Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 503 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Kinasih Suryo Nugroho
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S8678
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Wylie, Peter
Jakarta: Erlangga , 1997
658.3 WYL pt
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Anita Susilawati
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2009
S8776
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
H.A.W. Widjaja,1940-
Jakarta: RajaGrafindo Persada, 1995
351.1 Wid a
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Cipta Jaya, 2004,
R 342.068 Pet
Buku Referensi  Universitas Indonesia Library
cover
Noe, Raymond A.
Boston : McGraw-Hill, 2005
658.3 NOE e
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Santosa Wahyu Sudrajad
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara Pelatihan, Kecerdasan Emosional terhadap Kompetensi Pegawai Direktorat Jenderal Perlindungan HAM, Departemen Hukum dan HAM. Tersedianya Sumber Daya Manusia yang mempunyai kompetensi yang tinggi dibidang HAM merupakan salah satu faktor pendukung agar organisasi dapat melakukan kegiatan dengan baik. Pelatihan dan Kercerdasan Emosional merupakan faktor penting untuk diketahui mengingat erat kaitanya dengan kompetensi pegawai dalam rangka peningkatan pemahaman di bidang HAM.
Hal ini sejalan dengan apa yang dikatakan Wilson, pelatihan adalah instruksi yang menekankan pada pekerjaan yang spesifik. Sedangkan James D.A Parker mengatakan bahwa Kecerdasan Emosional sangat berkaitan dengan pekerjaan.
Fokus pada penelitian ini adalah Variabel Pelatihan dan Kecerdasan Emosional dalam kaitanya dengan upaya peningkatan kompetensi pegawai Direktorat Jenderal Perlindungan HAM dalam melaksanakan tugasnya.
Penelitian ini menggunakan 73 responden, dari hasil penelitian yang telah diuraikan dapat disimpulkan bahwa secara umum pelaksanaan pelatihan HAM yang diikuti oleh pegawai pada Direktorat Jenderal Perlindungan HAM Departemen Hukum dan HAM RI dinilai baik, kecerdasan emosional tergolong tinggi dan kompetensi di bidang HAM tergolong cukup.
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan antara Pelatihan dengan Kompetensi di bidang HAM para pegawai yang mengikuti pelatihan HAM pada Direktorat Jenderal Perlindungan HAM Departemen Hukum dan HAM RI.
Adanya hubungan positif dan signifikan ini menunjukkan bahwa semakin baik pelaksanaan pelatihan, maka semakin tinggi kompetensi di bidang HAM; dan semakin buruk pelaksanaan pelatihan HAM maka semakin rendah kompetensi di bidang HAM pada pegawai yang mengikuti pelatihan HAM
Terdapat hubungan yang positif dan signifikan kecerdasan emosional terhadap kompetensi di bidang HAM para pegawai yang pernah mengikuti pelatihan HAM. Adanya hubungan positif dan signifikan tersebut menunjukkan bahwa semakin tinggi kecerdasan emosionai, maka semakin tinggi kompetensi di bidang HAM; dan semakin rendah keoerdasan emosional maka semakin rendah kompetensii bidang HAM pegawai yang pemah mengikuti pelatihan HAM pada Direktorat Jenderal Perlindungan HAM, Departemen Hukum dan HAM RI.
Berdasarkan kesimpulan-kesimpulan hasil penelitian sebagaimana tersebut di atas, maka ada beberapa saran yaitu bahwa pelaksanan pelatihan HAM bagi pegawai Direktorat Jenderal Perlindungan HAM Departemen Hukum dan HAM RI perlu dipertahankan atau bahkan disempurnakan karena eksistensinya berpengaruh positif dan signitikan terhadap kompetensi di bidang HAM pada pegawai yang bersangkutan. Upaya penyempurnaan antara lain dapat dilakukan dengan memperbaiki atau meningkatkan kualitas instruktur, metode, kurikulum, dan fasilitas yang sudah ada, khususnya bagian-bagian dari empat komponen tersebut yang masih dinilai kurang begitu memadai oleh para pegawai.
Kecerdasan emosional pegawai pada Direktorat Jenderal Perlindungan HAM Departemen Hukum dan HAM RI perlu ditingkatkan karena terbukti memiliki hubungan dan kontribusi positif terhadap kompetensi di bidang pada pegawai yang bersangkutan. Upaya peningkatan kecerdasan emosional dapat dilakukan secara otodidak melalui Iiteratur-literatur mengenai kecerdasan emosional atau mengikuti pelatihan-pelatihan khusus kecerdasan emosional, baik dengan biaya sendiri maupun atas dukungan organisasi/instransi.

The General Directorate of Human Rights Protection, Department of Law and Human Rights in order to increase its employee's competency in human rights has done many training on human rights. However, until nowadays the result of those training is not identified significantly for the improvement of the employee's competency.
Competency as a capability owned by individual to support his/her organizational works does not appear swiftly. It is constructed from external and internal factors ofa person. Training is an external factor and emotional quotation is internal factor. Training and emotional quotation is according with Wilson statement, training is the instruction which focus on the specific activity. James D.A Parker said that emotional quotation is realted with tehe activity.
Relate to that assumptions, this research aims to examine the relation between training, emotional quotation with employee's competency in the directorate. Training and emotional quotation are important factors to explore because of its relation with employee's competence in order to increase employee's understanding on human rights.
This research chooses 73 respondents collected from employee who has followed human rights training. The method of descriptive and correlation are used and the result shows that training has a positive and significant correlation with employee's competency and the contribution is 21.4%. Emotional quotation also shows positive and signiticant correlation on employees competency and the contribution is 31.5%. Both independent variables show contribution at the rate of 31.5%. lt indicates that there is 55.3% contribution from other factors, which are level of education, working experience, leadership, career opportunity, motivation of work, and culture of organization.
