Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 12 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elisabet Augustina
"Penelitian mengenai penggunaan instrumen penapis kognitif berbasis informan pada pasien usia lanjut masih jarang hingga saat ini. Penelitian ini ditujukan untuk mengetahui korelasi Montreal Cogntive Assessment Indonesia (MoCA-Ina) yang sudah lazim digunakan sebagai instrumen penapis langsung dengan Short Form of Informant Questionnaire on Cognitive Decline in the Elderly (IQCODE-S) Indonesia dari pasien usia lanjut, baik di rawat jalan maupun inap. Penelitian ini merupakan studi potong-lintang dengan teknik pengambilan sampel secara konsekutif. Kriteria inklusi pasien usia lanjut di antaranya subyek berusia di atas 60 tahun dan mengerti Bahasa Indonesia dengan baik. Kriteria inklusi informan yaitu subyek berusia 25-60 tahun, mengenal pasien usia lanjut minimal selama 10 tahun terakhir, mengerti Bahasa Indonesia dengan baik dan memiliki fungsi kognitif baik. Subyek pasien usia lanjut dengan gangguan kesadaran, depresi, masalah audtorik dan visual serta buta huruf dieksklusi. Subyek penelitian meliputi 32 pasang pasien usia lanjut dan informan. Hasil studi ini mendapatkan nilai tengah usia pasien usia lanjut yaitu 66 (61-80) tahun, skor MoCA-Ina 25 (7-29), skor rerata IQCODE-S 3.13 (2.69-4.38) dan skor total IQCODE-S 50 (43-70). Dari analisis bivariat, didapatkan korelasi kuat antara skor kedua instrumen penapisan kogntif tersebut (r= –0.738, p<0.001). Uji regresi linear menunjukkan skor MoCA-Ina dan IQCODE-S tetap menunjukkan hubungan bermakna tanpa dipengaruhi faktor demografik pasien usia lanjut.

Studies on the use of informant-based cognitive screening instrument for elderly patients are still rare until now. This study aims to investigate correlation of Montreal Cognitive Assessment Indonesia (MoCA-Ina), which has been used commonly as a direct cognitive screening instrument with Short Form of Informant Questionnaire on Cognitive Decline in the Elderly (IQCODE-S) Indonesia of elderly patients, both inpatient and outpatient settings. This research is a cross-sectional study with consecutive sampling method. Inclusion criteria of elderly patients are subjects aged above 60 years old who understand Indonesian well. Inclusion criteria of informants are subjects aged 25-60 years old who the elderly patients at least the past 10 years, understand Indonesian well and have good cognitive. Subject elderly patients with impaired consciousness, depression, auditory and visual problems, as well as illiteracy are excluded. The study subjects include 32 pairs of elderly patients with their informants. Results of this study obtain median of age of elderly patients is 66 (61-80) years old, MoCA-Ina score 25 (7-29), IQCODE-S average score 3.13 (2.69-4.38) and IQCODE-S total score 50 (43-70). Bivariate analysis shows strong correlation between both cognitive screening instruments (r= –0.738, p<0.001). Linear regression test reveals that MoCA-Ina and IQCODE-S scores still show significant relationship with no influence of demographic factors of elderly patients."
