Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
cover
Satriyo Pamungkas
Abstrak :
ABSTRAK
Latar belakang : Robekan perineum tingkat III dan IV dapat menimbulkan berbagai morbiditias seperti disfungsi organ panggul, dispareni, nyeri kronik, dan masalah psikososial yang mengganggu kualitas hidup perempuan. Audit terhadap tatalaksana robekan perineum perlu dilakukan sebagai dasar perbaikan panduan pelayanan klinis dan pelayanan di rumah sakit. Tujuan : mengetahui insidensi dan mengaudit tatalaksana robekan perineum tingkat III dan IV di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo pada tahun 2011-2014 berdasakan panduan Royal College of Obstetricians and Gynecologist (RCOG) tahun 2015. Metode : Studi deskriptif dengan desain potong lintang dilakukan dengan menggunakan data persalinan di RSUPN Cipto Mangunkusumo dari tahun 2011 sampai dengan 2014. Kesesuaian tatalaksana robekan perineum tingkat III dan IV dinilai berdasarkan kehadiran konsulen, tempat memperbaiki, penggunaan anestesi, metode jahitan, bahan jahitan, antibiotik pasca operasi, kateter 1 kali 24 jam, penggunaan analgetik dan laksantia. Subjek yang memenuhi minimal 7 dari 9 kriteria, dianggap mendapatkan tatalaksana yang sesuai dengan panduan RCOG. Hasil : Dari tahun 2011 sampai dengan 2014, insidensi robekan perineum berturutturut adalah sebesar 3,54; 4,34; 3,95; dan 1,77%. Tatalaksana robekan perineum tingkat III dan IV pada studi ini didapatkan sesuai pada 57,8% subjek. Ketidaksesuaian ditemukan pada komponen tempat operasi, operator oleh ahli, dan penggunaan kateter urin 1 kali 24 jam pasca tindakan Kesimpulan : Insidensi robekan perineum derajat 3 dan 4 didapatkan masih tinggi. Masih terdapat tatalaksana robekan perineum derajat III dan IV yang belum sesuai dengan standar RCOG. ABSTRACT
Background : OASIS may lead to several morbidities i.e pelvic organ dysfunction, dysparenia, chronic pain, and psychosocial problems leading to impaired quality of life of women. Audit of OASIS management is needed to improve the clinical guideline and practice of OASIS management in a hospital. Objective : To determine the incidence of OASIS and assess the case management at Cipto Mangunkusumo National Hospital during 2011-2014 using the criteria stated in the Royal College of Obstetricians and Gynecologist (RCOG) guideline 2015. Methods : A cross-sectional descriptive study was conducted using the delivery database in Cipto Mangunkusumo Hospital, a tertiary referral university hosptal in Jakarta, Indonesia during 2011-2014. The OASIS management of each subjects were assessed based on 9 items listed at RCOG 2015 guideline of OASIS management (consultant presence during repair, place of repair, use of anesthesia, methods of suturing, suturing material, use of post-operative antibiotic, use of urinary catheter 24 hour after surgery, use of laxative agent. Result : During 2011-2014, the incidence of OASIS were respectively 3,54; 4,34; 3,95; and. 1,77%. As many as 57,8% subjects with OASIS were approproately managed according to RCOG guideline. Surgery performed at delivery suite, surgery performed by resident (not an expert), and not using postoperative foley catheter were the items that frequently missed in the management. Conclusion : We found a relatively high incidence of OASIS in our hospital. There was several items included in RCOG guideline that should improved in our hospital.;Background : OASIS may lead to several morbidities i.e pelvic organ dysfunction, dysparenia, chronic pain, and psychosocial problems leading to impaired quality of life of women. Audit of OASIS management is needed to improve the clinical guideline and practice of OASIS management in a hospital. Objective : To determine the incidence of OASIS and assess the case management at Cipto Mangunkusumo National Hospital during 2011-2014 using the criteria stated in the Royal College of Obstetricians and Gynecologist (RCOG) guideline 2015. Methods : A cross-sectional descriptive study was conducted using the delivery database in Cipto Mangunkusumo Hospital, a tertiary referral university hosptal in Jakarta, Indonesia during 2011-2014. The OASIS management of each subjects were assessed based on 9 items listed at RCOG 2015 guideline of OASIS management (consultant presence during repair, place of repair, use of anesthesia, methods of suturing, suturing material, use of post-operative antibiotic, use of urinary catheter 24 hour after surgery, use of laxative agent. Result : During 2011-2014, the incidence of OASIS were respectively 3,54; 4,34; 3,95; and. 1,77%. As many as 57,8% subjects with OASIS were approproately managed according to RCOG guideline. Surgery performed at delivery suite, surgery performed by resident (not an expert), and not using postoperative foley catheter were the items that frequently missed in the management. Conclusion : We found a relatively high incidence of OASIS in our hospital. There was several items included in RCOG guideline that should improved in our hospital.;Background : OASIS may lead to several morbidities i.e pelvic organ dysfunction, dysparenia, chronic pain, and psychosocial problems leading to impaired quality of life of women. Audit of OASIS management is needed to improve the clinical guideline and practice of OASIS management in a hospital. Objective : To determine the incidence of OASIS and assess the case management at Cipto Mangunkusumo National Hospital during 2011-2014 using the criteria stated in the Royal College of Obstetricians and Gynecologist (RCOG) guideline 2015. Methods : A cross-sectional descriptive study was conducted using the delivery database in Cipto Mangunkusumo Hospital, a tertiary referral university hosptal in Jakarta, Indonesia during 2011-2014. The OASIS management of each subjects were assessed based on 9 items listed at RCOG 2015 guideline of OASIS management (consultant presence during repair, place of repair, use of anesthesia, methods of suturing, suturing material, use of post-operative antibiotic, use of urinary catheter 24 hour after surgery, use of laxative agent. Result : During 2011-2014, the incidence of OASIS were respectively 3,54; 4,34; 3,95; and. 1,77%. As many as 57,8% subjects with OASIS were approproately managed according to RCOG guideline. Surgery performed at delivery suite, surgery performed by resident (not an expert), and not using postoperative foley catheter were the items that frequently missed in the management. Conclusion : We found a relatively high incidence of OASIS in our hospital. There was several items included in RCOG guideline that should improved in our hospital.
Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2015
SP-PDF
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hanna Chaterina George
Abstrak :
Skripsi ini membahas kinerja modul sirkulasi OASIS di Perpustakaan Senior School, British International School. Penelitian dilaksanakan pada bulan November 1994 - April 1995. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui cara keraa modul sirkulasi OASIS yaitu Borrowers, Overdue Notices, Circulation dan Stock-take, keuntungan dan kerugian sub-submodul tersebut, dan masalah serta pemecahannya. Pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi partisipatif, yaitu penulis terjun langsung dalam kegiatan sirkulasi perpustakaan yang menggunakan sub-submodul ini, serta dengan wawancara informal dengan staf perpustakaan setempat dan System Manager sekolah. Pembahasan cara keraa dan analisa keuntungan, kerugian, masalah serta pemecahannya dijelaskan. Hasilnya menunjukkan bahwa modul sirkulasi OASIS menolong staf perpustakaan dalam mengawasi sirkulasi perpustakaan Senior School. Kegiatan sirkulasi perpustakaan dapat dilaksanakan dengan lebih cepat, tepat dan akurat. Namun demikian. di samping manfaat positif juga ditemui kekurangan pemanfaatannya. Keunggulan dan kerugian pemanfaatannya dijelaskan. Pembahasan tersebut mengungkapkan banyaknya keuntungan-keuntungan yang diperoleh jika dibandingkan dengan kerugian pemanfaatannya. Masalah yang dihadapi terjadi pada masalah tekhnis yaitu listrik padam dan kerusakan pada perangkat keras komputer. Langkah-langkah pemecahannya dijelaskan. Penerapan perangkat lunak OASIS untuk sirkulasi di perpustakaan Senior School sudah membantu staf dalam melakukan tugasnya dengan lebih baik, tetapi untuk meningkatkan pengawasan terhadap koleksi perpustakaannya, dapat dilakukan usaha_usaha berikut: (1).Melakukan siocktake dalam suatu jangka waktu tertentu di ke-tiga perpustakaan, sehingga staf dapat mengetahui kondisi koleksinya dan mengambil langkah_langkah tertentu bila diperlukan; (2).Pembuatan surat peringatan untuk pengembalian bahan perpustakaan yang telah lewat waktu tidak saja dilakukan terhadap siswa, tetapi juga dilakukan terhadap semua anggota perpustakaan,(3).Staf dapat mengingatkan anggota perpustakaan yang telah menandon bahan perpustakaan tertentu dengan membuat Reserve Notices.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1995
