Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 7 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Sari Monik Agustin
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2001
S5741
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 2005
S8716
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Woro Dyah Edining Palupi
"Permasalahan yang mendasari penelitian ini adalah adanya suatu gejala dalam masyarakat yang menganggap bahwa usaha sapi perah adalah "bidang laki-laki", sehingga banyak menimbulkan masalah bagi perempuan desa pada umumnya dalam partisipasinya sebagai tenaga kerja di bidang peternakan sapi perah. Padahal kenyataan menunjukkan bahwa perempuan juga mampu mengelola usaha sapi perah sebagaimana halnya laki-laki asal diberi kesempatan dan adanya kemauan perempuan itu sendiri.
Perempuan peternak sapi perah yang dipilih dalam penelitian ini adalah perempuan yang ada di desa Sruai, kecamatan Musuk, kabupaten Boyolali. Pilihan tersebut didasarkan pada pertimbangan bahwa mereka mampu mengelola usaha sapi perah yang sebelumnya juga dikelola oleh laki-laki. Di samping itu desa Sruni merupakan desa penghasil susu terbesar di Kabupaten Boyolali bahkan di Jawa Tengah di mana usaha sapi perah tersebut merupakan usaha yang eksklusif dikelola oleh perempuan.
Penelitian kehidupan perempuan peternak sapi perah dimaksudkan untuk memperoleh gambaran profil nimah tangga perempuan petemak sapi perah dilihat dari besarnya skala usaha serta untuk mengetahui kehidupan perempuan peternak sapi perah dalam usaha dan rumah tangga dan bagaimana berdampak dalam hubungan suami istri sebagai akibat adanya pergeseran pembagian kerja beternak dari laki-laki ke perempuan. Berdasarkan studi ini, diharapkan diperoleh informasi yang dapat dipakai untuk merekomendasikan pengembangan program peternakan sapi perah di tempat lain dengan memperhatikan potensi perempuan sebagai sumberdaya manusia yang patut diperhitungkan.
Sesuai dengan tujuan penelitian yang telah ditetapkan di atas, digunakan pendekatan kuantitatif untuk mengetahui profil rumah tangga dan pendekatan kualitatif untuk mengetahui kehidupan perempuan peternak sapi perah. Dalam pendekatan kuantitatif digunakan wawencara berstruktur, sedangkan dalam pendekatan kualitatif digunakan wawancara mendalam dan pengamatan terlibat dalam pengumpulan data Pendekatan kualitatif yang dipilih dalam penelitian ini adalah pendekatan kualitatif dengan metode studi kasus.
Tahap-tahap pengumpulan data. dilakakan dengan cara. sebagai berikut: (1) Wawancara berstruktur terhadap 66 responden dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui profil rumah tangga perempuan petenaak sapi perah yang meliputi tingkat pendidikan, pekerjaan, penguasaan lahan pertanian, penguasaan sapi perah serta pendapatan dan pengeluaran rumah tangga. Profil rumah tangga perempuan peternak sapi perah bisa dipakai untuk mengetahui sejauh mana tingkat pendidikan, usia, pekerjaan suami, pemilikan lahan dan penguasaan sapi perah menentukan sukses mereka sebagai peternak sapi perah dilihat dari besarnya skala usaha. Profil ini juga memberikan gambaran mengenai sumbangan dari usaha sapi perah untuk kehidupan rumah tangga. Temuan menunjukkan bahwa: (a) potensi perempuan sebagai petemak sapi perah pada semua skala usaha tidak tergantung dari tingkat pendidikan, karena perempuan yang berpendidikan SD pun bisa menjadi peternak sapi perah yang sukses, (b) ada hubungan antara usia responden dengan sukses mereka sebagai peternak sapi perah karena respondenpada semua skala usaha ada pada usia produktif (c) ada hubungan antara pekerjaan suami dengan sukses mereka sebagai peternak sapi perah karena responden dari skala usaha besar mempunyai akses terhadap dana/modal dilihat dari penghasilan suami sebagai pedagang, pegawai negeri/swasta, (d) ada hubungan antara penguasaan tanah dengan besarnya skala usaha sapi perah, di mana semakin besar penguasaan tanah semakin besar skala usaha sapi perah, (e) ada hubungan antara besarnya skala usaha dengan besarnya pendapatan total nnnah tangga, di mana semakin besar skala usaha semakin besar sumbangan pada pendapatan total rumah tangga walaupun perbedaannya tidak menonjol, (2) Untuk menjelaskan kehidupan perempuan peternak sapi perah diperlukan pemahaman yang lebih mendalam. Untuk itu diteliti melalui studi kasus 6 rumah tangga perempuan peternak sapi perah, yang masing-masing terdiri atas 2 rumah tangga yang mewakili petemak berskala usaha besar, berskala usaha sedang dan berskala usaha kecil. Kriteria informan pada masing-masing skala usaha ialah perempuan menikah, mempunyai suami dan anak dengan umur 10 tahun keatas dan mempunyai suami dan anak dengan umur 10 tahun ke bawah, (3) Data untuk menjawab masalah penelitian dapat dilakukan pula dengan cara pengamatan terlibat Peneliti melakukan pengamatan terlibat untuk memperoleh pemahaman cara informan melaksanakan kegiatan, baik dalam kegiatan rumah tangga seperti memasak, mencuci, mengambil air, mengasuh anak dan membersihkan rumah maupun dalam kegiatan usaha sapi perah yang meliputi: membuat dan memberikan konsentrat, memberi rumput, membersihkan kandang, memerah susu, mencuci peralatan, menyetorkan susu, memandikan sapi, memotong rumput, mengangkut kotoran dan memberi jamu
