Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 933 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Jakarta: Gramedia, 1996
616 EVE t
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Pinardi Hadidjaja
Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia, 1985
614.55 PIN s
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Wanda Gautami
Abstrak :
Pendahuluan: Penyakit respirasi merupakan masalah kesehatan dengan angka kejadian tinggi di Indonesia. Penyakit respirasi kronik seperti asma, pneumonia, tuberkulosis, dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) juga merupakan penyebab mortalitas yang tinggi di Indonesia. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara kondisi lingkungan rumah terhadap prevalensi penyakit respirasi kronik yaitu PPOK, batuk kronik, tuberkulosis paru, asma, pneumonia, dan infeksi fungal pada penghuni rumah susun di Jakarta. Metode: Penelitian ini menggunakan metode cross-sectional dengan alat ukur berupa kuesioner. Penelitian dilakukan terhadap 120 keluarga yang tinggal di rumah susun menengah kebawah di Jakarta pada tahun 2012. Variabel lingkungan yang diteliti meliputi ventilasi, pencahayaan, kepadatan hunian, sarana sanitasi, suhu udara, dan kelembaban udara. Hasil: Dari 120 keluarga, didapatkan 513 data penghuni rumah susun dengan prevalensi penyakit respirasi secara total sebesar 41,9%, secara rinci yaitu prevalensi tuberkulosis paru sebesar 7,6%, PPOK sebesar 1,8%, asma sebesar 1,0%, infeksi fungal sebesar 0,8%, pneumonia sebesar 0,2%, batuk kronik sebesar 0,6%, dan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) sebesar 32,9%. Hasil analisis menunjukkan terdapat hubungan yang bermakna antara prevalensi penyakit respirasi kronik dengan ventilasi rumah susun (p=0,042) , dan dengan pencahayaan dalam rumah susun (p=0,003). Kesimpulan: Penyakit respirasi kronik memiliki hubungan dengan keadaan lingkungan yaitu ventilasi dan pencahayaan pada penghuni rumah susun di Jakarta.
Introduction: Respiratory disease is one of the highest prevalence health problem in Indonesia. Chronic respiratory disease such as asthma, pneumonia, tuberculosis, and Chronic Obstructive Pulmonary Disease (COPD) are the top leading cause of mortality in Indonesia. The objective of this study is to know the relationship between flat environmental condition and prevalence of chronic respiratory disease, which is COPD, chronic cough, tuberculosis, asthma, pneumonia, and fungal infection of flat occupiers in Jakarta. Method: This study was an observational research using cross-sectional design. Data was obtained through questionnaire. This study was conducted on 120 families who live in lower middle flats in Jakarta on 2012 The environmental variables of this study specifically include ventilation area, natural lighting in the house, occupancy density, basic sanitation facilities, temperature, and humidity of the flats. Result: From 120 family, 513 data of flat occupiers in Jakarta is obtained with the prevalence of respiratory disease in a total of 41.9%, specifically tuberculosis with prevalence of 7,6%, COPD with 1,8%, asthma with 1,0%, fungal infection with 0,8%, pneumonia with 0,2%, chronic cough with 0,6%, and acute respiratory infection with 32,9%. Significant relationship was obtained between prevalence of chronic respiratory disease and ventilation area (p=0,042), and also with natural lighting in the house (p=0,003). Conclusion: In conclusion, the ventilation area and natural lightning in the house are the environmental factors contributing for the prevalence of chronic respiratory disease of flat occupiers in Jakarta.
Depok: Universitas Indonesia, 2013
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
cover
cover
L.L. Winata
Abstrak :
ABSTRAK
Pada penelitian ini yang ingin diketahui kadar slg A whole saliva pada keadaan Debas karies dan karies aktif. Dengan mengetahui kadar slg A kita dapat memperkirakan kepekaan seseorang terhadap karies.