S15108
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
A. Sonia
Abstrak :
Latar belakang: Dispareunia adalah nyeri pelvik yang muncul saat berhubungan seksual. Ruptur perineum derajat III dan IV dapat menyebabkan nyeri yang lebih berat dibandingkan serajat I dan II. Beberapa faktor yang mempengaruhi trauma sfingter ani obstetri adalah persalinan dengan bantuan alat, paritas, dan berat bayi lahir. Metode: Merupakan studi potong lintang yang menggunakan data sekunder dan wawancara subjek di RSUPN Cipto Mangunkusumo di tahun 2016-2020. Dilakukan evaluasi dispareunia dalam 12 minggu pasca persalinan per vaginam pada perempuan dengan trauma sfingter ani obstetrik. Hasil: Sebanyak 66 subjek memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Sebanyak 89,4% subjek tidak mengalami dispareunia dalam waktu 12 minggu pasca persalinan per vaginam. Ada 7 subjek yang mengalami dispareunia dan sebanyak 2 subjek tergolong nyeri berat. Ruptur perineum derajat IV memiliki perbedaan yang signifikan terhadap kejadian dispareunia (p 0,001). Kesimpulan: Prevalensi dispareunia pada perempuan dengan trauma sfingter ani obstetric sebesar 10,6%. Terdapat perbedaan yang signifikan pada ruptur derajat IV terhadap kejadian dispareunia. Material benang dan teknik penjahitan, dan faktor-faktor eksternal maish harus dilakukan studi lanjut. ......Introduction: Dyspareunia is a pelvic pain occur during or after sexual intercourse. The incidence of dyspareunia from 1,2% to 56,1%. Third degree and fourth degree tear can cause deliberately much pain than first and second degree tear. Several factors caused obstetric anal sphincter injury after vaginal delivery such as assisted vaginal delivery using vacuum and forceps prolonged second stage of labor, parity, and baby birth weight. Methods : This study design is cross sectional using secondary data (medical records) and subjects interview which evaluates the prevalence of dyspareunia in 12 weeks after vaginal delivery on women with obstetric anal sphincter injury. This study took place in Cipto Mangunkusumo Hospital ( 2016-2020). Results : Sixty six subjects were enrolled into this study after met the criteria. The results were based on demographic, clinical characteristics, and bivariate analysis. Based on the dyspareunia, showed 89,4% subjects did not have dyspareunia in 12 weeks after vaginal delivery. Total 7 subjects suffered from dyspareunia.The study showed the degree of perineal rupture was significantly correlated with dyspareunia on subjects ( p 0,001). Conclusion : The prevalence of dyspareunia on women with OASIs is 10,6%. There was statistically significant association between the degree of rupture and dyspareunia. Suturing material and technique, and wound healing factors are still need to be analysed more in the further study.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2021
SP-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Liem, Raissa
Abstrak :
Pendahuluan: Obstetric Anal Sphincter Injuries (OASIS) merupakan salah satu komplikasi luaran partus pervaginam yang cukup sering ditemukan, mencapai 4,53% dari total persalinan pervaginam. Kejadian OASIS juga dikaitkan dengan peningkatan risiko inkontinensia fekal (IF) yang berpengaruh terhadap kualitas hidup seseorang. Pada penelitian ini akan dijabarkan karakteristik dari pasien yang mengalami OASIS di RS Tersier di Jakarta pada tahun 2014-2016 dan luaran inkontinensia fekal pada populasi tersebut. Metode: Penelitian ini merupakan studi deskriptif karakteristik pasien pasca reparasi OASIS di RSUPN Cipto Mangunkusumo, RS Persahabatan, dan RS Fatmawati tahun 2014- 2016. Dari total 234 pasien, 58 pasien berhasil dihubungi dan diwawancara dengan kuesioner RFIS untuk mengetahui luaran inkontinensia fekal. Dari 58 pasien, 16 pasien