Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 9 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2010
S3610
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fauziah Sandra Pertiwi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk melihat hubungan antara peer pressure terkait perilaku merokok dan perilaku merokok pada remaja awal, yaitu usia 13-15 tahun di Jakarta. Peer pressure terkait perilaku merokok ialah saat teman sebaya mengkomunikasikan perilaku merokok kepada orang lain dengan cara tertentu baik eksplisit maupun implisit. Pengukuran peer pressure terkait perilaku merokok menggunakan alat ukur Smoking Peer Pressure Scale dan perilaku merokok menggunakan alat ukur Smoking Behavior Scale. Kedua alat ukur tersebut dikembangkan oleh Leventhal (1997). Responden pada penelitian ini berjumlah 339 remaja di Jakarta. Data penelitian kemudian diolah dengan teknik statistik Pearson Product Moment Correlation. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan positif signifikan pada peer pressure terkait perilaku merokok dan perilaku merokok pada remaja awal di Jakarta, r=0.796 (p<0.01). Dengan demikian, semakin tinggi peer pressure terkait perilaku merokok maka semakin tinggi pula perilaku merokok. Implikasi dari temuan penelitian dan saran dibahas lebih lanjut. ...... This research examined the relationship between smoking peer pressure and smoking behavior among early adolescence, an individual with age ranging from 13 to 15 years old, in Jakarta. Smoking peer pressure is when your own age communicate smoking behavior intended to explicitly or implicitly direct one’s behavior in a certain way. In this research, smoking peer pressure is measured by Smoking Peer Pressure Scale and smoking behavior is measured by Smoking Behavior Scale. Both scales were developed by Leventhal (1997). The respondents of this research are 339 adolescents in Jakarta. Data was processed using Pearson Product-Moment Correlation technique. The main results of this research showed that smoking peer pressure positively correlated significantly with smoking behavior among early adolescence in Jakarta, r=0.796 (p<0.01). The result revealed that greater smoking peer pressure, was predicted by higher level in smoking behavior. Research implications of findings and suggestions are discussed.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2015
S58987
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ayuthia
Abstrak :
Peneiitian ini bertujuan untuk memahami pengaruh peer group, dinamika reaksi remaja dalam menghadapi negative peer pressure, serta alasan remaja bereaksi demikian terhadapnya. Hal ini menarik untuk diteliti karena masalah negative peer pressure adalah masalah yang dihadapi oleh sebagian besar remaja, sedangkan tampaknya belum ada peneiitian yang secara khusus menggambarkan reaksi remaja terhadap negative peer pressure. Kebanyakan teori mengenai remaja dan peer group membicarakan mengenai fungsi peer group, pengaruh peer group, dan macam-raacam negative peer pressure yang dialami oleh remaja. Adanya peneiitian ini akan sangat berguna untuk memahami "pergulatan" remaja dalam peer groupnya sehingga dapat dilakukan tindakan preventif agar remaja dapat memberikan reaksi yang tepat terhadap negative peer pressure yang dialaminya. Peneiitian dilakukan pada seorang parlisipan remaja akhir yang mengalami negative peer pressure untuk merokok semenjak ia berada pada masa remaja awal. Metode yang diguna.kan dalam peneiitian ini adalah pendekatan kualitatif yang bersifat eksploratif, dengan in-depth interview. Basil dianalisis menggunakan teori perkembangan remaja dan peer group. Hasil peneiitian menunjukkan bahwa remaja mengalami pengaruh positif dan negatif dari kelompok. Pengaruh positifpeer grow/? adalah berfungsi sebagai sarana untuk: (1) memperoleh status, popularitas dan identitas, (2) meningkatkan esteem, (3) mengembangkan keterampilan sosial, (4) memperoleh dukungan emosional, (5) memperoleh pengalaman dan infonnasi mengenai dunia remaja, (6) mendapatkan