourist attraction in Bogor Regency in 1990 2016. Variables that used are tourism object, elevation region, slope, accessibility factors types of modes of transportation, type of road networks and the distance from tourist attraction to the center of city . The analytical method that used are the spatial analysis, descriptive, and statistics Chi Square . The results showed that the development of tourist attraction of Bogor Regency each period increases with the average population growth in every periods, which is dominated by types of natural attraction. The most development of tourist attraction occured in Zona Central Bogor with 100 500 meters above sea level, slope 0 8 , located on the local roads, can be reach by four wheeled vehicles, and close to the center of Bogor. Based on the statistical test, there are significant connection between the development of a tourist attraction with accessibility factors such as the type of road networks and types of transportation modes.
2017
S67373
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Moudy Ramadhiyanti Putri
Abstrak :
Tanaman padi adalah tanaman pangan bagi kebanyakan orang Indonesia. Berdasarkan data BPS Provinsi Jawa Barat pada tahun 2018, Kabupaten Bogor adalah salah satu daerah dengan produksi beras yang cukup rendah. Pada 2015 produksi beras turun 26.307 ton dari 2014. Ada kebutuhan untuk upaya meningkatkan ketahanan pangan dengan melihat perkiraan produktivitas beras di Kabupaten Bogor, tepatnya di Kabupaten Cariu dan Tanjungsari sebagai lumbung beras utama. Untuk mendapatkan hasil yang akurat, metode penginderaan jauh dapat digunakan. Penggunaan citra Sentinel-2A yang memiliki resolusi spasial 10 meter dapat diterapkan untuk melihat fase penanaman padi berdasarkan usia tanam. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis studi spasial produktivitas padi menggunakan citra Sentinel-2A disertai dengan metode NDVI (Normalize Difference Vegetation Index) untuk menentukan usia beras dari awal tanam hingga akhir panen dan dapat memperkirakan produktivitas padi. Hasil penelitian menunjukkan bahwa estimasi produktivitas padi pada ketinggian kurang dari 100 mdpl memiliki nilai 5,52 ton/ha, sedangkan pada ketinggian optimal 100-500 mdpl nilai produktivitas beras meningkat menjadi 6,31 ton/ha, dan kembali menurun pada ketinggian lebih dari 500 meter di atas permukaan laut yaitu 5,34 ton/ha.
Rice plants are a food crop for most Indonesian people. Based on BPS West Java Province data in 2018, Bogor Regency is one of the regions with quite low rice production. In 2015 rice production decreased by 26,307 tons from 2014. There is a need for efforts to improve food security by looking at estimates of rice productivity in Bogor Regency, precisely in the Districts of Cariu and Tanjungsari as the main rice barns. To get accurate results, remote sensing methods can be used. The use of Sentinel-2A imagery which has a spatial resolution of 10 meters can be applied to see the rice planting phase based on planting age. This study aims to analyze the spatial study of rice productivity using Sentinel-2A imagery accompanied by the NDVI (Normalize Difference Vegetation Index) method to determine the age of rice from the beginning of planting to the end of harvest and can estimate rice productivity. The results showed that the estimated productivity of rice at an altitude of less than 100 masl has a value of 5.52 tons/ha, while at the optimum height of 100-500 masl the value of rice productivity increased to 6.31 tons/ha, and again decreased at an altitude of more of 500 meters above sea level which is 5.34 tons/ha.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2019
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Faris Fadhil
Abstrak :
Tekstur tanah merupakan sifat fisik tanah yang penting, karena mengatur sebagian besar proses fisik, kimia, biologi, dan hidrologi di tanah. Informasi mengenai tekstur tanah sangat penting untuk pengelolaan tanaman dan lahan yang tepat. Penelitian ini bertujuan untuk memetakan persebaran spasial tekstur tanah menggunakan metode Kriging, serta menganalisis pengaruh lereng, ketinggian, dan penggunaan lahan terhadap tekstur tanah. Hasil penelitian menunjukkan persebaran tekstur tanah di daerah penelitian didominasi oleh tekstur liat, lempung, dan lempung berpasir. Ketinggian dan lereng diketahui memiliki korelasi yang cukup kuat terhadap fraksi pasir dan debu dengan korelasi yang positif, sedangkan fraksi liat menunjukkan korelasi negatif. Persebaran fraksi pasir dan debu cenderung semakin tinggi ke arah Selatan, sedangkan fraksi liat ke arah Utara. Validasi menggunakan nilai RMSE menunjukkan nilai RMSE masing-masing fraksi pasir, debu, dan liat menggunakan metode Kriging yaitu 0,33, 0,17, dan 0,37.
