Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 8 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Elia Daini Zardi
Abstrak :
Lelaki Beresiko Tinggi membeli seks nomor dua setelah waria. Mereka merupakan jembatan penular infeksi HIV dari kelompok resiko tinggi kepada wanita resiko rendah. Penggunaan kondom yang tidak konsisten mempunyai peranan menjadi faktor resiko transmisi penularan infeksi HIV. Tesis ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan HIV/AIDS dengan konsistensi penggunaan kondom pada Lelaki Beresiko Tinggi (LBT) di Indonesia yang merupakan analisis lanjut dari data STBP tahun 2015. Disain studi adalah cross-sectional. Subyek dalam penelitian ini adalah 1867 Lelaki Beresiko Tinggi (LBT) yang pernah menggunakan kondom. Hasil penelitian didapatkan proporsi konsistensi penggunaan kondom sebesar 27% dan proporsi pengetahuan yang baik tentang HIV/AIDS sebesar 57,3%. Analisis multivariat menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan HIV dengan konsistensi penggunaan kondom dengan PR adjusted 1,190 [95% CI: (1.027-1,864)]. Kesimpulan studi ini adalah pengetahuan yang baik berpeluang 1,194 kali lebih konsisten menggunakan kondom dibandingkan yang pengetahuan kurang setelah dikontrol oleh kofounding persepsi resiko tertular HIV, pekerjaan, lama meninggalkan keluarga dan variabel interaksi pengetahuan dengan keterpaparan media informasi HIV.
Men are at high risk of buying number two sex after transvestites. They are bridges that transmit HIV infection from high risk groups to low risk women. The use of inconsistent condoms is one of the factors of transmission. The thesis is a crosssectional study as part of National IBBS 2015 which discuss associated HIV/AIDS knowledge with the consistency of condom use in High Risk Men (LBT) in Indonesia. The subjects in this study were 1867 High Risk Men who had used condoms. The results showed that the proportion of condom use was 27% and the proportion of good knowledge about HIV/AIDS was 57,3%. Multivariate analysis states an association between knowledge of HIV and the consistency of condom use with adjusted Ratio Prevalent 1,190 [95% CI: (1,027-1864)]. The conclusions of this study are that knowledge has a good chance of 1,190 times more using condoms compared to poor knowledge controlled by confounding perception of HIV infection risk, job, duration of leaving family and interaction variables like HIV konowledge with exposure to HIV information media.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2019
T52841
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Novi Pampalia
Abstrak :
TB dan HIV masih menjadi isu kesehatan global. Tujuan penelitian ini untuk mengindetifikasi hubungan antara pengetahuan HIV, pengetahuan HIV, stigma HIV, stigma TB terhadap perilaku pencarian pengobatan pada ODHA koinfeksi TB di Kota Jakarta. Menggunakan desain cross sectional dengan teknik porpusive sampling pada responden yang berkunjung ke poli VCT RS di Jakarta dengan melibatkan 115 ODHA koinfeksi TB. Menggunakn 4 instrumen yakni: Brief HIV-Knowledge Questionnaire (HIV-KQ-18), Knowledge survey Questionnaire, Berger HIV stigma Scale, tuberculosis-related stigma scale. Terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan TB dengan dengan perilaku pencarian pengobatan (p value: 0,042) dan antara stigma TB dengan perilaku pencarian pengobatan (p value: 0,026). Perawat perlu meningkatkan edukasi tentang pengetahuan TB dan stigma TB. Selain itu, diperlukan konseling HIV tentang komplikasi TB pada ODHA serta upaya menurunkan stigma.