Simpulan penelitian adalah sebagai berikut : (1) Faktor utama yang mendorong informan mengelola usaha sapi perah yaitu mencukupi kebutuhan keluarga dan biaya pendidikan anak Faktor lain adalah untuk memperoleh pengalaman, mendapat teman dan agar tidak tergantung pada suami, (2) Perubahan pembagian kerja yang nyata dalam usaha sapi perah dari laki-laki ke perempuan mempunyai dampak terhadap sistem nilai jender ten-tang pembagian kerja seksual sebagai berikut : a) pekerjaan yang dulu dianggap pantas untuk laki-laki saja sekarang dianggap lebih cocok untuk perempuan dengan alasan yang berhubungan dengan nilai feminitas yang umum berlaku, b) nilai mengenai perempuan sebagai pencari nafkah tidak berubah karena informan tetap diatom hanya membantu mencukupi kebutuhan keluarga walaupun informan dapat mengkontribusi pendapatan rumah tangga lebih besar dari suami, c) nilai peran sebagai ibu rumah tangga adalah tetap peran utama searang perempuan, hanya dalam kegiatan rumah tangga bukan lagi tugas yang selalu harus diutamakan, d) pekerjaan yang secara tradisi dilakukan oleh laki-laki dan dianggap cocok untuk laki-laki, setelah diambil alih oleh perempuan juga dianggap membutuhkan sifat-sifat yang biasanya dimiliki perempuan, (3) status informan relatif meningkat setelah menjadi peternak sapi perah namum masih belum setara dengan suami.
"
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Siprianus Jemalur
"ABSTRAK
Study ini membahas soal kompleksitas relasi kuasa yang dihadapi oleh perempuan dikaitkan dengan fenomena kematian ibu melahirkan di desa Ngancar, kecamatan Lembor, Kabupaten Manggarai, Flores, NTT. Study ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan perspektif feminis. Tipe penelitian ini adalah studi kasus dengan fokus pada kematian ibu MM yang meninggal karena melahirkan.Tehnik pengumupulan data yang digunakan adalah wawancara, penelusuran sejarah dan observasi. Hasil penelitian ini menunjukkan kompleksnya relasi kuasa yang dihadapi oleh ibu MM. Pertama, rrelasi kuasa dengan suami. Sebagai ata peang , ibu MM tidak memiliki kuasa atas sumber daya ekonomi dalam keluarga melainkan suaminya sebagai ata one . Melalui sistem perkawinan dan mahar, ibu MM telah diobyektifikasi melalui belis yang diberikan oleh pihak keluarga laki-laki terhadap keluarganya. Selain itu, ibu MM juga memiliki beban ganda dalam keluarga karena selain bertanggung jawab terhadap pekerjaan reproduktif ibu MM juga memiliki peran produktif termasuk dalam keadaan hamil. kedua, relasi kuasa dengan keluarga baik keluarga kandungnya maupun keluarga suami. Sebelum menikah, orang memiliki kuasa atas sumber daya ekonomi dalam keluarganya dalah saudara laki-lakinya sebagai ata one, bukan dirinya sebagai ata peang. setelah menikah, ibu MM memiliki kewajiban untuk selalu terlibat dalam kegiatan adat dalam keluarganya seperti perkawinan, kematian, kelahiran dan sebagainya. Demikian pun dalam keluarga besar suaminya. ketika ada anggota keluarga dari suami yang menikah, ibu MM memiliki kewajiban untuk terlibat dengan memberikan kontribusi uang terhadap acara perkawinan tersebut. Ketiga, relasi kuasa dengan komunitas. Ketiga ada warga laki-laki dalam suau komunitas menikah, ibu MM dan suaminya memiliki kewajiban untuk memberikan kontribuso dalam bentuk uang. Kompleksnya relasi kuasa yang dihadapi oleh ibu MM membuat ia tidak memprioritaskan terhadap kesejahteraan dirinya termasuk kesehatan reproduksinya. Kondisi ini diperburuk oleh sulitnya ibu hamil termasuk ibu MM untuk mengakses fasilitas kesehatan yang baik dan bermutu. Kesehatan reproduksi yang buruk pada kahirnya bermuara pada kematian karena melahirkan. Hasil penelitian ini merkomendasikan lima hal. pertama, perlu melakukan evaluasi kembali terhadap pembedaan natara laki-laki sebagai ata one dan perempuan sebagai ata peang karena hal ini menciptakan diskriminasi terhadap perempuan. kedua, perlu evalusi kembali terhadap sistem perkawinan dan belis karena hal ini telah menciptakan obyektifikasi dan kapitalisasi terhadap anak perempuan. ketiga, sejak kecil, anak laki-laki perlu disosialisasikan dengan pekerjaan reproduktif dan produktif sehingga beban kerja dalam keluarga menjadi seimbang. keempat, suami perlu secara aktif mendampingi istri baik ketika melakukan pemeriksaan kesehatan maupun melahirkan di fasilitas kesehatan. Kelima, negara wajib menyediaakn infrstruktur kesehatan dan tenaga kesehatan yang berkualitas dan mudah diakses oleh ibu hamil untuk mencegah kematian karrena melahirkan.