pemahaman untuk dapat melihat hal-hal yang positif dari kehidupan pribadi, (7) mengenali diri sendiri dengan lebih baik. Dalam menghadapi negative peer pressure, reaksi remaja adalah konfonn. Namun keputusan untuk konfonn tidak dibuat begitu saja, melainkan terjadi dinamika dalam reaksi remaja. Alasan remaja untuk konform adaiah karena menginginkan status dan penerimaan dari peer groupnya. Keputusan remaja untuk konform ataupun tidak konform dipengaruhi oleh sejumlah faktor, yaitu: jumlah orang yang menekan, suara bulat, keterpaduan, persepsi individu terhadap orang yang memberikan tekanan. tanggapan umum, jenis kelamin, self-esteem dan self-confidence, hubungan dengan orang tua, pola asuh, dan ketidak pastian standar bagi suatu perilaku. Dampak negative peer pressure pada remaja berlangsung cukup lama (sampai dua tahun setelahnya) dan dapat menimbulkan masalah perilaku baru pada remaja. Remaja juga mengalami perasaan-perasaan bersalah, berdosa, dan takut karena melakukan apa yang sebenarnya tidak ingin dilakukan olehnya. Perasaan-perasaan ini juga bertahan cukup lama, bahkan sampai remaja lulus dari SMU. Untuk memperkaya penelitian selanjutnya, peneliti dapat mewawancarai lebih banyak partisipan sehingga dapat dibandingkan antara dinamika reaksi satu remaja dengan yang lainnya. Akan sangat baik apabila dapat mewawancarai remaja dari peer group yang sama, sehingga dapat dilihat reaksi remaja yang berbeda terhadap negative peer pressure yang sama. Jenis peer pressure ywgdi dapat dipersempit sehingga penelitian dapat menjadi lebih terfokus dan dalam.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2002
S2860
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fathya Ardelia Firmansyah Syukur
Abstrak :

Studi ini meneliti hubungan antara intensi untuk prokrastinasi tugas kuliah dengan pemahaman kerentanan terhadap tekanan teman sebaya, serta dengan faktor-faktor dari teori perilaku terencana. Studi ini menggunakan kuesioner untuk mengumpulkan data, empat bagian dari kuesioner menggunakan item dari Ajzen (2006) teori perilaku terencana yaitu Sikap, Norma Subjektif, Persepsi Kendali Perilaku, dan Intensi. Kerentanan terhadap tekanan dari teman sebaya diukur menggunakan item yang diadaptasi oleh Sim & Koh (2003). Dari data, terlihat bahwa ada hubungan positif antara intensi untuk prokrastinasi tugas kuliah dengan sikap dan persepsi kendali perilaku. Sementara itu, intensi untuk prokrastinasi menunjukan hubungan negatif dengan persepsi kerentanan terhadap tekanan teman sebaya. Namun, tidak ditemukan bahwa intensi untuk prokrastinasi tugas kuliah berkaitan dengan norma subjektif. Kesimpulannya, ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi intensi untuk prokrastinasi tugas kuliah, yaitu sikap, persepsi kendali perilaku, dan persepsi kerentanan terhadap tekanan dari teman sebaya.


This study examined the relationship of intention to procrastinate on academic assignment at university with perceiving susceptibility to peer pressure and also with the factors from the theory of planned behavior. The study used a questionnaire to collect the data, four sections of the questionnaire were using the items from Ajzen’s (2006) theory of planned behavior which are Attitudes, Subjective Norm, Perceived Behavioral Control, and Intentions. Susceptibility to peer pressure was measured using the items that were adapted by Sim & Koh (2003). From the data, it shows that there is a positive relationship between the intention to procrastinate on academic assignment with attitudes and perceived behavioral control. On the other hand, the intention to procrastinate is negatively associated with perceived susceptibility of peer pressure. However, it is not found that the intention to procrastinate on academic assignments were associated with subjective norms. In conclusion, there are several factors that can influence the intention to procrastinate on academic assignment, which are attitudes, perceived behavioral control, and perceived susceptibility of peer pressure.

Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Dzikrina Tresna Savitri
Abstrak :
Penelitian ini membahas mengenai hubungan antara peer pressure dengan identitas diri mahasiswa rantau. Jauhnya mahasiswa yang merantau dengan keluarga membuat teman sebaya sebagai sosok penting bagi mahasiswa sehingga dapat berpengaruh dalam sikap dan perilaku mereka karena adanya peer pressure. Peer pressure yang terjadi dapat membuat mahasiswa rantau menyesuaikan diri agar dapat diterima dan dihargai dalam kelompok pertemanan yang mana dapat menimbulkan konflik dalam diri karena bertentangan dengan nilai pribadi. Mahasiswa rantau yang masih termasuk dalam masa emerging adulthood memiliki tugas perkembangan diri, salah satunya mencapai identitas diri yang apabila identitas diri tidak tercapai akan menyebabkan suatu krisis identitas. Dalam bidang Ilmu Kesejahteraan Sosial, kondisi kesejahteraan sosial tercapai ketika terpenuhinya kebutuhan akan material, spiritual, serta sosial warga negara agar dapat hidup yang layak serta mampu mengembangkan diri sehingga dapat menjalankan fungsi sosialnya. Seseorang yang memiliki identitas diri yang baik dapat memahami diri mereka sendiri dan mampu mengembangkan diri mereka sehingga mampu berfungsi secara sosial. Oleh karena itu, penelitian ini menjadi penting untuk dilakukan agar mahasiswa rantau tidak mengalami krisis identitas juga mampu menentukan arah hidupnya ke depan sesuai kehendaknya sendiri serta mampu berfungsi secara sosial baik bagi diri sendiri maupun orang lain. Manfaat dilakukannya penelitian ini, untuk mahasiswa rantau adalah terdapat landasan tentang pentingnya agar mereka tidak hilang arah dalam mencapai identitas diri mereka, tidak menghilangkan latar belakang budaya mereka, serta dapat menentukan arah hidup di masa depan mereka. Penelitian ini menggunakan pendekatan penelitian kuantitatif dengan jenis penelitian deskriptif. Teknis pengumpulan data dalam penelitian ini menggunakan simple random sampling. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Oktober-November 2023 dengan responden yang berjumlah 77 mahasiswa rantau dari luar Jabodetabek Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia angkatan 2020-2022. Dari hasil analisis hubungan antar variabel menggunakan rumus Somers’d menunjukkan bahwa terdapat hubungan positif yang cenderung lemah antara peer pressure dengan identitas diri mahasiswa rantau dengan nilai simetrik sebesar 0,328. Nilai tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi peer pressure maka semakin kuat identitas diri yang dimiliki mahasiswa rantau dan begitu pula sebaliknya. ......This study discusses the relationship between peer pressure and the self-identity of migrant students. The distance from their families of migrant students makes peers an important figure for them so that peers can influence their attitudes and behavior due to peer pressure. Peer pressure could make migrant students adjust themselves in order to be accepted and appreciated in friendship groups which can cause conflict within themselves because they conflict with personal values. Migrant students who are in the emerging adulthood period have self-development tasks, one of which is achieving self-identity, which if self-identity is not achieved will cause an identity crisis. In the field of Social Welfare Science, social welfare conditions are achieved when the material, spiritual, and social needs of citizens are fulfilled in order to live properly and be able to develop themselves so that they can carry out their social functions. Someone who has a good self-identity can understand themselves and be able to develop themselves so that they can function socially. Therefore, this research is important to do so that in addition to overseas students not experiencing an identity crisis, they are also able to determine the direction of their life in the future according to their own will and are able to function socially both for themselves and others. The benefit of doing this research, for migrant students, is that there is a foundation for the importance of not losing direction in achieving their self-identity, not losing their cultural background, and being able to determine the direction of life in their future. This study using a quantitative research approach with descriptive research type. Data collection techniques were simple random sampling. The data collection was carried out in October-November 2023 with 77 respondents from outside Jabodetabek, Faculty of Social and Political Sciences, University of Indonesia, class of 2020-2022. The results of the analysis of the relationship between variables using the Somers'd formula, it shows that there is a positive relationship that tends to be weak between peer pressure and the self-identity of migrant students with a symmetrical value of 0.328. This value shows that the higher the peer pressure, the stronger the self-identity of migrant students and vice versa.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rahel
Abstrak :
Penelitian ini dilakukan untuk melihat hubungan antara tekanan teman sebaya dengan emosi malu dan emosi bersalah pada remaja. Tekanan teman sebaya diukur dengan menggunakan Skala Tekanan Teman Sebaya yang merupakan adaptasi dari Peer Pressure Inventory yang dikembangkan oleh Clasen dan Brown (1985). Emosi malu dan emosi bersalah diukur dengan menggunakan Test of Self-Conscious Affect 3 yang dikembangkan oleh Tangney, Dearing, Wagner, dan Gramzow pada tahun 2000. Terdapat sebanyak 433 remaja di Jakarta yang menjadi partisipan dalam penelitian. Hasil penelitian ini adalah terdapat hubungan yang positif antara dimensi perilaku school involvement dan emosi malu, school involvement dan emosi bersalah, family involvement dan emosi malu, serta family involvement dan emosi bersalah. Terdapat pula hubungan yang negatif antara dimensi perilaku peer involvement dan emosi malu, peer involvement dan emosi bersalah, misconduct dan emosi malu, serta misconduct dan emosi bersalah. ...... This research was conducted to see the correlation between peer pressure with shame and guilt in adolescent. Peer pressure were measured using Peer Pressure Scale that adapted from Peer Pressure Inventory by Clasen and Brown (1985). Shame and guilt were measured using Test of Self-Conscious Affect 3 by Tangney, Dearing, Wagner, and Gramzow in 2000. There was 433 adolescent in Jakarta participated in this study. The result is there is a positive correlation between peer pressure in school involvement and shame, school involvement and guilt, family involvement and shame, and family involvement and guilt. There is also a negative correlation between peer pressure in peer involvement and shame, peer involvement and guilt, misconduct and shame, and misconduct and guilt.