Depok: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Fakhrunnisa
"Latar Belakang : Proses kognitif diartikan sebagai proses pengolahan informasi, yang diubah, disimpan, dan kemudian digunakan. Gangguan kognitif dapat terjadi akibat berbagai macam proses penyakit tem1asuk gangguan pada pembuluh darah di otak. Penelitian terdahulu menunjukkan penyandang Hipertensi memiliki skor kognitif yang lebih rendah dibanding individu normal. Kekerapan gangguan kognitif pada penyandang hipertensi meningkat 7-9%, bila tekanan darah tidak terkontrol. Tujuan : Penelitian ini bertujuan mengetahui hubungan antara tekanan darah dengan gangguan kognitif pada penyandang hipertensi yang bermanfaat untuk pencegahan, deteksi dini dan tatalaksana sehingga bila ditemukan gangguan kognitif ringan dapat segera diambil langkah-langkah untuk mencegah berlanjutnya komplikasi. Metode : Penelitian menggunakan disain analisis potong lintang deskriptif. Dilakukan pada pasien hipertensi yang datang berobat ke beberapa puskesmas di Jakarta, dengan 106 sampel yang memenuhi kriteria inklusi, dilakukan anamnesis dan identifikasi catatan medis, selanjutnya dilakukan pemeriksaan fisik umum (tekanan darah sistolik dan diastolik, pengukuran berat badan dan tinggi badan) dan pemeriksaan neurologi rutin (pemeriksaan fisik, skor Hamilton, MMSE dan funduskopi). Subyek yang memenuhi kiteria inklusi dilakukan tes MoCA-lna. Variabel-variabel yang diduga berperan dalam gangguan kognitif pada hipertensi diuji statistik menggunakan analisis bivariat dan multivariat dan uji mutlak Fisher. Hasil: Dari 106 pasien hipertensi didapatkan perbandingan jumlah laki-laki dengan perempuan adalah I : I ,6 dengan jumlah terbanyak pada kelompok usia 51-60 tahun (40.6%) diikuti kelompok usia 40-50 tahun (34.9%), dan~ 61 tahun (24.5%) dengan 54 subjek (50.9%) berpendidikan rendah, 28 subjek (26.4%) berpendidikan sedang dan 24 subjek (22.6%) dengan pendidikan tinggi. Variabel pendidikan memiliki perbedaan proporsi yang signifikan bila dihubungkan dengan gangguan kognitif dari 106 subjek, dengan persentase 19.8% yang mengalami gangguan kognitif (skrining MoCA-lna) dengan gangguan paling dominan pada domain visuospasial sebanyak 43.4% disusul oleh domain bahasa (34.9%). Dari ke-6 domain MoCA-lna terdapat hubungan bermakna dengan beberapa variabel yang diteliti yaitu: fungsi eksekutif, atensi, konsentrasi dan working memory memiliki hubungan bermakna dengan variabel tingkat pendidikan; fungsi visuospasial terdapat hubungan bermakna dengan variabel grade hipertensi dan tingkat pendidikan; dan fungsi short term memory recall memiliki hubungan bermakna dengan variabel onset hipertensi. Dari data sekunder pun didapatkan -hubungan yang signifikan an tara grade hipertensi dan onset hipertensi bila dihubungkan dengan gambaran funduskopi. Kesimpulan : Terdapat 19.8% gangguan kognitif pada penyandang hipertensi dengan gambaran berupa gangguan fungsi visuospasial dan terdapat hubungan bermakna dengan beberapa variabel yang diteliti.

Background: cognitive process is defined as a process of converting, storing, and then using of information. Cognitive impairment can occur due to various disease including disorders of the blood vessels in the brain. Previous research has shown people with hypertension have a lower cognitive scores than normal individuals. In an uncontrolled blood pressure condition, frequency of cognitive impairment in people with hypertension increased 7-9%. Objective: To determine the relationship between blood pressure and cognitive impairment in people with hypertension. The aims are for the prevention, early detection and management of complication of mild cognitive impairment in hypetension. Methods: A cross-sectional descriptive analysis design. Performed in hypertensive patients who come for treatment to some centers in Jakarta, with 106 samples that met the inclusion criteria, conducted medical history and identification records, then performed a general physical examination (systolic and diastolic blood pressure, weight and height) and a routine neurological examination (physical examination, Hamilton score, MMSE and fundoscopy). Subjects who met inclusion criteria were conducted MOCA-Ina tests. The variables which were significant in cognitive impairment in hypertensive were statistically tested using bivariate and multivariate analysis and Fisher's absolute test. Results: Of 106 patients with hypertension the ratio between men and women was 1: 1.6 with the highest number in the age group was 51-60 years (40.6%) followed by 40-50 years age group (34.9%), and :2: 61 years (24.5%) with 54 subjects (50.9%) of low-educated, 28 subjects (26.4%) moderately educated and 24 subjects were well educated (22.6%). Education were