Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Marshella Elvina
Abstrak :
Skripsi ini membahas fungsi kultural gaya busana Lolita pada komunitas Elegant Gothic Lolita di dunia maya. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis apa saja fungsi kultural yang terdapat dalam gaya busana Lolita di komunitas tersebut. Pembahasan dalam skripsi ini menggunakan konsep gaya busana oleh Barnard Malcolm dalam bukunya yang berjudul Fashion as Communication (1996). Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif yang difokuskan pada komunitas Elegant Gothic Lolita di situs Livejournal dengan melakukan observasi partisipan serta wawancara tidak langsung. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa gaya busana Lolita memiliki fungsi-fungsi kultural yang ditunjukkan oleh penggunanya.
The focus of this study is cultural function of Lolita fashion in an online community called Elegant Gothic Lolita. The purpose of this study is to analyze the cultural functions in Lolita fashion which is shown by the member of the community. This study uses Barnard Malcolm`s concept of fashion as described in his book titled Fashion as Communication (1996). This research is qualitative research, focused on Elegant Gothic Lolita community in Livejournal website by performing participant observation and indirect interview. The result of this study shows that Lolita fashion has cultural functions shown by the wearer.
Depok: Universitas Indonesia, 2016
S62690
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Indah Febriyanti
Abstrak :
Sebagai sebuah nilai estetika, kawaii memiliki banyak manifestasi. Salah satu manifestasi nilai estetika kawaii tersebut adalah dalam aspek fashion. Dalam kawaii fashion, genre yang paling dikenal luas adalah Lolita-kei. Lolita-kei adalah genre kawaii fashion yang terinspirasi dari gaun bangsawan di Eropa pada era Victorian dan Rococo. Nilai-nilai estetika Eropa pada era Victorian dan Rococo ini diadaptasi ke dalam Lolita-kei lewat nilai-nilai kawaii. Pada akhir skripsi akan terlihat perpaduan nilai estetika Victorian, Rococo dan kawaii menyebabkan lahirnya subgenre dalam Lolita-kei yang masing-masing memiliki porsi nilai estetika Eropa dan kawaii yang berbeda-beda. Nilai-nilai estetika ini tampak dalam warna dan potongan pakaian, aksesoris, tata rias dan tata rambut. ...... As an aesthetic value, kawaii has a lot of manifestations. One of those manifestations is in the fashion aspect. Among other genres in the kawaii fashion, Lolita-kei is the most well known. Lolita-kei is a genre of kawaii fashion that is heavily influenced by Europe's aristocrats clothing during Victorian and Rococo times. The classic Victorian and Rococo aesthetics are adapted into Lolita-kei through the kawaii aesthetics. In the end of the research, it is apparent that the mix between the Victorian, Rococo, and kawaii aesthetics caused the birth of subgenres in Lolita-kei, in which each of the subgenres have different proportions of European and kawaii aesthetics. The mix of these aesthetics will be apparent in the color and cut of the clothings, accessories, make-up and hairdressing.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2014
S56889
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afif Windy Septiansyah
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini didasari oleh awal terjadinya sebuah perdebatan yang muncul akibat penggunaan kata loli dan lolita di media sosial. Penelitian ini bertujuan untuk memaparkan makna-makna yang terdapat pada kata loli dan lolita di Jepang dan di Indonesia dengan menganalisis ujaran-ujaran lisan dan non-lisan yang mengandung kata loli dan lolita dalam kiriman post pada situs Facebook dan Twitter, dan dalam anime, manga, dan novel dibatasi dengan kurun waktu dari awal tahun 2010 sampai dengan awal 2017. Konteks dalam ujaran-ujaran tersebut, seperti petunjuk visual dan latar belakang penutur, dianalisis untuk kemudian digunakan dalam menentukan makna kata loli dan lolita yang terdapat dalam ujaran secara denotatif dan konotatif. Melalui analisis tersebut, ditemukan bahwa di Jepang dan di Indonesia, kata loli cenderung memiliki makna denotatif lsquo;kawaii rsquo; atau lsquo;imut rsquo;, lsquo;anak-anak gadis rsquo;, dan lsquo;objek seksual rsquo;, sementara kata lolita cenderung bermakna lsquo;subkultur fesyen rsquo; dengan beberapa data menunjukkan kata tersebut memiliki makna yang lainya. Kedua kata tersebut disimpulkan memiliki makna yang berbeda secara denotatif. Memahami makna-makna tersebut serta konteks penggunaannya, masyarakat dapat lebih terbuka terhadap kata loli dan lolita, serta pada kata-kata asing lain yang diserap ke dalam suatu budaya dan bahasa lokal.
