Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isa Akbarulhuda
"Prasasti Horṛn merupakan prasasti tembaga yang ditemukan di Kediri. Prasasti Horṛn sering dikaitkan dengan Perang Bubat yang terjadi di masa Majapahit. Prasasti ini hanya berisikan sambandha tanpa menyebutkan tahun ataupun nama raja, sehingga membuat beberapa peneliti memiliki pendapat masing-masing tentang Prasasti Horṛn. Oleh karena itu, penting dilakukan penelitian ulang terhadap prasasti Horṛn. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui kronologi relatif dari Prasasti Horṛn dan menyusun rangkaian sejarah menggunakan data-data teraktual. Penelitian dilakukan dengan menggunakan metode penelitian epigrafi yaitu heuristik, kritik, interpretasi dan historiografi. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa Prasasti Horṛn bukan berasal dari masa Majapahit, melainkan dari masa pemerintahan Mapañji Garasakan sekitar tahun 1050 Masehi yang ditulad pada masa Majapahit. Peristiwa yang dituliskan dalam prasasti Horṛn menunjukkan terjadinya serangan musuh Sunda ke Desa Horṛn dengan musuh Sunda yang dimaksud adalah Samarawijaya, Raja Pañjalu sekaligus anak Dharmawangsa Tguh, yang menjadi raja vasal di Jawa Barat. Penelitian ini juga mendukung pernyataan Boechari bahwa Prasasti Horṛn dibuat pada zaman yang sama dengan Mapañji Garasakan.

Horṛn inscription is a copper plate inscription found in Kediri. Horṛn inscription often associated with Perang Bubat in Majapahit era. Horṛn Inscription doesn’t mention chronology or the king’s name, it makes some researchers have some difference ideas about Horṛn inscription, therefore this study is important to re-examine this inscription. The purpose of this study is to know the relative chronology of Inscription of Horṛn and composing historical story with newer data and research. The method used in this study is epigraphy method which are heuristic, critics or analyzed, interpretation, and historiography. The Result of this study shows that the inscription of Horṛn was not from Majapahit era, but from Garasakan era around 1050 D.C and copied in Majapahit era. The event written in Horṛn inscription showed about invasion of the enemy from Sunda to Horṛn village. The enemy from Sunda refer to Samarawijaya, King of Pañjalu, son of Dharmawangsa Tguh. Another result of this study is support the statement from Boechari that Horṛn inscription was promulgated at the same time with Mapañji Garasakan’s era"
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2021
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Rega Tri Juanda
"Skripsi ini membahas prasasti Turunhyang B 966 S merupakan salah satu prasasti Mapanji Garasan. Prasasti Turunhyang B 966 S di tuliskan pada sisi belakang Prasasti Turunhyang A. Prasasti Turunhyang B dimulai pada baris ke-13 pada sisi belakang Prasasti Turunhyang A, yang dimulai dengan penyebutan prasasti Mapanji Garasan. Prasasti Turunhyang A dan B tidak utuh lagi. Turunhyang B berangka tahun 966 S dikeluarkan oleh Mapanji Garasan untuk memberikan anugrah sima kepada desa Turunhyang, karena telah membantu raja dalam berperang melawan Haji Panjalu. Garasan adalah salah satu raja Janggala. Kerajaan Janggala terbentuk karena Airlangga mempunyai beberapa orang anak, karena itu ia membagi dua kerajaan agar keturunannya tidak memperebutkan tahta. Dua kerajaan hasil pembagian itu adalah kerajaan Janggala dan Panjalu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 2009
S11618
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Sri Ambarwati Kusumadewi
"Dalam sejarah Indonesia Kuna ada satu periode yang belum lengkap gambarannya, yaitu yang biasa disebut jaman Kadiri. Jaman ini dimulai sejak Airlangga membagi dua kerajaannya menjadi kerajaan Janggala di sebelah utara dan kerajaan Pangjalu di sebelah selatan. Prasasti Garaman yang dikeluarkan oleh Mapanji Garasakan dari kerajaan Janggala ditemukan pada bulan Mei 1985. Prasasti yang berangka tahun 975 8aka (1053 Masehi) berisi anugerah dari Mapanji Garasakan kepada penduduk desa Garaman atas bantuan mereka ketika raja melawan Haji Pangjalu, musuh dan kakaknya sendiri. Prasasti ini secara jelas mendukung keberadaan kerajaan Janggala dan Pangjalu yang semula merupakan satu kerajaan di bawah pemerintahan Airlangga. Juga memberitahu bahwa antara raja Janggala dan raja Pangjalu ada hubungan kekeluargaan yaitu kakak beradik, dimana Mapanji Garasakan adalah anak laki--laki tertua Airlangga dan adik Sanggramawijaya, putri tertua Airlangga. Keduanya lahir dari permaisuri. Sedangkan Haji Pangjalu adalah anak Samarawijaya dan tutu Dharmmawangsa Teguh. Karena kedua anak laki-laki ini merasa berhak atas tahta kerajaan, maka Airlangga terpaksa membagi dua kerajaannya agar tidak ada usaha perebutan tahta. Pembagian ini terjadi pada tahun 974 Saka. Tetapi peperangan antara dua raja ini tidak terelakkan. Pada tahun itu pula terjadi peperangan antara kedua raja tersebut. Prasasti Garaman rupanya juga memperingati pecahnya perang antara Mapanji Garasakan dari Janggala dengan Haji Pangjalu dari Pangjalu."
Fakultas Ilmu Pengetahuan Budaya Universitas Indonesia, 1988
S12003
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library