Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 4 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Wibowo Mukti
"ABSTRAK
Kondisi makro ekonomi yang buruk sebagal akibat dari depresiasi mata uang rupiah
yang dimulai pertengahan tahun 1997 telah mengakibatkan krisis ekonomi dan krisis politik
di Indonesia. Situasi ini tidak menguntungkan bagi dunia usaha dalam menjalankan usahanya
dan mempengaruhi pula kemampuan perusahaan-perusahaan yang memiliki hutang dalam
mata uang asing untuk melunasi pinjaman yang telah jatuh tempo.
Demikian banyak perusahaan yang tidak mampu melanjutkan usahanya, walaupun
memiliki manajemen yang baik, karena besarnya jumlah hutang yang dimiliki oleh sebagian
besar pelaku usaba di Indonesia. Kalau dilihat secara umum timbulnya masalah ini merupakan
kesalahan masa lalu dari berbagai pihak yaitu pengusaha sebagai debitur, kreditur terutama
kreditur dan luar negeri, dan pemerintah.
Sebagian besar pengusaha dalam mengembangkan usahanya mengandalkan dari
pinjaman luar negeri yang tidak disertai prinsip kehati-hatian yaitu membiayai usaha jangka
panjang dengan pinjaman jangka pendek (mismatch), tidak melindungi kewajiban d.alam mata
uang asing dad resiko fluktuasi nilai tukar (hedging), dan terlalu percaya pada stabilitas nilai
tukar yang dipertahankan pemerintah.
Demikian puta kreditur luar negeri pada masa lalu terlalu bernafsu menanamkan
modalnya di Indonesia secara langsung kepada para pengusaha, tanpa disertai penelaahan
yang dalam atas struktur keuangan, operasional usaha, aspek pemasaran, dan faktor lain yang
biasanya perlu dilakukan dalam pemberian kredit.
Di lain pihak pemerintah sebagai penentu kebijakan dan pelaku utama pembangunan
di masa lalu juga memiliki andil dalam timbulnya krisis ini karena terus memperbesar jumlah
pinjaman luar negeri walaupun dengan syarat-syarat yang lunak dan masalah lain yang kurang
mendukung pengembangan usaha nasional yang sehat.
Untuk segera menyelesaikan masalah ini diperlukan langkah pemecahan yaitu
penyelesaian hutang yang menguntungkan semua pihak yang terkait. Mengingat pentingnya
masalah penyelesaian hutang ini sebagai salah satu faktor utama bagi bangsa Indonesia untuk
dapat keluar dari krisis, maka penulis melakukan analisis berbagal alternatif penyelesaian
hutang yang tersedia di Indonesia. Metode analisis yang digunakan adalah membandingkan
berbagai faktor utama yang terdapat di masing-masing alternatif tersebut dengan karakteristik
dan kebutuhan perusahaan sebagai debitur dan diharapkan akan menghasilkan solusi yang
paling menguntungkan berbagai pihak yang terkait.
Pemilihan PT. Astra Tntemational Tbk sebagai perusahaan yang ditelaah didasarkan
pada beberapa alasan yaitu perusahaan dikenal memiliki reputasi yang balk, memiliki hutang
dalam mata uang asing, perusahaun sudah masuk bursa, telab melaicukan restrukturisasi
liutang, dan faktor lain seperti ketersediaan data bagi penulisan karya akhir ini. Kendala yang
dijumpai dalam penulisan karya akhir ini adalah masalah restrukturisasi hutang, baik di dunia
maupun di Indonesia, merupakan topik yang baru dan jarang terjadi sehingga text-book,
artikel, dokumen, data pembanding, dan contoh perusahaan yang telah sukses melakukan
restrukturisasi hutang sangat langka.
Tersedia berbagai alternatif penyelesaian baik penyelesaian di dalam pengadilan
maupun di luar pengadilan. Penyelesaian melalui pengadilan dengan UU Kepailitan sedapat
mungkin dihindari karena berbagai hal yang kurang menguntungkan terutama bagi debitur
dan kreditur. Berbagai pihak baik debitur, kreditur, dan pemerintah juga lebih memilih
penyelesaian di luar pengadilan. Karena bagi debitur terdapat beberapa faktor yang merugikan
jika proses penyelesaian di dalam pengadilan seperti kendali penyelesaian restrukturisasi
dipegang oleb pengadilan dan kreditur; hak pemegang saham beralih; pengajuan permohonan
kepailitan akan merusak reputasi, usaba, dan prospek di masa depan; ketidakpastian waktu
penyelesaian; dan kemungkinan likuidasi.