TB and HIV are still global health issues. Aim of this study was to identify the relationship between HIV knowledge, TB knowledge, HIV stigma, TB stigma and health seeking behavior in PLWHA coinfected TB in the city in Jakarta. Used a cross-sectional design with a purposive sampling technique on respondents who visited the VCT clinic hospital in Jakarta involving 115 PLWHA coinfected TB. This research uses 4 instruments, namely: Brief HIV-Knowledge Questionnaire (HIV-KQ-18), Knowledge survey Questionnaire, HIV stigma Scale, tuberculosis-related stigma scale. This study shows that there is a significant correlation between TB knowledge and health seeking behavior (p value: 0.042) and between TB stigma and health seeking behavior (p value: 0.026). Nurses need to improve education about TB knowledge and TB stigma. Besides, it also need HIV counseling about TB complications in PLWHA and efforts to reduce stigma.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2019
T53242
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Tia Atnawanty
Abstrak :
Perilaku seksual berisiko merupakan aktivitas yang memiliki dampak negatif pada kehidupan seseorang yang melakukannya, dapat terjadi karena kurangnya pengetahuan tentang HIV/AIDS, kesalahpahaman penularan HIV, dan stigma pada ODHA di masyarakat. Tujuan penelitian ini untuk mengidentifikasi hubungan pengetahuan HIV/AIDS dan stigma HIV/AIDS terhadap perilaku seksual berisiko pada Suku Atoin Meto. Penelitian ini menggunakan desain cross sectional dengan teknik consecutive sampling pada 142 responden Atoin Meto. Hasil penelitian menunjukkan terdapat hubungan yang signifikan antara pengetahuan HIV/AIDS terhadap perilaku seksual berisiko (p value = 0,035, ɑ = 0,05; OR = 2,360), sedangkan pada variabel stigma HIV/AIDS, tidak terdapat hubungan yang bermakna. Pada analisis multivariat akhir dengan regresi logistik berganda, variabel yang berpengaruh adalah pengetahuan HIV/AIDS, jenis kelamin dan pendapatan, yang paling mempengaruhi adalah jenis kelamin (p value = 0,006, ɑ = 0,05; OR = 6,349). Diperlukan intervensi khusus seperti edukasi pendidikan rutin sebagai upaya untuk meningkatkan pengetahuan HIV/AIDS dan menurunkan perilaku seksual berisiko pada masyarakat etnis khususnya Atoin Meto. ......Risky sexual behavior is an activity that has a negative impact on the life of a person who does it, can be occur due to lack of knowledge about HIV / AIDS, misunderstanding of HIV transmission, and stigma on ODHA in society. The purpose of this study was to identify the relationship of HIV/AIDS knowledge and the stigma of HIV/AIDS to risky sexual behaviors in the Meto Atoin Tribe. This study used cross sectional design with consecutive sampling techniques on 142 Respondents atoin Meto. The results showed a significant link between HIV/AIDS knowledge of risky sexual behaviors (p value = 0.035, 0.05; OR = 2,360), while in the hiv/AIDS stigma variable, there is no meaningful relationship. In the final multivariate analysis with multiple logistic regressions, the influential variables are HIV/AIDS knowledge, gender and income, the most affecting being gender (p value = 0.006, 1 = 0.05; OR = 6,349). Special interventions such as routine education are needed in an effort to increase hiv/AIDS knowledge and reduce risky sexual behavior in ethnic communities, especially Atoin Meto.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Faritz Aldy Ramanda
Abstrak :
Perawat memiliki peran yang sangat besar dalam pelayanan kesehatan, karena itu seorang perawat sudah selayaknya memiliki tingkat pengetahuan yang baik, termasuk pengetahuan mengenai HIV. Perawat yang memiliki pengetahuan yang minim cenderung berdampak pada penurunan kualitas pelayanan kesehatan. Penelitian deskriptif dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari penelitian sebelumnya, bertujuan untuk menggambarkan tingkat pengetahuan perawat di Indonesia dan perbedaan tingkat pengetahuan berdasarkan faktor usia, pengalaman bekerja, jenis kelamin, pendidikan terakhir, agama, dan pelatihan HIV yang pernah diikuti perawat. Hasil penelitian menunjukkan bahwa 64,9 persen perawat yang bekerja di rumah sakit memiliki tingkat pengetahuan terhadap HIV yang kurang. Penelitian ini dapat menjadi bahan pengembangan penelitian selanjutnya mengenai perawat dan HIV di masa yang datang. ...... Nurses have a big role in health care, therefore, a nurse must have a good level of knowledge, including knowledge about HIV. Nurses who have less knowledge will tend to impact on the quality of health care. Descriptive study using secondary data that is obtained from previous study will describe the level of knowledge of nurses in Indonesia and the differences levels of knowledge based on age, work experience, gender, education, religion, and HIV training. Results of the research showed that 64.9 percent of nurses who work in hospitals have low levels of knowledge about HIV. This research can be research materials for develop the research about nurse and HIV in the future.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2014
S54816
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Herlia Yuliantini
Abstrak :