datang untuk USG tranperineal untuk penilaian otot sfingter ani pasca reparasi. Data dianalisis menggunakan SPSS 20. Hasil Penelitian: Dari total 234 sampel, rerata usia pasien adalah 26,64 tahun, dengan rerata IMT 23,4 kg/m2. Sebagian besar pasien (67,5%) adalah primipara, dengan rerata durasi partus kala II selama 45,1 menit. Tindakan episiotomi dilakukan pada 40,6% pasien, persalinan spontan pada 153 (65,4%) pasien, dengan rerata berat lahir 3217 gram. Dari 58 pasien yang bisa dihubungi, keluhan inkontinensia fekal didapatkan pada 3 orang (5,2%) pasca OASIS dengan berbagai tingkat keparahan (ringan, sedang, dan berat). Dari 16 pasien yang datang untuk USG, ditemukan defek pada EAS pada 3 pasien, dan IAS pada 2 pasien. Kelima pasien tersebut tidak memiliki keluhan IF. Diskusi: Penelitian ini merupakan studi deskriptif terhadap karakteristik pasien dengan OASIS, dan juga sebagai studi awal terhadap kejadian inkontinensia fekal pada populasi OASIS. Didapatkan 3 dari 58 pasien pasca reparasi primer OASIS mengalami inkontinensia fekal. Angka ini cukup rendah dibandingkan studi lain. Hal ini dapat disebabkan adanya perbedaan populasi penelitian. Pasien dengan keluhan IF yang memiliki sfingter ani yang intak pada penelitian ini menunjukkan bahwa kontinensia tidak hanya dipengaruhi oleh sfingter ani, namun juga faktor lain seperti otot dasar panggul dan persarafan disekitarnya. Kesimpulan: Luaran dari reparasi primer OASIS ditemukan beragam dari penelitian ke penelitian. Karakteristik pasien memiliki peran yang penting dalam menentukan angka kejadian OASIS dan juga luaran pasca reparasi. Untuk mengetahui hal tersebut, diperlukan penelitian lanjutan dengan jumlah sample yang lebih besar.
Introduction: Obstetric Anal Sphincter Injuries (OASIS) is a quite common complication of vaginal delivery. It reaches 4,53% from total vaginal delivery. OASIS is associated with an increased risk of fecal incontinence, which affect one's quality of life. The incidence of OASIS and fecal incontinence differs from one study to the others. In this study, characteristics of patients with OASIS in tertiary hospital in Jakarta year 2014-2016 and fecal incontinence outcome among those patients will be described. Methodology: This study is a descriptive study for characteristics of OASIS patients after primary repair in Cipto Mangungkusumo Hospital, Persahabatan Hospital and Fatmawati Hospital from year 2014-2016. From total 234 patients, only 58 patients could be contacted, and interviewed using Revised Fecal Incontinence Score (RFIS) questionnaires. From total 58 patients, only 16 patients came for further transperineal utlrasound. Data were analized using SPSS 20. Results: From total 234 patients, mean patient's age is 26.6 years old, with mean BMI 24.8 kgs/m2. Most of the patients are nulliparous (67,5%), with median duration of second stage of labor 45 minutes. Episiotomy was not performed on most patients (59.4%), and most of them underwent spontaneous vaginal delivery (65,4%), with mean baby birthweight 3217 grams. From 58 patients that could be contacted, 3 patients had fecal incontinence complaint (5,2%). From those 58, 16 came for transperineal ultrasound examination, and anal sphincter defects were found in 5 patients, 3 with EAS, and 2 with IAS. All 5 patients did not have any fecal incontinence symptoms. Discussion: This study is a descriptive study of OASIS patient's characteristics and also as a preliminary study for the incidence of fecal incontinence among OASIS population in Jakarta. The number of fecal incontinence in this study can be considered low (3 out of 58), compared to others. This could be due to differences in study population. Patient with fecal incontinence who has intact anal sphincter in this study shows that incontinence is influenced not only by anal sphincter, but also by other factor such as pelvic floor muscle and surrounding nerve innervation. Conclusion: The outcomes of primary reparation of OASIS are varied within studies. Patient's characteristics might play an important role in influencing the incidence of OASIS as well as the outcome after reparation. A further study with a bigger sample is necessary.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2018
T57658