Pihak kreditur juga lebih menyukai penyelesaian di luar pengadilan karena jika pihak
debitur diberi keleluasan untuk memperbaiki aspek operasional dan keuangannya maka
kreditur sendiri yang pada akhirnya alcan mendapatkan keuntungan atau manfaat
dibandingkan alternatif penyelesaìan di dalam pengadilan. Kemudian pemerintah walaupun
menyediakan sarana hukum berupa UU Kepailitan, selalu berupaya menyediakan alternatif
lain berupa penyelesaian masalah hutang-piutang ini di luar pengadilan dengan membentuk
beberapa institusi yaitu INDRA, Prakarsa Jakarta, BPPN, dan membuat ketentuan baru yang
mendukung baik perubahan maupun penyempurnaan peraturan yang ada.
Berdasarkan hasil analisis karya akhir ini dapat diperoleh kesimpulan bahwa
perusahaan sebaiknya menyelesaikan proses restrukturisasi hutang di luar pengadilan dan
melakukan sendiri proses restrukturisasi hutang tersebut dengan dibantu lembaga konsultan
yang telah berpengalaman dalarn melaksanakan proses tersebut. Metode restrukturisasi
hutang yang paling mungkin untuk dilaksanakan dan paling menguntungkan berbagai pihak
dalam penyelesaian masalah hutangnya adalah memilih metode yang mengkombìnasikan
alternatif dalam kelompok Composition (creditors agree to take less) yang mengurangi jumlah
kewajiban baik bunga rnaupun pokok pinjaman dan digabung atau dikombinasikan dengan
pilihan alternatif dalam kelompok Extension (pay later) yang akan memperpanjang jangka
waktu pengembalian hutang.
Hasil analisis tersebut di atas berdasarkan karakteristik, kondisi internal, dan kondisi
ektemal perusahaan dimana faktor-faktor itu menjadi faktor penentu dan proses pengambilan
keputusan pemilihan alternatif restrukturisasi hutang tersebut. Setelah melakukan evaluasi
proses restrukturisasi hutang yang telah dilakukan oleh PT. Astra International Tbk dan
membandingkan proses tersebut dengan berbagai alternatif yang ada disertai prinsip, langkah,
dan tahapan yang perlu dilalui maka dapat disimpulkan bahwa dalam menyelesaikan masalah
hutangnya perusahaan telah menganut langkah-langkah yang telah berlaku umum dan teruji di
tingkat internasional dalam proses restrukturisasi hutang.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T4731
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Filo Alfart Ilham
"Karya akhir ini membahas tentang strategi bersaing yang diterapkan PT Astra International Tbk. - Toyota Sales Operation atau yang lebih dikenal dengan Auto 2000 dalam menghadapi tantangan Asean Free Trade Area (AFTA) yang rencananya akan diimplementasikan pada tahun 2003. Data untuk keperluan penelitian didapat dengan melakukan studi literatur dan studi kasus. Dalam melakukan analisa digunakan alat analisa berupa teori-teori dan buku referensi. Permasalahan diidentifikasi dari ancaman faktor eksternal yaitu lingkungan umum dan lingkungan industri yang mempengaruhi perusahaan dan yang khususnya berkaitan dengan AFTA.
Tujuan penelitian adalah untuk memaparkan strategi bersaing yang dilakukan Auto 2000 dalam menghadapi perubahan kondisi eksternal khususnya AFTA guna dapat memenangkan persaingan di tingkat nasional dan di regional. Pemaparan strategi dilakukan dalam bentuk identifikasí strategi yang telah dilakukan dan saran atas strategi yang sebaiknya dilakukan.
Auto 2000 merupakan salah satu hasil dari strategi diversifikasi yang dilakukan oleh PT Astra International Tbk (Al) sebagai induk perusahaan dalam bidang usaha otomotif. Bidang usaha otomotif merupakan penyumbang profit yang utama kepada AL Dan bidang usaha otomotif AI, Auto 2000 adalah yang terbesar kontribusinya terhadap profit Auto 2000 merupakan anak perusahaan yang mempunyai manajemen sendiri, dengan bidang usaha utama sebagai penyalur utama kendaraan bermerek "TOYOTA" di Indonesia yang ditunjang oleh bidang usaha layanan purna jual berupa bengkel dan penjualan sukucadang. Dari tahun 1996 sampai dengan tahun 2001 Auto 2000 selalu menjadi pemimpin pasar di industri otomotif Indonesia.
