Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Eka Pudjawati
Abstrak :
Pak Belalang (disingkat:PB) adalah cerita rakyat yang popular. Selama ini penelitian terhadap suatu cerita umumnya dilakukan dari segi Sastra. Melalui penelitian dari segi linguistik-relasi antarkalimat--cerita PB akan dibuktikan keutuhannya sebagai suatu wacana. Penyusunan skripsi ini menggunakan metode kepustakaan, dengan tahap-tahap sebagai berikut: 1) menyusun kalimat _kalimat dalam teks PB secara vertikal; 2) menentukan bagian_bagian wacana dalam teks PB; 3) menentukan batas-batas epi_sode dalam Inti Wacana (IW); 4) meneliti relasi antarkalimat dalam teks PB pada setiap bagian wacana teks PB-- Pembuka Wacana (Pm.W), Inti Wacana (1W), dan Penutup Wacana (Pn.W) --serta setiap episode dalam IW berdasarkan aspek gramati_kal. aspek leksikal, dan aspek semantis; 5) menghitung fre_kuensi pemakaian jenis paduan satuan wacana yang termasuk dalam ketiga aspek tersebut di atas. Dari penelitian dapat diketahui: 1. Berdasarkan aspek gramatikal, leksikal, dan semantis kalimat-kalimat yang terdapat di ketiga bagian wacana--Pm.W, IW, dan Pn.W--- dan dalam episode-episode IW saling berpautan. Hal ini membuktikan bahwa teks PB adalah sua_tu wacana secara utuh. 2. Pertautan yang terjadi di ketiga bagian tersebut telah menbentuk pola teks PB sebagai suatu lingkaran. 3. Kutuhan teks PB ditunjang oleh aspek gramatikal sebesar 28,.16%, aspek leksikal sebesar 44,66%, dan aspek semantis 27, 1%. 4. Dari ketiga aspek tersebut ada tujuh jenis paduan yang cu_kup tinggi frekuensi pemakaiannya: a) repetisi (aspek leksikal); b) hubungan kausal (aspek antis); c) anafora (aspek gramatikal); d) substitusi (aspek. gramatikal) ; e) elipsis (aspek gramatikal); f) hubungan parafratis (aspek semantis); g) sinonim (aspek leksikal).
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1983
S11130
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Maria Indra Rukmi
Abstrak :
Dari penelitian ini kami dapat menarik beberapa kesimpulan tentang cerita Pak Belalang sebagai berikut. 1. Cerita Pak Belalang terdiri dari dua versi yaitu versi transkripsi dan versi pengolahan. Versi transkripsi (versi yang langsung dicatat dari peredaran lisan diwakili oleh naskah W. 212. Versi pengolahan (versi cerita yang telah mengalami pengolahan) diwakili oleh cerita W.S. dan cerita BR. V.D.W. Di pandang dari segi filologi naskah W. 212, dan cerita BR V.D.W. merupakan satu versi, sedangkan cerita W.S. merupakan versi lain yang agak berbeda. 2. Cerita Pak Belalang sebagai dongeng mempunyai fungsi sebagai berikut: a) Sebagai hiburan, b). Sebagai alat pendidikan. c). Sebagai alat untuk melakukan control social. 3. Cerita Pak Belalang ternyata tidak unik, tetapi universal. Selain terdapat di daerah Melayu dan Indonesia juga ada di Negara-negara lain. 4. Adanya persamaan cerita Pak Belalang dengan cerita0cerita di tempat lain, disebabkan oleh difusi (penyebaran), dan kemungkinan berasal dari India.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1977
S10875
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fitriah
Abstrak :
Skripsi ini membahas tenting penggunaan alat-alat kohesif yang terdapat dalam wacana Pak Belalang dan wacana Jakarta. Tujuannya adalah untuk mengetahui tingkat kekohesifan kedua wacana tersebut, bagaimana penggunaan alat-alat kohesifnya, apa persamaan dan perbedaannya. Terakhir alat kohesif apa yang dominan dipergunakan pada kedua wacana tersebut. Wacana adalah satuan bahasa yang terlengkap, dan di dalam hierarki gramatikal berkedudukan sebagai satuan yang tertinggi. Wacana merupakan satuan bahasa yang tidak terbatas dalam jumlah kalimat dan kalimat-kalimat itulah yang merupakan komponen konstruksi wacana. Kalimat-kalimat dalam wacana itu tidak terlepas-lepas begitu saja, melainkan saling berpautan dengan kalimat-kalimat yang lain secara semantis tekstual membentuk kesatuan yang utuh sebagai suatu wacana. Kohesi adalah istilah yang menunjuk pada perpautan kalimat-kalimat itu, yang membatasi kumpulan kalimat itu sebagai suatu wacana. Dengan menghubungkan kalimat-kalimat itu secara kohesif. dapat diketahui tingkat kekohesifan wacana itu. Kohesi ditandai of eh pemarkah-pemarkah yang menghubungkan kalimat-kalimat yang terdapat di dalam wacana itu. Pemarkah-pemarkah itu berupa alat-alat kohesif, yang terdiri dari pengacuan (reference), penggantian (substitution), pelesapan (ellipsis), konjungsi (conjunction), dan leksikon (lexicon). Dilihat dari tingkat kekohesifannya, ternyata wacana Pak Belalang Iebih kohesif daripada wacana Jakarta. Dan berkaitan dengan penggunaan alat-alat kohesifnya, kedua wacana tersebut memperlihatkan penggunaan alat-alat kohesif yang tidak sebanding (tidak sama). Urutan intensitas pemakaian alat-alat kohesif pada Pak Belalang adalah leksikon, pengacuan, pelesapan, konjungsi, dan penggantian. Urutan intensitas pemakaian alat-alat kohesif pada wacana Jakarta adalah leksikon, pengacuan, konjungsi, penggantian, dan pelesapan. Untuk menyampaikan isi cerita, Pak Belalang dan Jakarta sama-sama membuat variasi-variasi. Variasi-variasi tersebut dapat berupa repetisi, pronomina, sinonim, atau penggantian. Alat kohesif yang dominan dipergunakan pada Pak Belalang dan Jakarta adalah leksikon, dan unsur leksikon yang paling dominan adalah repetisi
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 1993
S11208
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library