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nadya Anindita
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Robekan perineum sering terjadi pada persalinan pervaginam. Robekan perineum diklasifikasikan menjadi empat kelas, yaitu derajat 1, 2, 3, dan 4. Robekan perineum derajat 3 dan 4 tergolong dalam Obstetric Anal Sphincter Injuries atau biasa disebut dengan OASIS. Beberapa studi menjelaskan bahwa OASIS sering terjadi pada persalinan pervaginam dan dapat menyebabkan masalah yang serius terhadap pasien. Kejadian OASIS dipengaruhi oleh beberapa faktor resiko, yaitu faktor dari sisi ibu, obstetrik, dan janin. Faktor risiko ibu termasuk usia saat terjadi kehamilan dan jumlah persalinan.Metode: Studi ini merupakan studi deskriptif-analitik menggunakan metode potong lintas untuk mengobservasi perempuan dengan Obstetric Anal Sphincter Injuries OASIS yang memiliki karakteristik subjek berupa usia dan jumlah persalinan di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo dalam periode Januari 2011 hingga Juni 2015. Dua ratus dua puluh data yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi digunakan dalam studi ini dan dianalisis menggunakan SPSS dengan metode univariat dan bivariat. Metode univariat digunakan untuk mendapatkan distribusi frekuensi dari variabel yang dianalisis, sedangkan metode chi-square digunakan untuk analisis bivariat. Hasil dari data akan dianalisis untuk mendapatkan odds ratio dan interval kepercayaan.Hasil: Faktor risiko yang diteliti adalah usia ibu, jumlah persalinan, dan tipe persalinan pervaginam. Faktor usia ibu menunjukan OR 2,7 95 IK 1,12 ndash;6,52; p value=0,023 yang berarti faktor tersebut cenderung memiliki hubungan yang signifikan terhadap kasus OASIS. Jumlah persalinan juga cenderung memiliki hubungan yang signifikan terhadap kasus OASIS dengan OR 2,97 95 IK 1,23 ndash;7,20; p value=0,013 , sedangkan tipe dari persalinan pervaginam tidak memiliki hubungan yang signifikan dengan kasus OASIS OR 0,85 95 IK 0,34 ndash;2,04; p value=0,719 .Kesimpulan: Dari tiga faktor yang diteliti, faktor yang cenderung memiliki asosiasi yang signifikan terhadap kasus OASIS adalah usia ibu dan jumlah persalinan, sedangkan tipe dari persalinan pervaginam tidak memiliki asosiasi yang signifikan terhadap kasus OASIS.
ABSTRACT
Background Perineal tear often occurs during vaginal childbirth. It is classified into four grades which are grade 1, 2, 3 and 4. Grade 3 and 4 are called Obstetric Anal Sphincter Injuries OASIS . Several studies showed that OASIS occur in mostly vaginal delivery in the world and it can cause serious problems to the patient. OASIS occurrence is affected by some risk factors, which are maternal, obstetric, and fetal factors. Maternal risk factors include age and number of parity. Moreover, types of vaginal delivery can also be observed.Method This study is a descriptive analytical study using cross sectional design to observe all women with Obstetric Anal Sphincter Injuries OASIS that have the subject rsquo s characteristics which are maternal age and number of parity in Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo throughout January 2011 to June 2015. Two hundred twenty data that meet the inclusion and exclusion criteria are used and will be analyzed using univariate and bivariate method with SPSS 19. The data is used to find the distribution of frequency of each variables by using univariate method and chi square analysis will be used for bivariate analysis. The result will be analyzed to get the odds ratio and confidence interval.Result The risk factors observed are maternal age, number of parity, and types of vaginal delivery. Maternal age tends to show significant relation to the cases of OASIS with OR 2.7 95 CI 1.12 ndash 6.52 p value 0.023 , number of parity also tends to have a significant relation with OASIS cases with OR 2.97 95 CI 1.23 ndash 7.20 p value 0.013 , while types of delivery does not have significant relation with OASIS cases as the OR 0.85 95 CI 0.34 ndash 2.04 p value 0.719 .Conclusion From three factors observed in the study, the factors that tend to have significant association are maternal age and number of parity. In contrast, types of vaginal delivery does not have significant role in the cases of OASIS.