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2014
S56936
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fajrina Safira Al Husni
Abstrak :
Fenomena gim dalam kelompok sosial anak merupakan sesuatu yang tidak dapat dihindari. Salah satu cerita pendek (cerpen) Korea Selatan yang mengangkat fenomena tersebut sebagai latar sosialnya adalah “Dangsin Eommaga Dangsinboda Jalhaneun Geim” karya Park Seo-ryeon. Penelitian ini membahas bagaimana cerpen tersebut menggambarkan fenomena gim dalam kelompok sosial anak. Dengan menggunakan pendekatan sosiologi sastra dan analisis fokalisasi, penelitian kualitatif ini bertujuan untuk mengeksplorasi bagaimana suatu karya sastra dapat memanfaatkan perangkat sastra dalam mengangkat fenomena sosial yang unik sesuai perkembangan zaman. Cerpen ini memperlihatkan bagaimana gim menjadi lebih dekat dengan kehidupan tokoh protagonis sebagai ibu dari seorang anak di era maraknya perkembangan gim. Gim digambarkan memiliki dampak-dampak tertentu dalam kelompok sosial anak, seperti tekanan sosial untuk mahir bermain gim, kursus gim, dan baik atau buruknya hubungan anak dengan orang tua. Penggunaan kata ganti orang kedua yang merujuk pada tokoh ibu dan pemilihan tokoh ibu sebagai fokalisator sepanjang cerita merupakan strategi penulis cerpen dalam membentuk keterlibatan emosional yang kuat antara pembaca dan tokoh ibu. Dengan begitu, pembaca seperti mendapatkan pengalaman mengenal dunia 'nyata' di luar teks berupa isu-isu yang berkaitan dengan fenomena gim dalam kelompok sosial anak melalui kegiatan membaca cerpen ini. ......Game phenomenon may appear in children's social groups. A South Korean short story that uses this phenomenon as a social setting is "Dangsin Eommaga Dangsinboda Jalhaneun Geim" by Park Seo-ryeon. This qualitative research discusses how the story describes the game phenomenon in children's social groups. This paper uses the sociology of literature approach and focalization analysis. It also aims to explore how a literary work utilizes literary devices in presenting unique social phenomena. This short story shows how gaming becomes closer to the protagonist's life as a mother in an era of rampant game development. It describes games' impacts on children's social groups, such as social pressure to be good at playing games, gaming course, and relationships with parents. Furthermore, it uses the second-person pronoun when referring to the mother character and appoints her as the focalizer throughout the story. The story writer utilizes those strategies to form emotional engagement between the reader and the mother character. In this way, it is as if the reader has the experience of getting to know the 'real' world outside of the text about the game phenomenon in children's social groups through reading activity.
Depok: Fakultas Ilmu Pengetahuan dan Budaya Universitas Indonesia, 2022
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Yonathan Krista Abadi
Abstrak :
Penelitian ini bertujuan untuk memahami bagaimana proses perubahan perilaku merokok dari perokok sosial ke perokok aktif serta mengggali faktor-faktor yang melatarinya. Studi-studi sebelumnya membahas tipe perokok dan karakteristiknya, dan perokok sosial merupakan salah satu dari 8 (delapan) tipe perokok. Tipe perokok bisa dinamis, namun belum banyak studi yang membahas bagaimana perubahan dari satu tipe perokok ke tipe lain serta faktor yang melatarinya. Penelitian ini merupakan penelitian studi kasus pada pemuda (21-24 tahun) yang teridentifikasi bergeser dari perokok sosial ke perokok aktif. Argumentasi studi ini adalah perokok sosial yang menjadi perokok aktif lebih karena terpapar perilaku merokok dari kelompok teman sebaya dan mendapatkan tekanan baik secara langsung (direct peer pressure) ataupun tidak langsung (indirect peer pressure). Temuan penelitian menunjukan bahwa proses perubahan perokok sosial ke perokok aktif dapat terjadi melalui empat tahap yaitu; (1) paparan perilaku merokok; (2) inisiatif perilaku merokok aktif; (3) proses pemantapan diri; dan (4) pengukuhan sebagai perokok aktif. Temuan tentang faktor-faktor terkait, menunjukan bahwa tekanan teman sebaya sebagai faktor eksternal berposisi hanya sebagai pendorong, sedangkan faktor internal merupakan pemicu utama pada proses perubahan perokok sosial ke perokok aktif. Faktor internal yaitu keinginan untuk menghilangkan stres melalui rokok dan rokok untuk menemani aktivitas sehari-hari. Sedangkan faktor eksternal yaitu adanya