ABSTRACT
This thesis discusses the complexity of power relations faced by women in their that during maternal delivery in the village of Ngancar. Qualitative approach with feminist persepctive has been used along the process of the study analysis. The death case of ibu MM, a mother who dies during maternal delivery becomes the focus of the study. Data was gathered by intervewing the closest siblings and explore her life history. The study found the complexity of power relations face by ibu MM. Such complexities are shown in three aspects. first power relation with husband. As ata peang outsider , ibu MM does n ot have full authority to the family economic resources as happened to other dominant cultures her husband as ata one insider of the family has. Through marrige system which she has been giveb belis ibu MM has been bought by the husband family, thus she had to work for the whole family. Besides that she had double burden in her own family for domestic reproductive works and productive agriculture works even at the time of pregnancy. Secondly, power relations with two families of her own and husband family. Before married, her male siblings as ata one have high authority to access economic resources, she as ata peang did not have. After married, ibu MM remained family obligtion in various customs ritual and events such as marriage, death, birth and so on. This kind of similir obligations added to her husband 39 s family. She had to provide material contribution for belis whenever one of her husband siblings get married. Thirdly is power relations to her community. Ibu MM had to provide money contribution to the family neighbors whenever one of the members conducts family party. Ibu MM had face such kind of complexity inter woving power relations which made difficult to take care of herself, including to pay attention to her reproductive health. This condition added by the worst condition to access good quality of health access. Her bad health condition eventually took her life, this study recomends five aspects. first is re evalte the division between men as ata peang and womrn as ata one because this has created sexual discrimination. secondly, marriage system and dowry also needs to be evaluated as this has created women becomes family source of material in form of cash and livestock that affect to women burden, means women has become economic capital by the whole family. thirdly, needs socialization for boys from the very beginning to involve in reproductive and productive works, to make them understand about sharing household burden and gender equality. fourhly, husband sholu be actively take part during antenatal care as well as maternal delivery. fifthly, the tate should provide accessible good quality of health facility and health workers for women during pregnancy through delivery to prevent death."
2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Apsari Amanda Putri
"Penelitian ini membahas mengenai domestikasi yang dialami oleh tenaga kerja wanita Jepang melalui fenomena matahara. Matahara adalah penindasan atau perlakuan diskriminatif di tempat kerja yang dilakukan terhadap tenaga kerja wanita yang sedang hamil. Berdasarkan data-data yang didapat, korban matahara menerima anjuran atau paksaan untuk berhenti bekerja supaya dapat menjadi ibu sepenuhnya. Keberadaan sosok suami yang dianggap mampu memberikan nafkah juga menjadi salah satu alasan pelaku dalam melakukan matahara. Kedua hal ini menunjukkan adanya indikasi pandangan masyarakat Jepang mengenai pembagian kerja seksual yang memunculkan domestikasi berupa matahara. Domestikasi yang tercermin dalam fenomena matahara ini menunjukkan bahwa tenaga kerja wanita Jepang merupakan korban kekerasan simbolik berupa dominasi wacana yang sarat akan pembagian kerja seksual.
......
This study focuses on the domestication experienced by Japanese women workers observed through the phenomenon of matahara. Matahara is the oppression or discriminatory treatment at work done towards pregnant workers. Based on the data obtained, the matahara victims received suggestion or coercion to stop working in order to become full time mother. The existence of a husband who is considered capable of providing a living is also seen to be a reason for the perpetrators in doing matahara. Both of these points indicate the Japanese society 39 s view toward sexual division of labor which encourage the domestication through matahara. The domestication reflected in matahara phenomenon shows that Japanese women workers are victims of symbolic violence in the form of domination of discourse which is full of sexual division of labor."
Jakarta: Sekolah Kajian Stratejik dan Global Universitas Indonesia, 2017
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library