2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dwi Syilfiriyani
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2010
S5306
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Alexander Herdyanto
Abstrak :
ABSTRAK
Tears of the third and fourth degrees of the perineum can affect the quality of life woman. However, few studies have been conducted regarding incidence perineal tear or OASIS in Indonesia. This research was made to find out What are the risk factors that have an association with a degree of perineal tear three and four at RSCM (Cipto Mangunkusumo Hospital) from 2011 until 2014. Data samples were taken from secondary data in the form of medical records. Then, the data are grouped into numerical and categorical, and processed using the SPSS program. The results of the data show a distribution that is not normal, so a non-parametric method is used, namely the Mann-Whitney method. Data bivariates were processed using the Chi-Square method and binary logistic regression for raises the P value and OR (Odd Ratio). After that, the data were analyzed using the multivariate method to exclude insignificant data. The results show that the second stage of labor, type of delivery, anesthesia, induction labor, shoulder dystocia, birth weight of the baby, gestational age, and head presentation proved to be a significant risk factor, whereas labor induction was not showed an association with perineal tears.
ABSTRACT
Air mata pada derajat ketiga dan keempat perineum dapat mempengaruhi kualitas hidup wanita. Namun, beberapa penelitian telah dilakukan mengenai insiden tersebut robekan perineum atau OASIS di Indonesia. Penelitian ini dilakukan untuk mencari tahu Apa faktor risiko yang berhubungan dengan derajat robekan perineum tiga dan empat di RSCM (Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo) dari tahun 2011 sampai dengan tahun 2014. Sampel data diambil dari data sekunder berupa rekam medis. Kemudian, data tersebut dikelompokkan menjadi numerik dan kategorikal, dan diolah menggunakan program SPSS. Hasil data menunjukkan distribusi yang tidak normal, sehingga digunakan metode non parametrik yaitu metode Mann-Whitney. Data bivariat diolah menggunakan metode Chi-Square dan regresi logistik biner untuk menaikkan nilai P dan OR (Odd Ratio). Setelah itu, data dianalisis menggunakan metode multivariasi untuk mengecualikan data yang tidak signifikan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa persalinan kala II, jenis persalinan, anestesi, induksi persalinan, distosia bahu, berat lahir bayi, usia kehamilan, dan presentasi kepala terbukti menjadi faktor risiko yang signifikan, sedangkan induksi persalinan tidak menunjukkan hubungan dengan air mata perineum.