dorongan, tawaran, tantangan, dan paksaan dari lingkungan pertemanan sebaya. ......This study aims to understand how the process of changing smoking behavior from social smokers to active smokers and explore the underlying factors. Previous studies discussed the types of smokers and their characteristics, and social smoking is one of the 8 (eight) types of smokers. The type of smoker can be dynamic, but there are not many studies that discuss how the changes from one type of smoker to another and the underlying factors, especially peer pressure. This research is a case study study on youth (21-24 years old) who were identified as shifting from social smokers to active smokers. The argument of this study is that social smokers become active smokers more because they are exposed to smoking behavior from their peer group and get pressure either directly (direct peer pressure) or indirectly (indirect peer pressure). The research findings show that the process of changing social smokers to active smokers can occur through four stages, namely; (1) initial process: exposure to smoking behavior; (2) smoking behavior change initiatives; (3) the self-establishment process; and (4) confirmation as an active smoker. Findings about the underlying factors indicate that there are internal and external factors. External factors according to the argument of the study, namely the existence of peer pressure in the form of encouragement, offers, challenges, and coercion. While internal factors are in the form of a desire to relieve stress through cigarettes and cigarettes to accompany daily activities.
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2022
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Dhia Fairuz Auza
Abstrak :
Latar belakang: Terdapat peningkatan jumlah perokok remaja di Indonesia berdasarkan perbandingan data Riskesdas 2016 dan Riskesdas 2018. Jika dibandingkan dengan data pada tahun 2016, Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menunjukkan terdapat peningkatan jumlah perokok remaja di Indonesia sebesar 0,3% dengan perokok usia 10- 18 tahun mencapai 9,1%. Beberapa faktor yang melatarbelakangi terbentuknya perilaku merokokpadasiswaadalahhargadiri,tekanandalampertemanan,danpolaasuhnegatif. Metode: Studi cross-sectional yang bertujuan untuk mengetahui hubungan antara harga diri, tekanan dalam pertemanan, dan pola asuh negatif dengan perilaku merokok m elalui Angket Perilaku Remaja Siswa Sekolah Menengah di DKI Jakarta pada bulan November 2023.Penelitianmelibatkan160respondendarikelas10dan11diSMAN38danSMAN 90 Jakarta yang diambil secara stratified proportional random sampling. Hasil: Tidak ada hubungan yang siginifikan antara harga diri (p -value 0,725) dan pola asuh negatif (p-value 0,942) dengan perilaku merokok. Namun, ada hubungan yang signifikan antara tekanan dalam pertemanan (p-value 0,004) dengan perilaku merokok. Kesimpulan: Disarankan bagi SMAN 38 dan SMAN 90 mengadakan program peer educator terkait dampak negatif dari rokok untuk membantu mengurangi tekanan merokok dalam lingkaran pertemanan siswa. ......Background: There is an increase in the number of teenage smokers in Indonesia based on a comparison of Basic Health Research of the year 2016 and 2018. When compared with 2016 data, the 2018 Basic Health Research (Riskesdas) shows that there is an increase in the number of teenage smokers in Indonesia by 0.3% with smokers aged 10 - 18 years reached 9.1%. Several factors behind the formation of smoking behavior in studentsareself-esteem,peerpressure,andnegativeparentingpatterns.Method:Across- sectional approach which aims to determine the relationship between self -esteem, peer pressure, and negative parenting patterns with smoking behavior through the Adolescent Behavior Questionnaire for Middle School Students in DKI Jakarta in November 2023. The research involved 160 respondents from grades 10 and 11 at SMAN 38 and SMAN 90 Jakarta using stratified proportional random sampling. Results: There is no significant relationshipbetweenself-esteem(p-value0,725)andnegativeparentingpatterns(p-value 0,942) and smoking behavior. However, there is a significant relationship between peer pressure (p-value 0,004) and smoking behavior. Conclusion: It is recommended for SMAN 38 and SMAN 90 to hold a peer educator program regarding the negative impacts of smoking to help reduce the pressure to smoke within students' circle of friends.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library