Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 5 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Muhammad Yusoff Hashim
Kuala Lumpur : Dewan Bahasa dan Pustaka. Kementerian Pendidikan Malaysia, 1989
959.5 MUH k
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Meilink-Roelofsz, M. A. P. (Marie Antoinette Petronella)
Depok: Komunitas Bambu, 2016
382.09 MEI p
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Fardiana
"Akibat kurang puas pada pelayanan dokter dan rumah sakit di dalam negeri, saat ini cukup banyak pasien Indonesia yang berobat ke luar negeri. Dari survey awal diketahui bahwa pasien Indonesia yang berobat ke Malaysia dan Singapura merupakan pasien yang loyal terhadap rumah sakit di kedua negara tersebut. Hal ini patut menjadi perhatian pihak rumah sakit di Indonesia. Tetapi sampai saat ini penelitian tentang kesetiaan pasien di rumah sakit masih sangat terbatas.
Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang menentukan kesetiaan pasien Indonesia terhadap Hospital Pantai Ayer Keroh Melaka karena Melaka merupakan salah satu kota di Malaysia yang cukup banyak menerima pasien Indonesia. Diharapkan hasil penelitian ini dapat membantu memahami alasan pasien dan faktor penentu kesetiaan pasien sehingga rumah sakit di Indonesia dapat memperbaiki pelayanan untuk mengurangi jumlah pasien yang berobat ke luar negeri.
Penelitian ini merupakan penelitian survey kuantitatif dengan disain cross-sectional. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara berpanduan kuesioner terhadap 89 responden yang diambil secara convenience sampling.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa karakteristik mayoritas pasien Indonesia yang berobat ke Hospital Pantai adalah antara usia 25-44 tahun, dengan pendidikan menengah dan berasal dari kota-kota kecil di Indonesia yang tidak jauh dari Melaka. Alasan terbanyak untuk berobat ke Melaka adalah karena kurang puas dengan pelayanan dokter di kota asal responden di Indonesia. Tingkat kesetiaan pasien Indonesia terhadap Hospital Pantai Ayer Keroh tertinggi untuk face konatif dimana pasien menyatakan berniat untuk berobat kembali ke Hospital Pantai. Tetapi niat untuk berobat kembali ini ternyata kurang diikuti keinginan yang tinggi untuk merekomendasikan Hospital Pantai pada teman atau kerabat.
Dengan bantuan analisis bivariat menggunakan korelasi dan analisis multivariat menggunakan analisis jalur dibuktikan bahwa kesetiaan pasien dipengaruhi oleh kepuasan pasien terhadap rumah sakit dan persepsi pasien tentang kualitas layanan rumah sakit.
Dengan hasil penelitian ini diharapkan rumah sakit Indonesia dapat memperhatikan kualitas penyampaian layanan rumah sakit dan secara berkala melakukan survey kepuasan untuk memahami harapan dan keinginan pasien. Peningkatan kualitas layanan rumah sakit di dalam negeri diharapkan dapat menekan jumlah pasien Indonesia yang berobat ke luar negeri.

Due to dissatisfaction of patients concerning service of local doctors and hospitals, many Indonesia patients go abroad for medical care. The preliminary survey on patients going to Malaysia and Singapore reveals that this group of patients is quite loyal to the hospitals in both countries. This could be beneficial to the neighboring countries but alarming to Indonesia. However, there is only very limited number of research on patient loyalty toward a hospital.
The study aims to analyze factors that determine Indonesian patient loyalty toward Hospital Pantai Ayer Keroh Melaka since Melaka receives quite large amount of Indonesian patients. It is expected. that this study can help understanding the reasons of going abroad for medical care and the factors that determine patient loyalty so that local hospitals can make improvement to reduce the number of Indonesian patients doing abroad for medical care.
The study is a cross-sectional survey using questionnaires as data collection tools. 89 respondents were collected using convenience sampling method.
Majority of Indonesian patients seeking medical care in Hospital Pantai are between 25-44 years of age, with secondary education, and living in small towns in Riau which is not far from Melaka. The important reason of going abroad is dissatisfaction of local doctors? service. The highest rate of loyalty is in conative phase where Indonesian patients have strong intention to return to and repurchase the service of Hospital Pantai in the future. Nevertheless this strong intention to repurchase is not followed by strong will to recommend the hospital to friends and relatives.
Bivariate analysis using correlation method and multivariate analysis using path analysis prove that patient loyalty is significantly influenced by patient perception of hospital service quality and by patient satisfaction.