ABSTRACT
The onset of a debate that arose from the use of the word loli and lolita in social media became the trigger for the idea of this research. This study aims to describe the meanings in the word loli and lolita in Japan and in Indonesia by analyzing verbal and non verbal utterances containing loli and lolita in Facebook posts and Twitter tweets, and in anime, manga, and novels which are limited by the time period from early 2010 to early 2017. The contexts included these utterances, such as visual cues and the speaker 39 s background information, are analyzed for later use in determining the meaning of loli and lolita contained in the speech in a denotative and connotative manner. Through this analysis, it was found that in Japan and in Indonesia, the word loli tends to have the denotative meanings of 39 kawaii 39 or 39 cute 39 , 39 young girls 39 , and 39 sexual objects 39 , while the word lolita tends to mean 39 fashion subculture 39 with some the data shows other meanings. Both words are concluded to have different denotative meanings. Understanding these meanings and the context of their use, the society is expected to be more open to the word loli and lolita, as well as to other foreign words that are absorbed into a certain culture and language with different historical and cultural backgrounds.
2018
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Alsyifa Rifka Sabarini
Abstrak :
ABSTRAK Artikel ini menyajikan pembacaan kritis dari segi penataan waktu cerita dalam tingkat naratif pada Lolita (1955) karya Vladimir Nabokov dengan teori naratologi Gerard Genette sebagai salah satu pendekatan kritik sastra strukturalis. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memaparkan alur cerita dan penataanya dalam naratif, teknik naratif serta efek naratif yang ditimbulkannya, dan posisi temporal narator terhadap cerita yang sedang dinarasikan. Dengan menggunakan metode deskriptif untuk menginterpretasi data dan fakta yang ditemukan dari objek penelitian, penelitian ini mengungkapkan bahwa alur cerita dalam Lolita dikisahkan dalam kerangka analepsis dengan akroni yang menjadikan struktur naratifnya kompleks. Lebih lanjut, akroni berperan besar dalam penundaan signifikansi peristiwa tertentu yang menciptakan efek naratif yang signifikanmembuat esensi novel terutama tercipta atas interaksi naratif awal dan naratif kemudian dari narator dalam Lolita.
This article presents a critical reading in terms of the order of the story with respect to the narrative level on Lolita (1955) by Vladimir Nabokov with Gerard Genettes narratology as one of the structuralist approaches to literary criticism. The research aims to explain the plot and its order in narrative, the narrative techniques and how it creates its narrative effects, and the narrators temporal position to the story being narrated. Utilizing descriptive methods to interpret data and facts found from the object of the research, this study reveals that the plot in Lolita is told in the framework of analepsis with achrony that composes its complex narrative structure. Furthermore, achrony plays a major role in delaying the significance of certain events that creates significant narrative effects in Lolita-making the essence of the novel especially created by the interaction of the initial narrative and the later narrative of the narrator in Lolita
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2019
TA-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Anah Maliyah
Abstrak :
Objektifikasi seksual merupakan hal yang kerap menjadi isu sosial di masyarakat. Keberadaannya yang beririsan dengan nilai-nilai seni dan artistik serta kepentingan ekonomi memunculkan pertentangan di masyarakat, salah satunya penggunaan konsep Lolita atau konsep wanita yang lugu seperti anak-anak di industri hiburan Korea. Penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan cara media berita Korea Selatan, yaitu portal berita online Donga Ilbo dan Kukje Shinmun membingkai isu objektifikasi seksual pada konsep Lolita yang digunakan oleh para artis dan praktisi seni di negara tersebut. Penelitian ini menggunakan metode analisis wacana kritis Van Dijk dari aspek teks unsurmikro semantik yang dijelaskan secara deskriptif kualitatif. Hasil analisismenunjukkan bahwa kedua media portal yang dikaji tersebut memiliki perbedaan pandangan dalam memaknai isu objektifikasi seksual Lolita dalam industri hiburan. Perbedaan pandangan dalam pemaknaan isu tersebut dipengaruhi oleh ideologi komunikator dalam