Subyek penelitian untuk bebas karies dan karies aktif masing 20 orang murid SD yang berumur 12 tahun, tanpa adanya penyakit - penyakit mulut lain. Sampel untuk sIg A diambil dari whole saliva tanpa rangsangan. Kemudian saliva disentrifuge 3000-4000 rpm selama Z0 menit. Saliva akan terpisah menjadi 2 bagian dan supernatan yang letaknya di atas digunakan pada penelitian ini. Penentuan kadar sIg A dilakukan dengan metoda imunodiffusi radial mepurut Mancini.

Dari hasil penelitian didapatkan kadar sIg A saliva pada kelompok karies aktif lebih tinggi dari pada kelompok bebas karies. Dengan uji t ( p = 0,05 ) didapatkan perbedaan kadar slg A tidak bermakna pada kedua kelompok tersebut.

1989
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Agus Sukandar
Abstrak :
Kusta adalah penvakit menular yang disebabkan Mycobacterium leprae yang bersifat kronis dan menimbulkan masalah yang sangat komplek. Sampai saat ini mManusia merupakan Satu-satunya yang diketahui berperan sebagai reservoir. Terjadinya penyakit Kusta merupakan hasil interaksi antara manusia dan perilakunya serta komponen lingkungan yang memiliki potensi sebagai faktor risiko. Besarnya faktor tisiko berperan dalam timbulny2 kejadian penyakit Kusta. Tuiuan penelitian adalah untuk mengetahui sebaran kejadian penyakit Kusta berdasarkan perbedaan kondisi spasial dan mengetahui bagaimana hubungan kondisi spasial sebagai faktor risiko dengan prevalensi Kusta di wilayah Kabupaten Cirebon tahun 2006. Disain penelitian menggunakan studi ekologi dengan pendekatan analisis spasial. Penelitian dilaksanakan di Kabupaten Cirebon dengan menggunakan data sekunder yang diperoleh dari beberapa dinas instansi sesuai keperluan penelitian. Variabel bebas yang digunakan adalah kepadatan penduduk, keluarga miskin, luas lantai tanah, ketinggian wilayah dan jenis tanah, sedangkan variabel terikat adalah penyakit Kusta. Uji statistik hanya dilakukan terhadap variabel kepadatan penduduk, keluarga miskin dan luas lantaj tanah dengan prevalensi Kusta mengpunakan KruskalWallis, One- way Anova, dan uji beda dua Mean Independent. Sedangkan analisis spasial dilakukan pada semua variabel bebas sebagai kondisi spasial terhadap variabel terikat, Hasil menunjukkan variabel keluarga miskin yang berhubungan secara signifikan dengan prevalensi Kusta p < 0,05. Sedangkan yang tidak berhubungan adalah variabel kepadatan penduduk dan luas lantai tanah. Hasil analisis spasial memperlihatkan bahwa_ pola penyebaran kasus Kusta dengan prevalensi tinggi berdasarkan variabel kepadatan penduduk terdapat pada kategori Rendah (<1646,10 jiwa/km’) dan Sedang (1646,10 — 2667,61 jiwa/km”, yaitu Kecamatan Astanajapura, Gegesik. Ciwaringin, Cirebon Selatan dan Kecamatan Beber; variabel proporsi keluarga miskin berada pada kategori Rendah, Sedang dan Amat Tinggi (< 45,64; 62,92-76,06; dan >76.06), vaitu Kecamatan Astanajapura, Gegesik, Ciwaringin, Cirebon Selatan dan Kecamatan Beber; variabel Proporsi luas lantai tanah berada pada kategori Rendah, Tinggi dan Amat Tinggi (<9,08; 12,17-14,.09; dan 14,09-18.32), yaitu Kecamatan Astanajapura, Gegesik, Crwaringin, Cirebon Selatan dan Kecamatan Beber; variabel ketinggian wilayah berada pada ketinggian 0-500 meter dpl yaitu Kecamatan Astanajapura, Gegesik, Ctwaringin, Cirebon Selatan dan Kecamatan Beber; variabel jenis tanah berada di Kecamatan Astanajapura dan Kecamatan Gegesik dengan dengan dominasi jenis tanah Giey dan 