Kurangnya pengetahuan HIV/AIDS pada remaja mempengaruhi sikap remaja pada perilaku seksual pranikah sehingga akan meningkatkan kerentanan remaja tertular HIV/AIDS. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi hubungan antara tingkat pengetahuan HIV/AIDS dan sikap remaja terhadap perilaku seksual pranikah. Desain dalam penelitian ini adalah deskriptif korelatif dengan pendekatan cross sectional. Pengambilan data dilakukan dengan menggunakan kuesioner dan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel 96 orang. Hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas siswa memiliki tingkat pengetahuan HIV/AIDS yang baik dengan sikap yang tidak mendukung terhadap perilaku seksual pranikah. Penelitian ini juga menunjukkan bahwa jenis kelamin berhubungan dengan sikap terhadap perilaku seksual pranikah (p=0,0005). Peningkatan pengetahuan tentang HIV/AIDS melalui pengembangan kurikulum dan penyusunan strategi promosi kesehatan yang tepat bagi remaja menjadi upaya untuk memperbaiki sikap remaja terhadap perilaku seksual pranikah. ......Lack of HIV/AIDS knowledge on adolescent influences the adolescent attitude towards premarital sexual behavior so it will increase the adolescent vulnerability to HIV/AIDS infection. The aim of this study was to identify the correlation between the level of HIV/AIDS knowledge and adolescent attitude towards premarital sexual behavior. Descriptive correlative study and cross sectional approach was conducted by using questionnaires among 96 purposively selected students. The results showed that most of the students had high level of HIV/AIDS knowledge with unfavorable attitude towards premarital sexual behavior. This study also indicated that sex correlated with attitude towards premarital sexual behavior (p=0,0005). Improvement of HIV/AIDS knowledge through developing the curriculum and creating appropriate health promotion for adolescent should be addressed to reform the adolescent attitude towards premarital sexual behavior.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2012
S43157
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Erna Widyastuti
Abstrak :
HIV/AIDS di Indonesia semakin menjadi salah satu masalah kesehatan masyarakat di Indonesia, dan telah mengalami perubahan dari epidemik rendah menjadi epidemik terkonsentrasi. Salah satu program pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS adalah dengan upaya promotif berupa penyuluhan baik secara individu maupun secara kelompok untuk meningkatkan pengetahuan masyarakat. Pengetahuan tentang HIV/AIDS perlu diberikan pada masyarakat dengan memperhatikan dan menyesuaikan dengan karakteristik masyarakat. Penelitian ini adalah analisis data SDKI tahun 2007 tentang faktor-faktor yang berhubungan dengan pengetahuan tentang HIV/AIDS pada wanita usia subur di Indonesia. Variabel independen adalah karakteristik wanita usia subur (umur, status perkawinan, pendidikan, tipe daerah tempat tinggal, status ekonomi) dan keterpajanan terhadap media massa. Hasil analisis menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan tentang HIV/AIDS dengan karakteristik wanita usia subur dan keterpajanan terhadap media massa. Wanita usia subur dengan umur 20 - 35 tahun, yang tinggal diperkotaan dan berstatus kawin, memiliki tingkat pendidikan tinggi, dan tingkat status ekonomi teratas serta terpajan terhadap media massa, memiliki pengetahuan yang baik tentang HIV/AIDS. Variabel yang paling berpengaruh terhadap pengetahuan tentang HIV/AIDS adalah variabel pendidikan tinggi (OR : 13.9, 95% CI : 10.4-18.6), semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang maka berpeluang memiliki pengetahuan yang baik tentang HIV/AIDS 13.9 kali dibandingkan responden dengan tingkat pendidikan rendah. Berdasarkan hasil analisis, maka disarankan agar para kader/petugas kesehatan, perlu melakukan intervensi yang terus menerus pada kelompok masyarakat desa, dengan tingkat pendidikan rendah dan status ekonomi rendah melalui seringnya mengadakan penyuluhan tentang HIV/AIDS dengan cara penyampaian yang lugas dan mudah dipahami.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2013
S45691
UI - Skripsi Open  Universitas Indonesia Library
cover
Noverita Irmayati
Abstrak :
Peningkatan prevalensi HIV/AIDS menjadikan perempuan merupakan kelompok berisiko dengan jumlah kasus terus meningkat setiap tahunnya sebesar 68 dari tahun 2010-2016 Kementerian Kesehatan RI, 2017. Penelitian ini bertujuan mengidentifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi motivasi HIV testing pada perempuan di RSUD Dr.H.Abdul Moeloek Lampung. Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah cross sectional dengan menggunakan tehnik consecutive sampling. Jumlah sampel dalam penelitian berjumlah 120 perempuan dengan HIV positif. Pengukuran stigma menggunakan Berger stigma scale, pengetahuan tentang HIV HIV KQ 18 dan perilaku berisiko Safe sex Behaviour Questionaire yang telah dilakukan uji validitas dan reabilitas. Hasil analisis menunjukkan bahwa variabel yang memiliki hubungan bermakna yaitu pendidikan p = 0,000, OR = 0,164, penghasilan p = 0,005, OR = 0,127, pekerjaan p = 0,011, OR = 3,030, stigma p = 0,019, OR = 0,367, pengetahuan tentang HIV p = 0,011, OR = 0,267 dan perilaku berisiko p = 0,041, OR = 0,041, sedangkan variabel yang memiliki hubungan tidak bermakna adalah usia p = 0,553, OR = 0,646 dan status pernikahan p = 0,839, OR = 0,849. Faktor yang paling dominan mempengaruhi motivasi HIV testing yaitu pekerjaan dengan p value 0,009, ? = 0,05 pada CI 95 OR 2,970 1,111-7,938. Rekomendasi : peningkatan sosialisasi kepada kelompok perempuan berisiko tinggi dan berperan aktif dalam skrinning awal HIV/AIDS.