Dengan adanya AFTA maka pergerakan orang, barang dan jasa akan bebas untas negara-negara ASEAN karena adanya penghapusan atau pengurangan hambatan tarif maupun non tarif. Peluang yang ada adalah untuk perluasan pasar dan untuk diversifikasi produk serta jasa. Sedangkan ancaman yang ada adalah banyaknya pesaing baru, tingginya rivalitas dan pesaing yang ada, lambatnya pemulihan ekonomi dalam negeri, menurunnya daya beli masyarakat, perubahan Produce Life Cycle yang cepat, makin tingginya tuntutan konsumen dan posisi tawan dan pemasok yang tinggi. Berbagai ancaman tersebut tentunya akan mengancam target pangsa pasar dan target profit yang telah dicanangkan perusahaan.
Kekuatan yang dimiliki Auto 2000 adalab berupa citraa perusahaan yang kuat, adanya oríentasi pada kepuasan pelanggan, produk dan jasa yang berkualitas, sistem dan infrastruktur yang handal, manajemen yang handal, jaringan disuibusi yang kuat dan iuas, jaringan layanan purna jual yang kuat dan luas, sumber daya manusia yang berkualitas, adanya sumber daya keuangan yang kuat serta database pelanggan yang lengkap. Sedangkan kelemahan yang ada adalah belum konsistennya kualitas dan kuantitas pelayanan dalam pencapaian tingkat kepuasan pelanggan yang ditargetkan, kemampuan untuk berkomunikasi dalam bahasa Inggris yang kurang baik dan belum adanya pengakuan internasional terhadap SOP perusahaan.
Berdasarkan analisa faktor eksternal dan faktor internal yang ada maka dapat disimpulkan strategi bersaing Auto 2000 menghadapi AFTA adalah menggunakan kekuatan yang dimilikinya untuk melakukan diferensiasi produk / jasa dan memperkuat posisi dalam negeri dengan fokus bersaing pada layanan purna jual Untuk dapat menjadi pemain di skala regional maka Auto 2000 harus membenahi segala kelemahannya. Saat ini Auto 2000 sedang melakukan pembenahan seperti pelatihan bahasa lnggris, melaksanakan program-program yang bertujuan untuk kepuasan pelanggan dan menjaga konsistensi pencapaian tingkat kepuasan pelanggan yang ditargetkan.
Guna menangkap peluang untuk perluasan ke pasar regional dapat dilakukan dengan mencoba melakukan aliansi strategis guna membangun jaringan distribusi dan purna jual di negara-negara ASEAN yang punya kemiripan budaya dan bahasa, punya daya beli tinggi serta industri otomotifnya belum begitu berkembang seperti contohnya negara Brunei. Pengetahuan pasar dan networking ke pasar Brunei dapat dipelajari melalui PT. Toyota Astra Motor (TAM) yang selama ini sangat dekat hubungannya dengan Auto 2000. TAM adalah produsen mobil "TOYOTA" di Indonesia dan selama ini negara tujuan ekspor yang terbesarnya adalah Brunei. Perusahaan juga dapat menjadi ISO certified company sebagai kelanjutan dari SOP yang telah dimiliki. Sertflkat ISO yang diakui internasional selanjutnya dapat dijadikan marketing tools agar dapat diakui di tingkat regional."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2002
T3215
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Berny Gomulya
"ABSTRAK
Environment, Health & Safety Division (ERS Division) adalah sebuah divisi di PT
Astra International yang memiliki role yaitu membuat policy, mendukung, serta memantau
Grup Astra dalam bidang lingkungan, kesehatan & keselamatan kerja. Dengan tuntutan pasar
yang selalu dinamis dan kondisi persaingan yang semakin ketat, mengharuskari EHS Division
senantiasa mempertajam dan membuat dinamis strateginya sesuai dengan perkembangan.
Dalam usaha mempertahankan keunggulan, perusahaan perlu menetapkan strategi yang
akan dilaksanakan dan merumuskan rencana kegiatan tersebut serta melaksanakan proses
impiementasinya dengan seksama. Agar strategi dan rencana kerja yang telah ditetapkan dapat
terlaksana dengan baik, maka dalam pelaksanaannya dibutuhkan suatu sistem penilaian kinerja
perusahaan (company wide performance measurement) yang fleksibel dan mampu
mengintegrasikan seluruh kegiatan yang ada dalam perusahaan.