4ffuviad, scdangkan di Kecamatan Ciwaringin, Cirebon Selatan dan Kecamatan Beber mempunyai jenis tanah domian Podsolik dan Latosol. Dalam upaya menurunkan prevalensi kusta, perlu perhatian khusus dari Dinas Kesehatan Kabupaten Cirebon terutama pada area yang perpotensi dalam penyebaran penyakit Kusta. Kegiatan penemuan kasus dan pengobatan dini perlu ditingkatkan, kegiatan penyuluhan dan kegiatan yang dapat mengurangi faktor risiko dapat dilakukan hersama dengan sektor lainnya. Penerapan Sistem Informasi Geografis dan analisis spasial perlu terus dikembangkan dalam upaya meneari faktor risiko baru penyakit kusta. ......Leprosy is contagious disease caused. by mycobacterium leprae which chronically infected and generated various and complex problems. Until now the human being known as reservoir. Leprosy infected as result of interaction between human being and its behavior and environment component which own. Potency as risk factor. The level of risk role a play to infected leprosy disease. The objective research is to know the spreading leprosy disease occurrence bases on difference of spatial conditiun and to know how the reiation spatial condition as risk factor with leprosy prevalence at Kabupaten Cirebon Region on 2006, Design research utilized ecology study with spatial analysis approach. Research conducted at Kabupaten Cirebon by using secondary data obtained from some institution in accordance to research need. Free variable utilized is density, poor family, ground floor wide, soil or land type, the regional elevated. Meanwhile constant variable is leprosy disease. Statistically test only conducted on variable of density, poor family dan ground floor wide with leprosy prevalence utilized kruskal-wallis, one-way anova and tested two mean of independent mean while spatial analysis conducted at all free variable as spatial condition on constant variable. The spatial analysis shown that spreading patterns leprosy occurrence case with high prevalence bases on density found on low and medium condition (1186,932667,61 people/km’, there are Kecamatan Astanajapura, Gegesik, Ciwaringin, Cirebon Selatan and Kecamatan Berber, variable on poor family as on low, high and very high level (30,52-45,64; 62,92-76,06; and 76,06-94,80), there are Kecamatan Astanajapura, Gegesik, Ciwaringin, Cirebon Selatan and Kecamatan Beber, variable on proportion of ground floor wide at low and high and very high ccndition (7,79-9,08:9,08-12,17; dan 14,09-18,32), there are Kecamatan Astanajapura, Gegesik, Ciwaringin, Cirebon Selatan and Kecamatan Beber, the variable of regional elevated be at 0-500 meter dp! there are Kecamatan Astanajapura, Gegesik, Ciwaringin, Cirebon Selatan and Kecametan Beber; variable of type land at Kecamatan astanajapuran and Kecamatan Gegesik with dominated gley and allluvial type of soil. While at Kecamatan Ciwaringin, Cirebon Selatan and Kecamatan Beber has dominant soil type is podsolik and latosol. In this circumstances to degrading leprosy prevalence, need special attention for Dinas Kesehatan Cirebon especially at region which has big potency to spreading leprosy disease. Early medication and identitication activity are require to improve and counseling activities and activity which is reduce a risk factor need to cerducted with other sector. Applying of information system and spatial analysis require to develops in order to search a new risk factor for leprosy disease.