Base on the result, it can be concluded that generally the implementation of training which has been followed by the employee in the directorate is fair, emotional quotation is high, and competency in human rights is fair. Hence, in the future training in the directorate should be improved. Emotional quotation can be increased by reading literature and special training.
"
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2006
T21621
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nur Afiril Utami
"Pencapaian tujuan suatu organisasi akan terlaksana bila sumber daya manusianya menunjukkan kinerja yang baik. Kinerja pegawai dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain : kemampuan dan motivasi. Masalah pokok yang diangkat dalam penelitian ini adalah bagaimana persepsi mengenai kinerja pegawai bidang pembinaan pada Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Rantau Prapat. Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan gambaran tentang persepsi kemampuan dan motivasi mengenai kinerja pegawai khususnya di Lembaga Pemasyarakatan Klas II A Rantau Prapat berdasarkan data empiris. Kerangka teori dari penelitian ini adalah model kerangka perilaku dan kinerja individu dalam organisasi yang dibuat Gibson. Kemampuan adalah yang merujuk kepada suatu kapasitas individu untuk mengerjakan berbagai tugas dalarn suatu pekerjaan, salah satu teori kemampuan menurut Robbin. Jika kemampuan dan motivasi dipersepsikan sebagai indikator utama dalam melaksanakan pekerjaan, maka hal itu akan memacu kinerja pegawai. Ada delapan dimensi karakteristik pekerjaan yaitu pengetahuan, kerjasama, ketrampitan, kedisiplinan, tanggung jawab, kondisi kerja, gaji dan kebijakan dan admnistrasi. Kehsdiran dimensi utama pekerjaan tersebut dapat menimbulkan motivasi intemal yang selanjutnya akan dipersepsikan pada kinerja pegawai. Motivasi adalah kebutuhan yang distimulasi yang berorientasi kepada tujuan individu dalam mencapai rasa puas (William J. Stanton). Kondisi kerja yang aman dan tenang, akan membuat pegawai merasa senang dan menikmati pekerjaannya sehingga akan berpengaruh pada kinerjanya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode kuantitatif, responden yang dilibatkan dalam penelitian berjumlah 50 orang pegawai pada Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Rantau Prapat. Pengambilan data dilakukan melalui sensus populasi. Data primer diperoleh melalui penyebaran kuesioner. Skoring kuesioner menggunakan skala ordinal Likert. Tahap selanjuntya adalah analisis data dengan menggunakan analisis distribusi frekuensi. Pengolahan dan analisis data dihitung secara manual. Hasil analisis statistik menghasilkan kesimpulan bahwa Pegawai LP Klas IIA Rantau Prapat sebagian besar dalam melaksanakan pekerjaan, dilihat dari kemampuan pegawainya lebih mengutamakan indikator kerjasama dikarenakan sebagian besar pegawai bekerja sama dalam melaksanakan setiap bentuk pekerjaan pada bidang pembinaan narapidana. Berdasarkan kesimpulan tersebut, dan untuk peningkatan kinerja pegawai Lem baga Pemasyarakatan Klas IIA Rantau Prapat, maka Kepala Lembaga Pemasyarakatan Klas IIA Rantau Prapat disarankan untuk memberikan instruksi dan pengarahan secara berkala kepada para pegawai agar dapat lebih disiplin kerja dan dapat menanamkan tanggung jawab yang tinggi dari diri pegawai agar pekerjaan di bidang pembinaan dapat terlaksana secara maksimal."
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2008
T24579
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Martocchio, Joseph J.
New Jersey: Pearson Prentice Hall, 2009
658.3 MAR s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Mirna Wahyuni
"PERTAMINA salah satu perusahaan yang mengalami perubahan lingkungan dengan terbukanya pasar bebas pada dunia usahanya serta perubahan organisasi menjadi Persero. Salah satu cara untuk menghadapi hal tersebut adalah dengan mengembangkan karyawannya melalui pelatihan sehingga dapat meningkatkan kesiapan karyawan. Agar pelaksanaan program pelatihan tepat sasaran dan sesuai kebutuhan, maka perlu dilakukan analisis kebutuhan pelatihan.
Analisis kebutuhan pelatihan merupakan proses mengidentiiikasi dan mengevaluasi kebutuhan pelatihan secara sistematik. Analisis ini dilakukan pada Departemen Teknologi Informasi. Proses analisis ini dilakukan dengan mengidentiiikasi kebutuhan pelatihan pada tingkat organisasi, pekerjaan, dan personal.
Pada tingkat organisasi, proses identifikasi dilakukan berdasarkan SWOT, sasaran, dan strategi perusahaan yang menghasilkan kebutuhan organisasi terhadap karyawannya- Pada tingkat pekedaan, digunakan kusioner unuk mengumpulkan infonnasi rnengenai pengetahuan, keahlian, kemampuan yang dibutuhkan untuk melaksanakan pekerjaan. Pada tingkat personal, digunakan "Analisis Gap" untuk menemukan gap pengetahuan, keahlian, kemampuan, dan sikap karyawan. Proses analisis ini akhlmya menghasilkan prioritas pelatihan bcrdasarkan besarnya gap.
PERTAMINA sudah menyadari akan pentingnya pengembangan SDM dalam menghadapi tantangan di masa depan sehingga perusahaan dan karyawarmya mendulcung dilaksanakannya pelatihan. Namun, hal itu belum culcup bila tidak disertai dengan perubahan budaya dan lingkungan kerjanya Oleh karena itu, perlu dilakukan perbaikan budaya dan lingkungan kerja perusahaan."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2004
S50190
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>