Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Depok: Rajawali Pers, 2017
320.540 MER
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Louis Leahy SJ
Yogyakarta; Jakarta: Kanisius; Gunung Mulia , 1994
113 LOU f
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mulla Sadra
Jakarta: Sadra International Institute, 2011
297.57 MUL m
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Aggi Tjetje
"Tujuan penulisan Pandangan Buddhisme tentang Dimensi Ketuhanan adalah untuk melenyapkan kesalahpahaman terhadap Buddhisme dalam kaitannya dengan masalah Ketuhanan melalui pendekatan fenomenologis dengan cara melakukan penelitian kepustakaan. Buddhisme mengenal adanya Nirvana sebagai Kebijaksanaan Tertinggi yang mempunyai aspek positif dan negatif, tidak berpribadi, bukan merupakan akibat, bukan kematian atau surga, dan bukan alam. Hanya manusia yang dapat mencapai Nirvana. Fokus utama Buddhisme bukanlah Tuhan Pencipta yang transenden terpisah dari manusia dan alam semesta. Tujuan Buddhisme adalah pembebasan dari lingkaran samsara, sehingga tercapai kebahagiaan sejati yang bersifat mutlak sebagai tujuan terakhir. Jalan menuju Nirvana adalah moralitas untuk mendisiplinkan perilaku, mental, dan perasaan. Walaupun dari segi kemutlakan dan transendensinya serta aspek-aspek lain, Nirvana mirip atau analog dengan Tuhan dalam agama-agama lain, namun Buddhisme tidak memandangnya sebagai pribadi yang kepadanya makhluk hidup memanjatkan doa, permohonan dan menggantungkan hidupnya. Buddhisme berbeda dari agama-agama yang ada, dan mengandung dimensi religius yang konsepnya berbeda dengan agama-agama lain yang ada."
Depok: Universitas Indonesia, 1987
S16006
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Zahrida Wiryawan
"Dalam skripsi ini akan dikemukakan paham penyangkalan adanya Tuhan dalam pandangan F.W. Nietzsche. Dalam menguraikan pemikirannya tentang ateisme, Nietzsche bertolak dari realitas masyarakat pada waktu itu, ia melihat keadaan kebudayaan Jerman sudah merosot,.nilai manusia yang hakiki sudah tampak hilang. Nietzsche menyaksikan suatu desintergrasi kehidupan, suatu keruntuhan kebudayaan. Dalam bukunya The Birth Of' Tragedy from The Spirit of Music, nampak kekecewaannya yang mendalam. Melalui agama Kristen, bangsa Yahudi dianggapnya telah memutarbalikkan nilai-nilai manusia. Manusia yang baik adalah manusia yang hidup melarat, menderita dan tidak kuasa. Sedangkan bagi Nietzsche sendiri nilai manusia adalah suatu tindakan yang menonjolkan nilai-nilai biologia seperti kekuatan, keberanian dan keganasan. Situasi kebudayaan Jerman ketika itulah yang mempengaruhi jalan pikiran Nietzsche, dan ia ingin membebaskan manusia dari segala hal yang membuat manusia menjadi lemah dan tidak berdaya, dengan demikian Nietzsche menemukan arti kehidupan manusia. Dalam pandangannya tentang manusia, ia melihat manusia dalam kehidupan yang nyata, eksistensial. Manusia dalam bentuk konkrit adalah badan. Badan mempunyai arti yang penting bagi kehidupan manusia, dan berkat badannya manusia dapat menyempurnakan dirinya. Tetapi manusia bukanlah semata-mata terdiri dari badan saja, tetapi juga mempunyai jiwa, dan jiwa hanya sebuah nama saja dalam badan manusia. Dalam badan manusia terdapat unsur kekuatan, keberanian dan kehendak untuk berkuasa, yang