significant proportion of the difference when linked with cognitive impairment in 106 subjects, with percentage of 19.8% who experienced cognitive impairment (screening MOCA-Ina) with predominant disturbance in as many as 43.4% visuospasial domains followed by domain language (34.9%). Executive function, attention, concentration and working memory are significantly associated with level of education; visuospasial functions are significantly associated with grade of hypertension and level of education; and short term memory recall function is significantly associated with onset of hypertension. From the secondary data there were significant relationship between hypertension grade and onset of hypertension with funduscopic. Conclusion: There were 19.8% cognitive impairment (visospatial dysfunction) in people with hypertension with and there were significant association between variables studied.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia , 2012
T58407
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sella Dwi Julian
"Kerusakan neuron akibat stroke menyebabkan disfungsi motorik dan kognitif. Disfungsi motorik yang paling sering terjadi karena stroke adalah hemiparesis, kondisi dari kelemahan otot pada sisi yang berlawanan dengan lesi otak. Penelitian potong-lintang ini bertujuan untuk melihat hubungan antara sisi hemiparesis kiri dan kanan dengan fungsi kognitif pasien stroke subakut dan kronik. Dengan consecutive sampling, 33 pasien yang sebelumnya telah didiagnosis dengan hemiparesis unilateral diperiksa fungsi kognitifnya menggunakan versi Indonesia dari Montreal Cognitive Assessment MoCA-Ina yang telah divalidasi. Data lainnya seperti usia, pekerjaan, tingkat pendidikan terakhir, dan komorbiditas didapatkan dari rekam medik. Hubungan antarvariabel dianalisis menggunakan Uji T tidak berpasangan dan uji Mann-Whitney. Rerata total skor MoCA-Ina pada 14 subjek dengan hemiparesis kiri adalah 23,43; sedangkan pada 19 subjek dengan hemiparesis kanan adalah 19,11. Tidak ada hubungan bermakna yang ditemukan antara sisi hemiparesis dengan skor MoCA-Ina p= 0,054 . Meskipun demikian, hubungan bermakna ditemukan antara sisi hemiparesis dengan skor orientasi MoCA-Ina p= 0,047 . Pasien stroke dengan hemiparesis kiri memiliki skor MoCA-Ina lebih tinggi dibandingkan pasien stroke dengan hemiparesis kanan, walaupun hubungannya tidak bermakna. Kemudian, hubungan bermakna ditemukan antara sisi hemiparesis dengan skor orientasi di MoCA-Ina.

Damaged neurons resulting from stroke leads to motor and cognitive dysfunction. The most frequent motor dysfunction caused by stroke is hemiparesis, a condition of muscle weakness on the opposite side of brain lesion. This cross sectional study aims to determine the relationship between left and right hemiparesis with cognitive function in subacute and chronic stroke patients. Using consecutive sampling, 33 patients who were previously diagnosed with unilateral hemiparesis were assessed for their cognitive function using the Indonesian version of Montreal Cognitive Assessment MoCA Ina which has been validated. Other data such as age, occupation, education, and comorbidities were obtained from medical records. Relationship between variables were analyzed using independent t test and Mann Whitney test. The mean total MoCA Ina score in 14 subjects with left hemiparesis is 23.43, while in 19 subjects with right hemiparesis is 19.11. No significant relation was found between hemiparesis side and cognitive function in subjects p 0.054 . However, a significant relation was found between hemiparesis side and MoCA Ina rsquo s orientation score p 0.047 . Stroke patients with left hemiparesis scored higher compared to those with right hemiparesis in MoCA Ina, though the relation is insignificant. Furthermore, a significant relation was found between hemiparesis side and orientation score in MoCA Ina.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Reina Rahma Noviasari
"Latar Belakang: Stroke merupakan penyakit yang memiliki perbedaan karakteristik antara pria dan wanita.
Tujuan: Penelitian bertujuan untuk mengetahui hubungan jenis kelamin dengan fungsi kognitif yang dinilai menggunakan uji Montreal Cognitive Assesment versi Indonesia MoCA-Ina pada pasien stroke fase subakut dan kronik di Departemen Rehabilitasi Medik RSCM, dengan melakukan kontrol terhadap variabel perancu berupa tingkat pendidikan dan usia.
Metode: Penelitian merupakan studi observasional analitik dengan desain potong lintang. Sampel penelitian sebanyak 34 subjek, diperoleh melalui teknik consecutive sampling. Analisis bivariat uji Mann-Whitney dan uji korelasi Pearson dilakukan untuk melihat hubungan antarvariabel, dan dilanjutkan dengan analisis multivariat regresi linier.