Soil texture is an important soil physical property, because it regulates most physical, chemical, biological, and hydrological processes in the soil. Information about soil texture is very important for proper management of plants and land. This study aims to map the spatial distribution of soil textures using the Kriging methods, and analyze the effect of slope, elevation, and land use on the soil texture. The results showed the distribution of soil texture in the study area was dominated by the texture of clay, loam, and sandy loam. The elevation and slope have a strong correlation with the sand and silt fraction with a positive correlation whereas, the clay fraction shows a negative correlation. The distribution of sand and silt fraction tends to be higher to the south, while the clay fraction to the north. Accuracy using RMSE values shows the RMSE values of each sand, silt and clay fraction using Kriging method is 0.33, 0.17 and 0.37.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Bunga Ade Oktavia
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai analisis dan implementasi sistem perlindungan pada pekerja yang bekerja di ketinggian sebagai upaya pencegahan kecelakaan kerja di PT. X. Dengan tujuan untuk menjelaskan gambaran implementasi engineering control; administrative controls dan PPE. Penelitian ini menggunakan desain penelitian deskriptif dengan metode pendekatan secara kuantitatif dan kualitatif. Berdasarkan hasil penelitian, diperoleh total persentase tingkat implementasi sistem perlindungan pada pekerja yang bekerja di ketinggian di PT. X yaitu terpenuhi sebesar 88,8%; terpenuhi sebagian sebesar 4,81% dan tidak terpenuhi sebesar 6,39%. Dari hasil yang didapatkan untuk implementasi terpenuhi sebagian yaitu karena guardrail tidak menggunakan toe boards tetapi menggunakan blue net; scaffold belum dilengkapi dengan tujuan penggunaan, beban kerja yang aman dan tanggal inspeksi. Sedangkan untuk implementasi tidak terpenuhi yaitu guardrail yang digunakan ditemukan tidak memiliki bagian yang lengkap setelah pemasangan eskalator. Selain itu, scaffold yang digunakan juga tidak memiliki bagian lengkap karena pekerja merupakan pekerja baru dan belum memiliki pengalaman bekerja di proyek, serta pekerja turun dari scaffold tidak menggunakan tangga yang sudah tersedia. Dengan begitu, tingkat implementasi dari ketiga aspek yaitu engineering controls; administrative controls dan PPE yang ada hingga saat ini dianggap sudah terimplementasi dengan baik. Sehingga diharapkan untuk mampu mencegah kecelakaan kerja bagi pekerja yang bekerja di ketinggian. ......This study discusses the analysis and implementation of protection systems for workers who work at heights as an effort to prevent work accidents at PT. X. With the aim of explaining an overview of the implementation of engineering control; administrative controls and PPE. This study used a descriptive research design with a quantitative and qualitative approach. Based on the research results, the total percentage of the implementation level of the protection system for workers working at heights at PT. X which is fulfilled by 88.8%; partially fulfilled by 4.81% and not fulfilled by 6.39%. The results obtained for the implementation are partially fulfilled, namely because guardrail does not use toe boards but uses a blue net; scaffold has not been provided with intended use, safe workload and inspection date. Whereas the implementation was not fulfilled, namely the guardrail used was found to have no complete parts after installing the escalator. In addition, the scaffold used also does not have complete parts because the workers are new workers and do not have experience working on projects, and workers don't use the stairs that are already available. Thus, the level of implementation of the three aspects, namely engineering controls; administrative controls and PPE that have existed so far are considered to have been properly implemented. So it is expected to be able to prevent work accidents for workers who work at height.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
M Miftachul Munir
Abstrak :