prosesnya menyusun berita. Media berita Donga Ilbo cenderung memilih posisi sebagai media yang netral dan liberal sedangkan media berita Kukje Shinmun cenderung menentang penggunaan Lolita di industri seni dan hiburan karena merupakan bentuk objektifikasi seksual dan pedofilia. ......Sexual objectification is a social issue in society. Its existence which intersects with artistic values and economic interests raises conflicts in society, for example the use of Lolita concept or a concept which creates innocent looks similar to children for women. This study aims to explain how South Korean online news media namely Donga Ilbo and Kukje Shinmun frame the issue of sexual objectification in the Lolita concept used by artists and art practitioners. This study uses Van Dijk's critical discourse analysis method from the aspect of the semantic micro element text which is described in a qualitative-descriptive method. The results of the analysis show that the two portals media have different views in interpreting the issue of Lolita's sexual objectification in the entertainment industry. Differences views on the meaning of the Lolita are influenced by the ideology of the communicator in the process of compiling news. The Donga Ilbo news media tends to choose a neutral and liberal position, while the Kukje Shinmun news media tends to oppose the use of Lolita in the arts and entertainment industry because it is a form of sexual objectification and pedophilia.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2021
MK-pdf
UI - Makalah dan Kertas Kerja  Universitas Indonesia Library
cover
Theresia Diah Retno Pratiwi
Abstrak :
Setelah lebih dari lima puluh tahun diterbitkan, Lolita karya Vladimir Nabokov tetap saja memesona. Dengan kekayaan bahasa dan topik kontroversialnya, Lolita melampaui anggapan banyak pembaca awam yang mengira bahwa ia hanyalah sebuah novel pornografik. Skripsi ini menganalisis Lolita dengan menggunakan Teori Nilai Polinomik dari Kelley L. Ross untuk melihat nilai-nilai yang terdapat dalam Lolita, yaitu nilai individu dan nilai normatif. Setelah kedua nilai diketahui, analisis dikembangkan untuk mengetahui hubungan antara kedua nilai tersebut dalam kerangka teori nilai yang sama. Pada akhirnya, hubungan antar akedua nilai tersebut akan memaparkan pembacaan baru terhadap Lolita dan tokoh-tokohnya yang kompleks, yaitu sebagai tokoh-tokoh yang memiliki nilai-nilai individu dan hidup di suatu lingkungan yang memiliki nilai-nilai normatif tersendiri.
Abstract
Fifty years after it was first published in the United States, Vladimir Nabokov_s Lolita is still enchanting to its readers. With its literary richness and controversial topic, Lolita has gone beyond its first-time readers_ expectations of merely finding a pornographic novel out of it. This undergraduate thesis analyzes Lolita with the help of Kelley L. Ross_ Polynomic Theory of Values to see the values in Lolita, both individual values and normative values. After both kinds of values are discovered, further analysis is done to see the relationships between values, still with the help pf the same theory of values. Lastly, the relationships give a new reading to Lolita and its complex characters, the characters who live with their own individual values and in a society with its own normative values.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2008
S14159
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Stefanus Wishnu Prabowo
Abstrak :
Skripsi ini berisi tentang analisis pedofilia pada tokoh Humbert dalam novel Lolita/Lolita karya Vladimir Vladimirovich Nabokov. Metode yang digunakan adalah deskriptif analisis dan menggunakan ilmu bantu psikologi. Penulis mengaitkannya dengan psikologi sastra dan menggunakan teori psikoanalisa dan psikoseksual dari Sigmund Freud untuk menemukan penyebab dan ciri-ciri seorang pedofil yang berada di dalam tokoh Humbert dan kemudian akan membuktikan bahwa Humbert adalah seorang pedofil. ......This mini thesis analyzes case of pedophilia of the character Humbert in the novel Lolita/Lolita by Vladimir Vladimirovich Nabokov. This research is using the method of descriptive analysis and psychological approach. Combined with the psychoanalytic literary and Freud's psychosexual theories, this research finds the causes and characteristics of pedophilia in character Humbert in order to prove that Humbert is a pedophile.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2011
S15046
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library