Hasil: Berdasarkan uji Mann-Whitney diperoleh nilai p hubungan jenis kelamin dan tingkat pendidikan dengan skor MoCA-Ina sebesar 0,103 dan 0,076. Nilai korelasi hubungan usia dengan skor MoCA-Ina berdasarkan uji korelasi Pearson sebesar r=0,135 p=0,447 . Persamaan regresi skor MoCA-Ina=21,268-3,620 Wanita 3,762 Pendidikan Tinggi R2=8,6 . Perbedaan rerata skor MoCA-Ina antara pria dan wanita setelah dilakukan kontrol variabel tingkat pendidikan adalah sebesar -3,620 IK95 =-8,928-1,058 , namun secara statistik tidak bermakna p=0,125.
Diskusi: Tidak ada perbedaan signifikan pada fungsi kognitif yang dinilai menggunakan MoCA-Ina antara pasien stroke sub-akut dan kronik pria dan wanita.

Background: Stroke is a disease with different characteristics between men and women.
Objective: This study aims to determine the age and level of education adjusted relationship between gender and cognitive function which is assessed by Montreal Cognitive Assessment in sub acute and chronic stroke patients in the Department of Rehabilitation Medicine RSCM.
Methods: This study is an analytic observational study with a cross sectional design. 34 subjects were selected as samples with consecutive sampling method. Mann Whitney test and Pearson's correlation test were used in to determine the bivariate relationships between the variables, proceeded by a multivariate linear regression analysis.
Results: Based on the Mann Whitney test, the p value of the relationship between gender and the level of education and MoCA Ina score were p 0,103 and p 0,076 respectively. Correlation value between age and MoCA Ina score was r 0,135 p 0,447. The regression equation generated was MoCA Ina score 21,268 3,620 Women 3,762 Higher Education R2 8,6. The mean difference of MoCA Ina score between men and women stroke patients after adjusting for age and level of education was 3,620 CI 95 8,928 1,058, but it was statistically insignificant p 0,125.
Discussion: There was no significant difference in the cognitive function which is assessed by MoCA Ina between the male and female sub acute and chronic stroke patients.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dian Azzahra
"Latar Belakang. Prevalensi gangguan kognitif pada pasien artritis reumatoid (AR) berpotensi menurunkan kapasitas fungsional, kualitas hidup, dan kepatuhan berobat. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui prevalensi gangguan kognitif pada pasien AR di Rumah Sakit Umum Pusat Nasional Dr. Cipto Mangunkusumo (RSCM) dan faktor-faktor yang memengaruhinya.
Metode. Penelitian dengan desain potong-lintang ini mengikutsertakan pasien AR berusia ≥18 tahun yang berobat di Poliklinik Reumatologi RSCM pada periode Oktober-Desember 2021. Data demografik, klinis, terapi, dan laboratorium dikumpulkan. Status fungsi kognitif dinilai dengan kuesioner MoCA-INA. Analisis bivariat dan multivariat regresi logistik dilakukan untuk mengidentifikasi faktor prediktif terjadinya gangguan kognitif pada pasien AR: usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, durasi penyakit, aktivitas penyakit, skor faktor risiko penyakit kardiovaskular, depresi, terapi kortikosteroid, dan methotrexate.
Hasil. Dari total 141 subjek yang dianalisis, 91,5% adalah perempuan, dengan rerata usia 49,89±11,73 tahun, sebagian besar tingkat pendidikan menengah (47,5%), median durasi penyakit 3 tahun (0,17-34 tahun), memiliki aktivitas penyakit ringan (median DAS-28 LED 3,16 (0,80-6,32)), dan skor faktor risiko penyakit kardiovaskular rendah (median 4,5% (0,2-30 %)). Sebanyak 50,4% subjek diklasifikasikan mengalami gangguan kognitif, dengan domain kognitif yang terganggu adalah visuospasial/eksekutif, atensi, memori, abstraksi, dan bahasa. Analisis regresi logistik menunjukkan usia tua (OR 1,032 [IK95% 1,001–1,064]; p=0,046) dan tingkat pendidikan rendah (pendidikan dasar) (OR 2,660 [IK95% 1,008–7,016]; p=0,048) berhubungan dengan gangguan kognitif pada pasien AR.