Depok: Fakultas Kedokteran Univesitas Indonesia, 2017
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Steven Aristida
Abstrak :
ABSTRAK
Latar Belakang: Robekan perineum derajat III dan IV pada persalinan pervaginam telah menarik perhatian yang cukup tinggi di kalangan praktisi medis. Faktor-faktor risiko yang dapat menyebabkan robekan tersebut perlu diketahui karena dapat menyebabkan inkontinensia alvi di kemudian hari dan menimbulkan keluhan-keluhan pada ibu Tujuan: Mengetahui insidensi terjadinya robekan perineum derajat III dan IV tahun 2013 di RSCM, titik potong berat lahir janin yang berisiko menyebabkan terjadinya robekan dan sistem skor untuk memprediksi terjadinya robekan tersebut. Metode: Penelitian observasional dengan menggunakan metode potong lintang dilakukan di IGD Obstetri dan Ginekologi RSUPN Dr.Cipto Mangunkusumo pada Januari–Desember 2013. Semua subyek bersalin per vaginam sesuai dengan kriteria inklusi dan eksklusi dimasukkan dalam penelitian sampai jumlah subyek minimal terpenuhi. Dengan metode ROC AUC ditetapkan titik potong berat lahir janin yang berisiko terjadinya OASIS. Semua faktor risiko dianalisis dengan analisis regresi logistik. Faktor-faktor yang berhubungan terhadap terjadinya OASIS akan dinilai probabilitasnya dengan menggunakan rumus p= 1/(1+e-y). Hasil: Dari 466 sampel penelitian, Subjek yang mengalami OASIS adalah 43 (9.2%) sampel. Dengan metode ROC AUC didapatkan titik potong berat lahir janin yang berisiko yaitu 2910 gram. Setelah analisis regresi logistik didapatkan 4 variabel sebagai faktor risiko robekan perineum derajat III-IV yaitu persalinan forcep (p<0.001;OR 0.043,IK 95% 0.015-0.123), persalinan vakum (p<0.001;OR 0.131, IK 95% 0.054-0.317), berat lahir janin >2910 gram (p=0.014; OR 0.35; IK 95% 0.157 -0.807) dan multiparitas (p<0.001;OR 6.388; IK 95% 2.57-15.84). Dengan menerapkan rumus probabilitas p= 1/(1+e-y) didapatkan persalinan dengan alat dan berat lahir janin >2910 gram meningkatkan probabilitas terjadinya OASIS., sedangkan multiparitas bersifat sebaliknya. Kesimpulan: Insidensi OASIS perlu diketahui tiap tahunnya untuk menjadi tolak ukur tata laksana yang telah dilakukan. Titik potong berat lahir janin >2910 gram dapat menjadi nilai ukur baru pada penelitian-penelitian selanjutnya karena lebih mewakili subjek orang Indonesia. Sistem skor probabilitas yang sederhana ini dapat membantu klinisi dalam memprediksi terjadinya OASIS pada saat proses persalinan sehingga diharapkan dapat mengurangi insidensinya di masa mendatang.
ABSTRACT
Background: Obstetrical Anal Sphincter Injuries (OASIS) during vaginal deliveries have been highly concerned in daily practices. Risk factors that lead to OASIS must be identified. OASIS may eventually cause faecal incontinence in the future that can cause complaints among patients. Objectives: To identify the incidence of OASIS at Cipto Mangunkusumo Hospital in 2013, to determine cut off point of fetal birth weight that may lead to OASIS and to acquire the probability scoring system for risk factors causing OASIS. Methods: We conducted cross sectional observational research in delivery suite Cipto Mangunkusumo Hospital from Januari to December 2013. After inclusion and exclusion criteria screening, all subjects who underwent deliveries vaginally took part in the research. Receiver Operating Characteristic, Area Under The Curve (ROC) method was performed to determine fetal birth weight cut off point that may cause OASIS. Logistic regresion analysis was performed to analyze all the risk factors. Risk factors that significantly lead to OASIS were calculated and analyzed by equational probability formula p= 1/(1+e-y). Result: Among 466 research samples, we identified there were 43 (9.2%) subjects suffered from OASIS. ROC AUC method were applied to determine fetal birth weight cut off point that may lead to cause OASIS which resulted >2910 gram. As logistic regresion analysis performed, there were four risk factors that may cause OASIS. There were forceps delivery (p<0.001;OR 0.043,CI 95% 0.015-0.123), vacuum delivery (p<0.001;OR 0.131, CI 95% 0.054-0.317), fetal birth weight >2910 gram (p=0.014; OR 0.35; CI 95% 0.157-0.807) and multiparit y (p<0.001;OR 6.388; CI 95% 2.57-15.84). The equation probability formula p= 1/(1+e-y) was conducted. It resulted that assisted vaginal delivery and fetal birth weight >2910 gram increase the probability of OASIS incidence, while multiparity resulted conversely. Conclusion: OASIS incidence is crucial to be identified each year so that we can evaluate the treatment that has been conducted. Fetal birth weight cut off point of >2910 gram can be applied in the next researches in the future because it respresents more proportionally for Indonesian people. This simple probability scoring system can help clinicians to predict OASIS during delivery process so it may reduce the incidence.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library