The enhancement of HIV AIDS prevalence makes women as risk groups with the increasing of total case each year with total number 68 from 2010 until 2016. This research aimed at identifying factors that influenced motivation of HIV testing in women at RSUD Dr. H. Abdul Moeloek Lampung. The design of this research was cross sectional using consecutive sampling. Total sample of this research was 120 women with positive HIV. Instrument in this research use Berger stigma scale to measure stigma, knowledge about HIV HIV KQ 18, and risk behavior safe sex behavior questionnaire that has been tested with validity and reability test. The analysis result showed that variables with significant correlations are education p 0,000, OR 6,091, income p 0,005, OR 7,857, occupation p 0,011, OR 0,330, stigma p 0,019, OR 2,727, knowledge about HIV p 0,011, OR 3,750, and risk behavior p 0,041, OR 2,381, meanwhile the variables without significant correlations are age p 0,553, OR 1,548, and marriage status p 0,839, OR 1,178. The dominant factor that influenced motivation of HIV testing is education with p value 0,009, 0,05 at CI 95 OR 3,708 1,382 ndash 9,952. The recommendations of this research are to enhance socialization to risk behavior groups and to do an active role in screening HIV AIDS.
Depok: Fakultas Ilmu Keperawatan Universitas Indonesia, 2018
T51588
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Handayani
Abstrak :
Transmisi seksual adalah faktor utama pertumbuhan epidemi HIV/AIDS di dunia. Kasus HIV/AIDS paling banyak adalah pada pria dan kelompok umur 20-39 tahun. Upaya untuk menekan pertumbuhan epidemi tercepat adalah menurunkan insiden HIV dengan mengubah perilaku berisiko menjadi aman dan mengurangi stigma/diskriminasi terhadap ODHA. Penelitian terdahulu menunjukkan ada hubungan antara pengetahuan HIV/AIDS dengan sikap dan perilaku berisiko HIV. Tujuan penelitian untuk mengetahui pengaruh tingkat pengetahuan HIV/AIDS terhadap sikap positif dan perilaku aman HIV/AIDS. Desain studi cross-sectional menggunakan data SDKI 2012. Hasil penelitian menunjukkan pria kawin dan pria belum kawin dengan tingkat pengetahuan tinggi berpeluang lebih besar untuk memiliki sikap positif dan perilaku aman HIV/AIDS dibanding pria dengan tingkat pengetahuan rendah. ...... The major factor of HIV spreading is sexual transmission. Most cases happened on men and people in 20-39 years old range. One of HIV-growth suppressing effort is to reduce HIV incidence. It can be done by switching the risk behaviour into safe behaviour and decreasing the stigma towards PLWHA. The earlier studies showed that there are association between knowledge of HIV/AIDS attitudes and risk behavior related to HIV/AIDS. The objective of study is to investigate the effects of HIV/AIDS knowledge toward attitudes and HIV/AIDS risk behavior on men. This cross-sectional study using DHS Indonesian Year 2012 and inform us that either married men and unmarriedmen who have highly knowledge have more chance to gain possitive attitude and HIV/AIDS safe behavior rather than low HIV/AIDS knowledge men.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2014
S55330
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library