Kesimpulan. Prevalensi gangguan kognitif pada pasien AR di RSCM sebesar 50,4%, dengan faktor prediktif terjadinya gangguan kognitif tersebut adalah usia tua dan tingkat pendidikan yang rendah.

Background. Cognitive impairment in rheumatoid arthritis (RA) patients could decrease functional capacity, quality of life, and medication adherence. The objective of this study was to explore the prevalence and possible predictors of cognitive impairment in RA patients in Dr. Cipto Mangunkusumo National Referral Hospital, Jakarta.
Method. This cross-sectional study included Indonesian RA patients aged ≥18 years old, who visited rheumatology clinic at Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital, on October to December 2021. Demographic, clinical, therapeutic, and laboratory data were collected. Cognitive function was assessed using MoCA-INA questionnaire. Bivariate and multivariate logistic regression analysis were performed to identify predictive factors of cognitive impairment in RA patients: age, gender, education level, disease duration, disease activity, cardiovascular disease (CVD) risk factor scores, depression, corticosteroid, and methotrexate therapy.
Results. Of the total 141 subjects analysed, 91.5% were women, mean age 49.89±11.73 years old, mostly had intermediate education level (47.5%), median disease duration 3 (0.17-34) years. They had mild disease activity (median DAS-28 ESR 3.16 (0.80-6.32)), and low CVD risk factor score (median 4.5 (0.2-30) %). In this study, 50.4% of the subjects were classified as having cognitive impairment. The cognitive domains impaired were visuospatial/executive, attention, memory, abstraction, and language. In logistic regression analysis, old age (OR 1.032 [95%CI 1.001–1.064]; p=0.046) and low education level (OR 2.660 [95%CI 1.008–7.016]; p=0.048) were associated with cognitive impairment.
Conclusion. The prevalence of cognitive impairment in RA patients in Dr. Cipto Mangunkusumo Hospital was 50.4%, with the its predictive factors were older age and lower education level.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hilda Nurmalihah
"Stroke dapat menyebabkan gangguan kognitif dan menjadi penyebab disabilitas pada 8 dari 1000 populasi. Usia menjadi salah satu faktor risiko dari stroke. Gangguan kognitif dapat diperiksa menggunakan MoCA-Ina. Tujuan: Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui apakah terdapat hubungan antara usia dengan skor MoCA-Ina pada pasien stroke. Metode: Penelitian ini dilakukan dengan desain penelitian potong lintang dengan metode observasional analitik. Variabel bebas terbagi menjadi kelompok usia.

Stroke can cause cognitive impairment. It is also the cause of disability in 8 out of 1000 population. Age is one of stroke risk factor. Cognitive impairment can be assessed using MoCA Ina. Objective The study is aimed to observe the relationship between age and MoCA Ina score on stroke patients. Method The study utilizes the cross sectional design and analytical observational method. The independent variables are divided as age group.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Afifa Fahriyani
"Pendahuluan: Hipertensi dan diabetes adalah faktor risiko termodifikasi dari stroke, yang merupakan penyakit degeneratif penyebab disabilitas. Salah satu disabilitas tersebut adalah kelainan fungsi kognitif, yang dapat diidentifikasi oleh Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia. Tujuan: Studi ini bertujuan untuk meneliti ada/tidaknya hubungan antara hipertensi dan diabetes dengan skor MoCA-Ina. Metode: Subjek penelitian yang merupakan pasien Departemen Rehabilitas Medik RSCM. Studi dilaksanakan menggunakan metode observasi cross-sectional. Penilaian skor MoCA-Ina dilakukan oleh petugas kesehatan, sedangkan riwayat hipertensi dan diabetes mellitus diperoleh dari status rekam medik. Hasil: Didapati 28 subjek penelitian. Terdapat perbedaan median nilai MoCA-Ina antara kelompok hipertensi dan tidak 24,5 12-30 vs 20 29-21 p=0,226 , antara kelompok diabetes dan tidak 20,5 17-23 vs 25 12-30 p=0,037 , serta antara kelompok hipertensi disertai diabetes, dibandingkan dengan yang hanya memiliki salah satu atau tidak keduanya 20 17-23 vs 25 12-30 p=0,049 . Kesimpulan: Diabetes memiliki hubungan yang signifikan secara klinis maupun statistik terhadap skor MoCA-Ina, sedangkan hipertensi tidak. Terdapat hubungan yang juga berbeda bermakna antara kelompok pasien hipertensi disertai diabetes, dibandingkan dengan yang hanya memiliki salah satu atau tidak sama sekali.