merupakan daya pendorong hidup atau hawa nafsu yang universal yang juga merupakan ukuran tingkah laku manusia. Kehendak untuk berkuasa merupakan kenyataan yang besar tentang dunia ini, dengan dasar kehendak untuk berkuasa ini Nietzsche secara terang-terangan menyangkal adanya Tuhan. Konsep Tuhan yang disangkal adalah konsep Tuhan dalam agama Kristen, kemudian baru konsep Tuhan dalam agama-agama yang lain. Konsep Tuhan bagi Nietzsche berasal dari keterikatan suatu perasaan. Bila manusia tiba-tiba dihadapkan kepada suatu perasaan yang lebih besar dari dirinya maka keamanannya akan terancam, ia was-was akan dirinya dan mengarahkan pandangannya kepada orang yang lebih besar yang ia sebut Tuhan. Agama muncul karena manusia mengalami perpecahan dalam dirinya. Di satu pihak manusia itu lemah, di lain pihak merasa kuat, lalu kuasa dipersonifikasikan menjadi Tuhan. Dalam melancarkan kritik-kritiknya terhadap agama, ia meli-hat kenyataan ketika itu, terutama para pemimpin agama mengajarkan tentang ajarannya. Nietzsche merasa muak kepada para pendeta yang mengajarkan bahwa manusia adalah makhluk yang berdosa. Dan Nietzsche memperingatkan kepada manusia agar waspada terhadap bangunan yang dinamakan dengan gereja. Bagi Nietzsche semua ini adalah palsu, karena agama sering mengatakan bahwa manusia adalah makhluk yang berdosa, manusia yang mau menjalami hidup dalam serba penuh dosa ini, adalah manusia yang tolol, yang tidak berharga. Nietzsche menolak Tuhan dimana dikatakan dalam karyanya The Gay Science, bahwa Tuhan telah mati, dan kitalah yang membunuhnya. Bertalian dengan Kebencian kepada Tuhan, ia juga membenci moral Kristen karena moral tersebut membuat manusia-manusia menjadi budak, dalam agama Kristen memuji mereka yang rendah hati, menyelamatkan yang sakit dan menderita, melindungi yang lemah. Moral budak ini nampak dalam gerakan demokrasi. Pada hakikatnya manusia itu tidak ada yang sama, manusia itu berbeda-beda. Penilaian yang baik dan buruk sudah tidak berlaku dan diganti dengan unggul dan hina. Dalam menerima kematian Tuhan Nietzsche mengharapkan akan datangnya manusia adi (Ubermenrsch), kerena manusia adi inilah yang dapat dan berani mengubah semua nilai. Dalam manusia adi terdapat unsur keberanian, kekuatan, kecerdasan dan kebanggaan. Dengan menerima matinya Tuhan, maka manusia akan menjadi bebas dan manusia dapat menentukan arah tujuan hidupnya bahwa manusia harus mencipta, itulah hakikat manusia. Walaupun Nietzsche menolak Tuhan yang kekal, namun ia mengakui juga adanya kekekalan dalam pengertian siklis. Sehubungan dengan pemikiran ini. ia mengatakan bahwa kebenaran itu tidak ada yang absolut. Secara pribadi Nietzsche menderita atas pikiran-pikiran tentang kematian Tuhan yang terbukti dalam surat-surat dan dalam tulisan-tulisan. misalnya dalam buku Thus Spake Zarathustra dapat dilihat betapa kerinduan itu dapat terbaca, dalam sebuah aphorismenya ia memanggil Tuhan kembali. Jadi apa yang dikemukakan dalam pandangan ateisme Nietzsche bukanlah masalah yang spekulatif, melainkan pengukuhan eksistensi. Dalam pembahasan tentang ateismenya Nietzsche tidak berharap untuk menemukan penyelamatan manusia tetapi hanya dalam prahara, bukan menyarankan surga yang abadi malahan menyarankan pengulangan kembali kesengsaraan manusia."