By understanding the result of this study, Indonesian hospitals should take good care of service quality delivery to the patients and regularly carry out satisfaction survey to understand patients? needs and expectation. Improvements in service quality are expected to reduce the numbers of Indonesian patients seeking medical care abroad.
"
Depok: Universitas Indonesia, 2006
T19077
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Young, Eun Chun
"Apabila kita mengingat bahwa bahasa Indonesia secara historis merupakan salah satu dialek temporal dari bahasa Melayu, pendekatan linguistik terhadap bahasa Melayu sangat diperlukan. Dalam skripsi ini dibicarakan mengenai hubungan semantis antarklausa dalam teks bahasa Melayu, khususnya Hikavat Sri Rama dan Undang-undang Melaka yang telah ditransliterasi oleh Achadiati Ikram dan Liaw Yock Fang. Untuk itu penelitian ini dilandaskan pada pendapat Longacre. Pembahasan ini bertujuan untuk mengetahui hubungan semantik antarklausa dalam ragam cerita dan ragam undang-undang, serta alat-alat sintaktis yang dipakai untuk mengungkapkan hubungan tersebut. Di samping itu, untuk melihat persamaan dan perbedaan yang terdapat dalam ragam tersebut.
Berdasarkan analisis, secara garis besar dapat disimpulkan seperti berikut:
1. Hubungan antarklausa yang dominan dalam HSR adalah hubungan waktu, parafrase, penyambungan dan deiksis; sedangkan dalam UUM adalah hubungan deiksis dan implikasi.
2. Baik dalam HSR. maupun dalam UUM terdapat hubungan penyambungan (penggabungan dan pertentangan), alternasi, waktu (urutan dan tumpang tindih), implikasi (syarat dan sebab-akibat), parafrase, deiksis dan tujuan; dan tidak terdapat hubungan penyambungan (perbandingan), implikasi (kontrafaktualitas dan peringatan), ilustrasi (persamaan dan perbedaan), atribusi dan frustrasi.
3. Alat sintaktis yang dipakai untuk mengungkapkan hubungan semantis, baik dalam HSR maupun UUM tidak banyak memperlihatkan perbedaan yang mendasar.
4. Biasanya dalam UUM lebih sering diungkapkan dalam hubungan hipotaktis daripada hubungan parataktis; sedangkan dalam HSR hampir lama persentasenya.
Diharapkan bahwa penelitian ini akan memberikan sumbangan bagi pemahaman tentang ragam bahasa dan membantu untuk memahami hubungan antarkalimat dalam tingkat wacana. Diharapkan pula skripsi ini bermanfaat bagi perkembangan linguistik, khususnya dalam bahasa Melayu."
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1989
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agung Farrel Salinov
"IMT-GT merupakan contoh dari subregionalisme yang dibentuk pada tahun 1993 untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Seluruh implementasi blueprint IMT-GT 2007-2021 memfokuskan kepada infrastruktur dan agrikultur. Tahun 2014, pada Pertemuan Menteri IMT-GT ke-20 melahirkan kesepakatan pengembangan 73 proyek dan 11 proyek yang disepakati. Dari 11 proyek, Indonesia mendapat 6 proyek dan Provinsi Riau mendapat 2 proyek, salah satunya adalah proyek Roll on Roll off (RoRo) Dumai-Melaka. Namun, hingga tahun 2022 proyek ini masih belum beroperasi walaupun infrastruktur sudah ada dan masih menunggu status Memorandum of Understanding (MoU) dari pihak Malaysia. Studi ini menganalisis hambatan dalam realisasi proyek tersebut. Penulis menggunakan konsep segitiga pertumbuhan dari Tongzon dan kebijakan proteksionisme dari Abboushi untuk menjelaskan faktor penyebab terhambatnya proyek tersebut. Berdasarkan analisis kualitatif dengan menggunakan data-data skunder dan wawancara, penulis menemukan bahwa infrastruktur yang belum memadai, harmonisasi regulasi yang sulit baik antar negara maupun dalam negara (pusat dan daerah/ antara aktor domestik, termasuk sektor swasta), ketidakjelasan distribusi keuntungan dan proteksionisme menjadi faktor penghambat realisasi proyek tersebut. Dari hasil temuan tersebut penulis berkesimpulan bahwa koordinasi antar aktor baik dilevel nasional maupun dengan negara mitra menjadi kunci keberhasilan dalam kerja sama sub regional (segitiga pertumbuhan).  
