Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
Son Harnoh
Abstrak :
ABSTRAK
Asyncronous T ransjer Mode MTM) yang merupakan suatu relmologi tranjér informasi yang mampu melayani berbagai jenis media (voice, data arau Video) yang rnemiliki kecepatan yang sangat tinggi yaitu 155 Mbps (memju ke 622 Mbps). Salah saru jenis Iayanan ATM memiliki cost relatif rendah dibandingkan jenis lyanan lainnya yaiiu CBR dan VBR, namun memiiiki prospek yang cukup baik unluk terus dikembangkan.
Kebutuhan akan layanan ABR yang terus meninglcat dan juga tunrutan untuk mendapatkan pelayanan jaringan yang bail: membuat jaringan alcan semakin padat rrajiknya. Dengan semakin padatnya trajik membuai jaringan menjadi rentan akan kongesri. Selain ilu juga karena karalcteristik dari Iayanan ABR yang akan menggunakan kapasitas secara maksimal pada jaringan mengharuskan jaringan memiliki skema pengonrrolan yang bail: pula. Paa'a iayanan ABR ini kecepatan transmisi surnber lrajik akan sangar bervarisai tergantung dari keadaan jaringan.
Sumber ABR menyesuaikan kecepatan transmisinya berdasarkan feedback yang diberikanjaringan melalui se! Resources Management.
Salah satu metode untuk mengontrol laju ABR adalah menggunakan mekanisme indikasi explicit ratefeedback. Salah satujenisjizedback ini adalah CAPC (Congestion Avoidance using Proportional Control ). Pada slcema ini jaringan mengonrroi Iaju aliran dari sumber dengan memberi kedback yang mamberi injbrmasi kepada sumber untuk menyesuaikan kecepatan iransmisi dalam mengirimkan seinya sehingga tidak terjadi kongesti, dimana informasi ini dikirimkan melalui se! Resources Management (RM. Hasil simulasi menunjukan bahwa skema ini mapu mencegah jaringan dari kongesti dan juga memberikan utilitas jaringan yang baik, sehingga secara keseluruhan kinerjajaringan menjadi lebih baik.
2001
S39629
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Awan Setiawan
Abstrak :
ATM adalah mode pengiriman informasi yang terlebih dahu/u memecah informasi tersebut menjadi se/-se/ keci/ dengan panjang tetap. Dengan ukuran 48 byte payload dan 5 byte header membuat switch dapat me/ewati se/ dengan kecepatan tinggi. Dengan sistem pengiriman seperti itu delay yang a/can dialami oleh setiap jenis trafik relatif sama, hal inilah yang memungkinkan integrasi segala jenis trafik kedalam jaringan ATM.
Kecepatan jaringan serta desain yang diperuntukkan bagi pemakaian secara global membuat sistem manajemen trafik yang dibutuhkan sangat rumit. Kecepatan transmisi yang tinggi tanpa sistem kontrol kongesti yang memadai akan membutuhkan penyedian buffer yang besar. Hal tersebut akan membuat jaringan ATM menjadi mahal. Maka kontrol kongesti yang memadai merupakan kebutuhan yang mutlak bagi jaringan ATM.
Kontrol kongesti untuk jaringan ATM harus dapat bekerja pada lingkungan Lokal Area Network sebaik pada Wide Area Network. serta pada link dengan kapasitas beberapa Mbps sampai Gbps. Kontrol kongesti pada jaringan ATM juga harus dapat memaksima/kan penggunaan sisa sumber daya jaringan bagi layanan Available Bit Rate dengan pembagian yang adil.
Skema control kongesti yang dipilih oleh ATM forum untuk diimplementasikan pada jaringan ATM adalah skema rate base. Skema ini melakukan pembagian sumber daya jaringan berdasarkan rate dari pemakai jaringan. Skema control kongesti Enhanced Proportional Rate Control Algorithm merupakan salah satu skema control kongesti rate base yang mendapatkan banyak perhatian dari para peneliti ATM.
Pada skripsi ini skema EPRCA akan diuji pada beberapa topologi untuk dapat mengetahui kinerja yang dihasilkan. Throughput, utilisasi link dan indeks fairness merupakan parameter-parameter kinerja yang akan dianalisa.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S39680
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library
Indri Neforawati
Abstrak :
Konsep dasar dari kontrol kongesti cerdas (intelligent congestion control} adalah sebuah sumber trafik atau SES (source end system) mentransmisikan sel dengan suatu nilai ACR (allowedcell rate) berdasarkan kontrak trafik yang telah disepakati pada waktu connection setup. Kemudian switch secara simultan akan mengestimasi suatu kecepatan yang optimal bagi SES dalam bentuk modified-ACR (MACR). Hasil perhitungan di switch akan di feedback ke SES sebagai informasi kontrol yang dibawa oleh sebuah sel RM (resource management cell). Sebelum satu round trip time (RTT) maka SES akan melakukan kontrol secara internal dan setelah satu RTT maka SES akan menerima sel RM yang pertama untuk kemudian membandingkan kecepatannya dengan nilai kecepatan yang dibawa oleh sel RM tersebut. Jika tidak terjadi kongesti maka SES akan terus meningkatkan kecepatannya dalam usaha mencapai kecepatan puncak sesuai dengan nilai kecepatan yang telah disetujui pada kontrak trafik sedangkan jika kongesti terjadi maka SES harus mendrop kecepatannya sesuai dengan nilai kecepatan yang di hitung di switch. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi jumlah sel yang masuk ke jaringan sehingga antrian di switch dapat dikurangi dan durasi teijadinya kongesti dapat dipersingkat.
Dalam tugas akhir ini dibuat suatu simulasi dengan model konfigurasi peer-to-peer untuk mencari nilai ACR berdasarkan variabel jarak, ICR dan jumlah sumber yang aktip. Adapun hasil yang didapat menunjukkan bahwa jarak link mempengaruhi kecepatan dan jumlah data yang ditransmisikan. Sementara besarnya ICR akan mempengaruhi pencapaian kecepatan maksimal yang diijinkan dan jumlah sumber yang berbeda berakibat pada jatah bandwidth yang diperoleh.
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2000
S39872
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library