Depok: Universitas Indonesia, 1987
S16040
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ngakan Putu Putra
"ABSTRAK
"Sekalipun agama Hindu diperkirakan berumur lebih dari 5000 tahun, dan sebagai agama tertua yang tetap hidup, banyak orang tidak mengetahui dengan benar paham ketuhanan yang dianutnya, termasuk orang-orang Hindu sendiri. Sebagian besar orang-orang di luar Hindu menganggap Hindu menganut politheisme. Dalam banyak buku perbandingan agama dikatakan demikian. Orang-orang Hindu, menyatakan bahwa agama Hindu adalah monotheistik. Sikap semacam ini bisa diartikan sebagai upaya orang Hindu untuk menyesuaikan diri dengan kategori-kategori yang dibentuk oleh orang lain. Orang-orang Hindu seperti tunduk di bawah kekuasaan wacana orang lain, dalarn hal ini filsafat Barat dan agama-agama Abrahamik, khususnya Kristen dan Islam. Tetapi bisa juga karena kekeliruan menafsirkan teks-teks di dalam Weda maupun Upanisad yang menyebut Tuhan sebagai ""Yang Esa,"" ""Satu-satunya"", ""Tiada Yang Kedua"" dan sebagainya. ""Para maharesi menyebut banyak nama kepada Yang Satu."" (RigVeda I: 164, 6; 46); ""Dalam kebenaran sejati Yang Satu menjadi seluruh dunia."" (RigVeda VIII: 58, 2-8, vi); ""Dia adalah Satu menyusupi segalanya, tamu manusia"" (AtharvaVeda VII: 21, vi); ""Dia adalah Satu, Satu-satunya, yang hanya Satu. Di dalamnya semua para Dewa menjadi Satu."" (AtharvaVeda XIII: 4, 12- 24). Tetapi `""Yang Satu"" di ini bisa berarti, selain monotheisme, juga pantheisme, parwntheisme atau monisme. Kekeliruan menafsirkan kata ""Yang Esa"" atau ""Yang Satu"" dapat terjadi karena filsafat ketuhanan di dalam agama Hindu, sangat berbeda dengan filsafat Barat. Di dalam Hindu, kategori-kategori seperti politheisme, monotheisme dan sebagainya tidak dikenal. Pemikiran ketuhanan berfokus pada perbedaan antara Tuhan berpribadi dengan nama dan rupa (Saguna Brahman) dan Tuhan tak berpribadi tanpa nama dan rupa (Nirguna Brahman). Di samping itu, di dalam Hindu terdapat konsep Istadewata, di mana setiap orang bebas memilih Ideal yang ingin dipujanya. Seseorang dapat mengikuti filsafat ketuhanan tertentu yang dikehendakinya, Nirguna Brahman atau Saguna Brahman. Bila ia mengikuti filsafat Saguna Brahman, ia dapat memilih nama dan rupa tertentu dari Tuhan yang ingin dipujanya. Konsep Istadewata ini lalu menimbulkan kesan bahwa Hindu adalah politheistik atau henotheistik. Upanisad menjelaskan Tuhan, yang disebut Brahman, ada di dalam ciptaan, sekaligus melingkupi ciptaan. Maka paham ketuhanan menurut Upanisad, dalarn kategori filsafat ketuhanan Barat, adalah pantheistik/panentheistik. Tetapi Upanisad juga menjelaskan Tuhan, sebagai substansi transenden dan personal, disebut Isvara, yang dalam kategori filsafat Barat dapat dikategorikan sebabai monotheisme. Brahman sebagai substansi tunggal, dicari ke dalam diri melalui meditasi atau jnana dan raja yoga. Sedangkan Isvara dipuja sebagai praktek dari bhakti yoga. Di samping diperbolehkan memilih nama rupa, orang Hindu juga bebas memilih berbagai jalan menuju Tuhan. Tuhan yang mahatakterbatas, tidak mudah untuk didefinisikan, diberikan batasan-batasan. Akses kepadanya juga tidak mungkin dibatasi. Ramakrishna Paramahamsa seorang yogi Ilindu menyatakan,""
2007
T39133
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhea Eka Pradani
"ABSTRAK
Salah satu budaya masyarakat yang dapat dikaji adalah mengenai sistem religi. Pada kesempatan ini penulis memilih untuk mengkaji kehidupan religi dan berbagai upacara keagamaan yang dijalani oleh masyarakat adat Benuaq melalui novel Upacara. Permasalahan yang diangkat melalui novel ini ialah mengenai ritual keagamaan yang dijalani beserta pemikiran dan sikap mereka. Penulis juga akan memberikan penilaian terhadap karya novel ini menggunakan metode kritik sastra mimetik dengan pendekatan antropologi sastra. Kajian dengan mengunakan metode mimetik itu tidak terlepas pula dari unsur intrinsik karya, yakni pelataran, penokohan, dan pengaluran. Setelah melalui penelitian dan pengkajian diperoleh hasil bahwa peristiwa-peristiwa yang digambarkan dalam novel Upacara merupakan mimetik kehidupan nyata masyarakat adat Benuaq.