......IMT-GT merupakan contoh dari subregionalisme yang dibentuk pada tahun 1993 untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Seluruh implementasi blueprint IMT-GT 2007-2021 memfokuskan kepada infrastruktur dan agrikultur. Tahun 2014, pada Pertemuan Menteri IMT-GT ke-20 melahirkan kesepakatan pengembangan 73 proyek dan 11 proyek yang disepakati. Dari 11 proyek, Indonesia mendapat 6 proyek dan Provinsi Riau mendapat 2 proyek, salah satunya adalah proyek Roll on Roll off (RoRo) Dumai-Melaka. Namun, hingga tahun 2022 proyek ini masih belum beroperasi walaupun infrastruktur sudah ada dan masih menunggu status Memorandum of Understanding (MoU) dari pihak Malaysia. Studi ini menganalisis hambatan dalam realisasi proyek tersebut. Penulis menggunakan konsep segitiga pertumbuhan dari Tongzon dan kebijakan proteksionisme dari Abboushi untuk menjelaskan faktor penyebab terhambatnya proyek tersebut. Berdasarkan analisis kualitatif dengan menggunakan data-data skunder dan wawancara, penulis menemukan bahwa infrastruktur yang belum memadai, harmonisasi regulasi yang sulit baik antar negara maupun dalam negara (pusat dan daerah/ antara aktor domestik, termasuk sektor swasta), ketidakjelasan distribusi keuntungan dan proteksionisme menjadi faktor penghambat realisasi proyek tersebut. Dari hasil temuan tersebut penulis berkesimpulan bahwa koordinasi antar aktor baik dilevel nasional maupun dengan negara mitra menjadi kunci keberhasilan dalam kerja sama sub regional (segitiga pertumbuhan).   IMT-GT merupakan contoh dari subregionalisme yang dibentuk pada tahun 1993 untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi di Indonesia, Malaysia, dan Thailand. Seluruh implementasi blueprint IMT-GT 2007-2021 memfokuskan kepada infrastruktur dan agrikultur. Tahun 2014, pada Pertemuan Menteri IMT-GT ke-20 melahirkan kesepakatan pengembangan 73 proyek dan 11 proyek yang disepakati. Dari 11 proyek, Indonesia mendapat 6 proyek dan Provinsi Riau mendapat 2 proyek, salah satunya adalah proyek Roll on Roll off (RoRo) Dumai-Melaka. Namun, hingga tahun 2022 proyek ini masih belum beroperasi walaupun infrastruktur sudah ada dan masih menunggu status Memorandum of Understanding (MoU) dari pihak Malaysia. Studi ini menganalisis hambatan dalam realisasi proyek tersebut. Penulis menggunakan konsep segitiga pertumbuhan dari Tongzon dan kebijakan proteksionisme dari Abboushi untuk menjelaskan faktor penyebab terhambatnya proyek tersebut. Berdasarkan analisis kualitatif dengan menggunakan data-data skunder dan wawancara, penulis menemukan bahwa infrastruktur yang belum memadai, harmonisasi regulasi yang sulit baik antar negara maupun dalam negara (pusat dan daerah/ antara aktor domestik, termasuk sektor swasta), ketidakjelasan distribusi keuntungan dan proteksionisme menjadi faktor penghambat realisasi proyek tersebut. Dari hasil temuan tersebut penulis berkesimpulan bahwa koordinasi antar aktor baik dilevel nasional maupun dengan negara mitra menjadi kunci keberhasilan dalam kerja sama sub regional (segitiga pertumbuhan).  
......Development in Indonesia, Malaysia, and Thailand. The entire IMT-GT implementation plan for 2007-2021 focuses on infrastructure and agriculture. In 2014, the 20th IMT-GT Ministerial Meeting spawned an agreement to develop 73 initiatives, and 11 projects were agreed upon. Indonesia received six projects, of which two were allocated to Riau Province, one of which was the Dumai-Melaka Roll on Roll off (RoRo) project. However, until 2022, this project is still not operating, despite the fact that the infrastructure currently exists. Moreover, the Malaysian side has yet to sign a Memorandum of Understanding (MoU). This paper analyzes the barriers to the project's realisation. The author employs Tongzon's growth triangle theory and Abboushi's protectionism policy to explain the circumstances that led to the project's stagnation.  Using secondary data and interviews to conduct a qualitative analysis, the authors finds that inadequate infrastructure, problems of regulatory harmonisation both between and within countries (central and regional/between domestic actors, including the private sector), unclear profit distribution, and protectionism became barriers to the project's realisation. The authors concludes that coordination between domestic and regional actors is the key to the success of sub-regional cooperation (growth triangle)."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library