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2007
T34480
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Gultom, Ferry Pergamus
Abstrak :
Latar belakang : Penyakit periodontal baik periodontitis kronis maupun periodontitis agresif adalah manifestasi klinis dari interaksi agen, yaitu bakteri seperti A.actinomycetemcomitans ( Aa ) dan produknya antara lain Cytolethal Distending Toxin ( CDT ) dengan sel inang di jaringan periodontal seperti sel fibroblas dan osteoblas. Interaksi tersebut dan dampaknya dalam patogenesis penyakit periodontal belum sepenuhnya dipahami. Tujuan penelitian : Untuk mengungkapkan peran CDT-like protein Aa yang diisolasi dari periodontitis kronis dan agresif dalam patogenesis penyakit periodontal, dengan cara memaparkan lisat bakteri yang mengandung CDT-like protein dengan fibroblas dan osteoblas. Dampak dari interaksi tersebut dievaluasi berdasarkan analisis viabilitas dan ekspresi mRNA IL - 1, IL - 6, TNF - α dan RANKL dengan menggunakan metode MTT assay dan Real Time PCR. Metoda : Digunakan tiga macam konsentrasi CDT-like protein dari lisat bakteri Aa hasil isolasi dari periodontitis kronis dan agresif yaitu 2 g / l, 10 g / l dan 20 g / l untuk uji viabilitas fibroblas dan osteoblas hasil kultur. Untuk uji ekspresi mRNA, digunakan konsentrasi 2 g / l CDT-like protein dari lisat bakteri yang sama dan diaplikasikan ke sel fibroblas dan osteoblas. Hasil : Terdapat kecenderungan berbeda pada viabilitas dan ekspresi sitokin antara sel fibroblas dan osteoblas setelah diberi pemaparan dengan CDT-like protein Aa, baik yang diisolasi dari periodontitis kronis maupun dari peridontitits agresif. Kesimpulan : CDT-like protein yang diproduksi oleh dua isolat Aa yang berbeda yaitu dari periodontitis kronis dan periodontitis agresif mengakibatkan respons biologis yang berbeda terhadap sel fibroblas dan osteoblas. Hasil ini mencerminkan perbedaan mekanisme patogenesis kedua penyakit periodontal tersebut.
Jakarta: Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia, 2013
D1398
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Retno Lestari
Abstrak :
ABSTRAK
Telah dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaran jumlah sel T penolong (Th), sel T penekan (Ts), rasio Th/Ts serta kadar IgE total pada penderita asma atopik dan orang normal. Subyek p enelitian terdiri atas 15 pasien penderita asma atopik yang berkunjung ke Klinik Asma dan Alergi DR. Indraj ana dengan kriteria usia 15--55 tahun, mempunyai riwayat alergi dalam keluarga, tes phadiatop positif, kadar IgE total diketahui dan positif terhadap kadar IgE spesifik pada alergen Dermatophagaides pteronyssinus. Untuk kelompok kontrol dipilih sainpel normal dengan kriteria usia 15--55 tahun dan sehat, tidak mempunyai riwayat alergi dalam keluarga dan tes phadiatop negatif. Analisa kadar IgE total dilakukan dengan teknik ELISA, sedangkan pemeriksaan tes phadiatop dilakukan dengan Enzyme Immunoassay atau dengan ImmunoCAP. Untuk peineriksaan jumlah dan proporsi subset limfosit, yaitu sel T, Th, Ts dan sel B dilakukan dengan menggunakan inikroskop iinunofluoresensi. Hasil uji statistik non parametrik Mann-Whitney pada taraf nyata ° = 0,05, menunjukkan bahwa terdapat perbedaan kadar rata-rata IgE total pada penderita asma atopik dan orang normal. Kadar rata-rata IgE total pada penderita asma atopik lebih tinggi (419,96 kU/i) dibandingkan orang normal (69,15 kU/l). Hasil Uji Mann- Whitney juga menurijukkan adanya perbedaan proporsi sel T, sel Th dan sel B antara penderita asma atopik dan orang normal. Froporsi rata-rata sel T pada penderita asma atopik iebih rendah (52,90%) dibandingkan orang normal (60,50%). Froporsi rata-rata sel Th pada penderita asma atopik iebih rendah (36,90%) dibandingkan orang normal (44%). Froporsi rata-rata sel B pada penderita asma atopik lebih tinggi (15,20%) dibandingkan orang normal (14%). Namun Uji Mann-Whitney untuk melihat perbedaan jumlah sel T, Th, Ts dan B tidak menunjukkan adanya perbedaan antara penderita asma atopik dan orang normal. Rasio rata-rata Th/Ts pada penderita asma atopik lebih rendah (0,96) dibandingkan rasio orang normal (1,17), walaupun secara statistik tidak menunjukkan adanya perbedaan.
Depok: Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Universitas Indonesia, 1995
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1991
S6664
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>