Introduction Hypertension and diabetes are modifiable risk factors of stroke, a degenerative disease that cause disabilities. One of the disabilities is cognitive function impairment, which could be identified by using Montreal Cognitive Assessment Indonesia version. Aim This research aims to study whether there is any association between hypertension and diabetes with MoCA Ina score. Method The subjects in the study are patients of Physical Medicine and Rehabilitation Department of RSCM. This study was conducted using observational cross sectional study design. MoCA Ina assessment was done by the health workers, the hypertension and diabetes status information was derived from medical status. Result There was difference in MoCA Ina score median between group with and without hypertension 24,5 12 30 vs 20 19 20 p 0,226 , between group with and without diabetes 20,5 17 23 vs 25 12 30 p 0,037 , and also between groups that have both hypertension and diabetes, compared to the group that only have one or none of them 20 17 23 vs 25 12 30 p 0,049 . Conclusion Diabetes have significant association with MoCA Ina score, both statistically and clinically, while hypertension does not. There was also significant association between group that has both hypertension and diabetes, compared to group that has only one or none of them.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fita Fitrianti
"Latar Belakang. Artritis reumatoid merupakan penyakit autoimun yang menyebabkan inflamasi kronik artikular dan non-artikular yang  dapat menimbulkan komplikasi berupa gangguan fungsi kognitif. Beberapa studi menunjukkan pemberian terapi Metotreksat mempengaruhi penurunan fungsi kognitif pada pasien AR. Belum ada studi di Indonesia yang menilai hubungan dosis MTX dengan fungsi kognitif pada pasien AR.
Tujuan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perubahan fungsi kognitif sesudah pemberian terapi MTX selama 3 bulan dan mengetahui hubungan antara dosis MTX dengan fungsi kognitif pada pasien dengan AR.
Metode. Desain studi ini adalah kohort prospektif yang melibatkan 39 pasien baru terdiagnosis Artritis reumatoid berusia <60tahun di Poliklinik Reumatologi RSCM. Karakteristik demografi, parameter klinis dan penilaian kognitif didokumentasikan secara lengkap. Penilaian fungsi kognitif dilakukan dengan tes Montreal Cognitive Assessment versi Indonesia (MoCA-Ina) yang sudah tervalidasi. Studi ini menggunakan analisis statistik uji Wilcoxon, analisis bivariat dan korelasi Spearman untuk menganalisis data dengan menggunakan software Stata 15.1.
Hasil. Terdapat 28% subjek dengan penurunan fungsi kognitif. Tidak ditemukan perbedaan bermakna terhadap fungsi kognitif global sesudah pemberian MTX selama 3 bulan. Analisis korelasi Spearman menunjukkan adanya korelasi negatif antara kadar dosis MTX dengan domain fungsi memori (r=-0,4,  p =0,01).
Kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan bermakna terhadap fungsi kognitif global sesudah pemberian MTX selama 3 bulan. Namun, terdapat korelasi negatif antara kadar dosis metotreksat dengan domain fungsi memori

Background. Rheumatoid arthritis is an autoimmune disease causes chronic articular and non-articular inflammation with cognitive impairment as one of its complication. Several studies have shown that Methotrexate affects the decline of cognitive function in RA patients. There are no studies in Indonesia that have assessed the relationship between MTX and cognitive function in Indonesia. Aim. We aimed to know and to investigate the association between cumulative dose of MTX and cognitive function in patient with RA.
Methods. This is a prospective cohort study involving 39 subject with newly diagnosed Rheumatoid arthritis. Demographics characteristics, clinical parameters, and cognitive assessment were documented. Cognitive assessment was assessed based on validated Indonesian version of Montreal Cognitive Assessment (MoCA-Ina) test. This study used Wilcoxon, bivariate analysis and Spearman correlation to analyse the data.