Jakarta International Stadium yang terletak di Sunter Jakarta Utara merupakan Stadion Sepak bola bertaraf International dimana memiliki Struktur Atap dengan bentang 269meter x 244meter yang dilengkapi dengan system buka-tutup. Pada struktur atap dilengkapi dengan kabel prategang yang dipasang pada 4 arah rangka utama, yaitu 2 rangka utama arah memanjang dan 2 rangka utama arah melintang dimana pada masing-masih rangka utama tersebut memakai 4 unit kabel prategang diameter 110mm. Penyaluran gaya prategang ke rangka utama melalui rangka v brace yang disupport cable node pada tiap-tiap v brace. Pada tiap-tiap ujung kabel diangkurkan pada end cable joint.

Pelaksanaan stressing dilakukan di end cable joint urutan rangka melintang dan kemudian rangka memanjang. Sebelum dilakukan stressing kabel, dilakukan lifting pada rangka atap sehingga rangka menjadi benda bebas yang sudah tidak berada di temporary support.

Pada studi ini dibahas komparasi alternative metode pelaksanaan stressing kabel khususnya pada penyediaan akses kerja untuk melaksanakan instalasi dan stressing pada end cable joint. Pada alternative 1 untuk akses tersebut menggunakan manlift sebanyak 4 unit dengan tinggi 28 meter sedangkan pada alternative 2 menggunakan scaffolding dan plat asiba sebagai paltformnya. Dari hasil perhitungan didapatkan bahwa pemakaian scaffolding sebagai akses lebih efisien dibandingkan dengan penggunaan manlift dari segi biaya. Sebagai system pencegahan jatuh pada ketinggian digunakan system pencegahan jatuh perorangan dan sitem pencegahan jatuh kolektif. Pada system pencegahan jatuh perorangan menggunakan yaitu dengan menggunakan full body harness yang terhubung dengan lanyard pada lifeline, sedangkan untuk pencegahan jatuh kolektif menggunakan railing yang dipasang mengelilingi akses pekerja. ......The Jakarta International Stadium, which is located in Sunter, North Jakarta, is an international standard football stadium which has a roof structure with a span of 269 meters x 244 meters which is equipped with an open and close system. The roof structure is equipped with prestressed cables which are installed in 4 main frame directions, namely 2 main frames in the longitudinal direction and 2 main frames in the transverse direction where 4 units of prestressed cables with a diameter of 110mm are used in each of the main frames. Distribution of prestressing force to the main frame through the v-brace frame which is supported by cable nodes in each v-brace. At each end of the cable anchored at the end of the cable joint.

The stressing is carried out at the end of the cable joint in the order of the transverse frame and then the longitudinal frame. Before stressing the cable, lifting is carried out on the roof frame so that the frame becomes a free object that is no longer on the temporary support.

This study discusses a comparison of alternative methods for carrying out cable stressing, especially in providing work access for carrying out installation and stressing at the end of the cable joint. Alternative 1 for this access uses 4 units of manlifts with a height of 28 meters, while alternative 2 uses scaffolding and asiba plates as platforms. From the calculation results, it is found that the use of scaffolding as access is more efficient than the use of manlifts in terms of cost. As a fall prevention system at height, an individual fall prevention system and a collective fall prevention system are used. In the individual fall prevention system, use a full body harness connected to a lanyard on the lifeline, while for collective fall prevention, use a railing that is installed around worker access

Jakarta: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2023
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6   >>