Sistem dan mekanisme penilaian kinerja perusahaan terus berkembang seiring dengan
perkembangan dunia usaha dan perkembangan teori manajemen itu sendiri. Sistem
pengukuran kinerja perusahaan yang tradisional Iebih banyak menekankan pada pengamatan
dan sudut keuangan saja dan sedikit sekali memberikan perhatian atas nilai perusahaan yang
lain seperti tingkat kepuasan pelanggan, tingkat kepuasan karyawan dan kapabilitas operasi
internal perusahaan.
Munculnya pendekatan Balanced Scorecard (BSC) didorong oleh semakin tajarnnya
persaingan usaha dan meningkatnya tuntutan pasar hahwa untuk meraih sukses sebuah
organisasi perlu mengelola seluruh sumber daya yang dimilikinya. Sistem penilaian kinerja
perusahaan yang ada saat ini sangat kental diwarnai oleh tolok ukur keuangan seperti Return
on Investment, Earning per share dan terakhir memakai Economic Value Added.. Maslahnya
sekarang adalah bahwa kinerja yang hendak diukur dalam suatu perusahaan ataupun dalam
satu bidang usaha tidak terbatas pada faktor keuangan saja melainkan juga meliputi kondisi llainnya seperti Vlsi, Strategi. Organisasi, tingkat pencapaìan operasi, kondisi persaingan,
pengembangan sumber daya manusia, tingkat kepuasan pelanngan dan sebagainya.
Dengan memanfaatkan konsep-konsep baru dalam manajemen seperti manajemen
strategi, akuntansi manajemen, pemasaran, analisa rantal nilai (value-chain analysis,
manajemen sumber daya manusia dan teori organisasi, BSC mengetengahkan pendekatan baru
dalam pengukuran kinerja organisasi yang berupaya menjabarkan strategi unit bisnis ke dalam
tindakan operasional sehari-hari sekaligus menyeimhangkan aspek sasaran yang telah
ditetapkan oleh perusahaan.
Cara penilaian kinerja EHS Division berdasarkan pada target-target pencapalan
aktifitas. Hal tersebut cukup bagus, hanya saja target-target tersebut masih bersifát jangka
pendek dan tidak mampu merefleksikan kondisi kinerja perusahaan secara jelas. Dengan
kondisi lingkungan yang terus berubah, EHS Dívision tidak dapat lagi mengukur kinerjanya
dengan cara lama. Perusahaan harus mampu melihat kinerjanya secara jelas, komprchensif
dan terukur.
Sebagai satu metode pengukuran yang strategís, USC mengetengahkan satu sistem
terintegrasi yang menggabungkan tolok ukur keuangan dan non keuangan. Penjabaran dan
penilaian kinerja melalui BSC membantu perusahaan melakukan integrasi seluruh rangkaian
strategi manajemen seperti rekayasa ulang proses bisnis, sistem manajemen terpadu dan
pemberrdayaan karyawan. Sistem yang dibangun melalui BSC memberikan gambaran strategis
serta analisa sebab akibat atas sekuruh kegiatan dan kinerja perusahaan sehingga proses
pelaksanaan strategi perusahaan dan kegiatan pembangunan kompetensi dasar tergambar
dengan jelas. Sistem penilaian kinerja ini sekaligus berfungsi sebagai acuan untuk mengevaluasi keanekaragaman kegiatan EHS Division agar ditentukan aktivitas yang perlu diperhatikan, diperbaiki ataupun dihilangkan agar perusahaan dapat berjalan secara efektif dan efisien, terutama ukuran atas usaha dan keberhasilan membangun kompetensi dasar (core competence) sebagai kunci dalam mempertahankan dan mengembangkan keunggulan bersaing.
Dengan menerapkan BSC, perusahaan bukan saja memiliki tolok ukur kinerja yang komprehensif, tapi para karyawannya juga memahami keadaan perusahaan yang sebenarnya. Dengan demikian, akan tumbuh semangat kebersamaan dan rasa tanggung jawab diantara
para karyawan terhadap maju-rnundurnya perusahaan. Untuk itu, seluruh karyawan
seharusnya mengetahuì dan memahami semua tolok ukur kinerja keempat perspektif, serta
mengetahui dan memaharni cara dan artì angka-angka tersebut.
"
Fakultas Eknonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2000
T2134
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ilia Teresa Cempaka
Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2008
T25613
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library