Results. A total of 39 patients with RA, 28% were classified as cognitively impaired. There was no significant difference in global cognitive function after administration of MTX in 3 months. Spearman correlation analysis showed negative correlation between cumulative dose of MTX and memory function domain (r=-0.4, p=0.01).
Conclusion. There was no significant difference in global cognitive function after administration of MTX in 3 months. Cumulative dose of MTX negatively correlated with memory function domain.
"
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2022
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aep Saepudin
"Background: Cognitive dysfunction was found in 55-80% Neuropsychiatry Systemic Lupus Erythematosus (NPSLE) patients. Serious concern from clinicans was needed as its impact to patient’s quality of life. Disease activity is expected to be affecting patient’s cognitive function. Previous studies regarding correlation between disease activity and cognitive dysfunction showed various results. This study aimed to evaluate the correlation between disease activity and cognitive function in SLE patients. Methods: This study is an analytical cross-sectional study. Subjects were SLE patients at the rheumatology clinic of Dr. Hasan Sadikin Hospital Bandung during June-August 2017. Subject’s evaluations included disease activity assessment using SLE disease activity index-2K (SLEDAI-2K) and cognitive function assessment using MoCA-Ina test. Data were analyzed by using Spearman Rank correlation test. Results: Mean age of the subjects was 31 ± 8 years old, most of them were senior high school graduates (65.8 %) and median length of study was 12 years. Subject’s median duration of illness was 44 months. Their MoCA-Ina median score was 25, while SLEDAI-2K median score was 6. Cognitive dysfunctions were found in more than half of subjects (52.63%), which memory domain (78.95%) was most frequently impaired. Most of subjects were patients with active SLE (63.2%). Correlation test showed there was no correlation between SLEDAI-2K score and MoCA-Ina score (rs=0.023, p=0.445). Conclusion: There was no correlation between disease activity (SLEDAI-2K score) and cognitive function (MoCA-Ina score)."
Jakarta: University of Indonesia School of Medicine, 2019
616 IJR 11:1 (2019)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Fitri Wulandari
"Kognitif merupakan kemampuan dalam proses berpikir dan mendapatkan informasi. Pada saat memasuki usia lanjut tingkat kognitif akan mengalami penurunan. Lansia yang bekerja menggunakan kemampuannya seperti pikiran dan kemapuan fisik untuk terus produktif. Kemampuan lansia yang terus digunakan ini menimbulkan pertanyaan mengenai bagaimana hubungan status pekerjaan dan tingkat kognitif lansia.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan status pekerjaan dengan tingkat kognitif lansia. Metode penelitian ini menggunakan desain cross sectional dan pengambilan data menggunakan random sampling. Penelitian ini dilakukan pada 83 lansia yang berusia 60-64 tahun di Kecamatan Beji, Depok menggunakan instrumen MoCA-Ina.
Hasil Penelitian menggunakan Uji Man whitney nilai p adalah 0,201 p>0,05 . Hal ini menunjukan bahwa tidak terdapat hubungan antara status pekerjaan dan tingkat kognitif lansia di Kecamatan Beji. Nilai tengah penelitian menggunakan instrumen MOCA-Ina yaitu 23 yang menunjukkan bahwa lansia produktif memiliki gangguan kognitif ringan. Perawat diharapkan dapat menyesuaikan intervensi kepada lansia dengan memperhatikan tingkat kognitifnya.

Cognitive is the ability to think and gain information. At the time of entering old age, cognitive level will decrease. Older people who work using their abilities such as mind and physical ability to continue to be productive. The ability of the older people that continues to be used raises questions about how the relationship of working status and cognitive level of older people.
This study aims to determine the relationship of working status with cognitive level of older people. This research method used cross sectional design and data collection used random sampling. This study was conducted on 83 older people people aged 60 64 years in Beji Sub district, Depok using MoCA Ina instrument.
The result of the research using Man Whitney test p value is 0,201 p 0,05. This shows that there is no relationship between job status and cognitive level of older people in Beji Sub district. The median value of the study using the MOCA Ina instrument was 23 indicate that the older people productive had mild cognitive impairment. Nurses are expected to adjust interventions to the older people by taking into account their cognitive level.
"
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2017
S69170
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2   >>