Abstract
One of the cultural communities that can be studied is about the religious system. On this occasion, the authors chose to examine the religious life and religious ceremonies by indigenous Benuaq?s peoples through the novel Upacara. Issues raised by this novel is about the religious ritual that served by Benuaq?s peoples and also their thoughts and attitudes. The authors also would provide an assessment of the novel through mimetic methods and anthropological literary approach. Mimetic can not be separated from the intrinsic element of the novel, namely the setting, characterizations, and plot. The research and study results showed that the events in the novel is a mimetic real life Benuaq society."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43219
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Amri Mahbub Al-Fathon
"ABSTRAK
Dalam ranah kesusastraan Jawa terdapat sebuah genre yang termasuk dalam ranah
kesusastraan Jawa tradisional Islam yakni singir. Bentuk genre ini diduga berasal
dari syair, bentuk seni sastra Melayu, sebagai akibat persentuhan sastra Jawa
dengan sastra Melayu. Singir sebagai salah satu bentuk kesusastraan tradisional
Jawa pada umumnya berisi tentang ajaran-ajaran agama Islam, semisal syari'at,
tasawuf, teologi, dan ajaran Islam lainnya untuk digunakan sebagai wacana
pembentuknya. Singir Piwulang Utama adalah salah satu contoh sastra singir.
Berisikan ajaran-ajaran tentang Islam, seperti tema-tema tentang Tuhan. Singir
Piwulang Utama ini diterbitkan dalam bentuk fisik buku cetak. Buku yang
dimaksud terdapat pada Ruang Naskah dan Koleksi Buku-buku Lama,
Perpustakaan Pusat Universitas Indonesia. Terdaftar sebagai Koleksi Buku-buku
Lama dengan kode BKL.0376, IS.38. Pengarang dari Singir Piwulang Utama ini
bernama Ki Mukhamad Suhudi, seorang Naib atau penghulu dalam termin
bahasa Indonesia yang berasal dari Desa Sumberlawang, Sragen, Jawa Tengah.
Penulis akan membicarakan penggambaran aspek ketuhanan melalui perilaku
subjek lirik (pencerita). Teori yang penulis gunakan adalah teori tentang subjek
lirik dan tema dari Luxemburg, et al. Sedangkan metode penelitian yang penulis
gunakan adalah metode deskriptif-analitis.

ABSTRACT
In realm of Java literature Singir is a genre which is categorized in traditional
Islamic Java literature. This genre is assumedly from syair, a form of Melayu
literature, as the cause of the assimilation of Java literature with Melayu literature.
Singir generally contents Islamic thoughts, such as syari?at, tasawuf, theology,
etc., and is used as the basic discourse. It is usually about stories in Islam
histories or Al-Quran. One of its examples is Singir Piwulang Utama. This singir
also contents Islamic thoughts, including topics about God. Singir Piwulang
Utama was published as books. Those books are available in Manuscript and
Classic Books Collection Room at Center Library of University of Indonesia. It is
registered as classic books collection with code written BKL.0376,IS.38. The
writer of Singir Piwulang Utama is Ki Mukhamad Suhudi, a Naib or muslim
leader in Indonesian term who came from Sumberlawang Village, Sragen,
Central of Java. In here, writer will talk about description of God-ness by
observing behavior of the naratology. Writer uses theory of naratology from
Luxemburg, et al."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2012
S43268
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library