Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 156 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Dewi Yuliati
Abstrak :
PENDAHULUAN Sinar Djawa-Sinar Hindia tumbuh dan berkembang sebagai salah satu bentuk ekspresi kesadaran kebangsaan Indonesia. Keberadaannya juga tidak dapat dipisahkan dengan keberadaan pers Belanda dan Cina, yang keduanya adalah perintis dunia persuratkabaran di negeri ini. Kota Semarang, dengan ciri perkotaannya perdagangan, sarana komunikasi, sekolah, penduduk yang padat, dan pergerakan politik, juga merupakan faktor yang tidak dapat diabaikan dalam melihat pertumbuhan surat kabar ini.Pergerakan nasional dan pers bumi.putera dapat dika¬takan sebagai dua bidang kegiatan bangsa Indonesia yang hidup berdampingan secara simbiotik, ada saling ketergan¬tungan, yang satu sukar mempertahankan eksistensinya tanpa yang lain. Segera setelah SI Semarang berdiri, diperlukan adanya medium untuk menyalurkan ide-ide serta aktifitas pergerakkannya, agar dapat mensosialisasikan kesadaran social, ekonomi dan politik di kalangan rakyat. Meskipun telah ada kesempatan untuk mengadakan rapat-rapat, pertemuan-pertemuan, tetapi kesempatan itu masih terbatas, sedang forum yang tersedia oleh pers adalah kontinyu dan intensif, sehingga penanaman kesadaran dapat terlaksana secara lebih efektif. Itu dapat diketahui dari banyaknya artikel kiriman pembaca yang dimuat dalam surat kabar ini yang pada umumnya triemhahas hambatan-hambatan yang dialami.
1993
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ibnu Hamad
Abstrak :
ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan mengungkapkan hubungan antara pemakaian suatu sebutan dengan sikap si pemakai sebutan tersebut. Yang diteliti adalah kecenderungannya. Apakah kecenderungan suatu kabar menyebut suatu kelompok perlawanan dengan istilah tertentu merupakan cerminan sikap koran bersangkutan terhadap kelompok perlawanan itu Dalam ilmu komunikasi} kajian seperti ini termasuk kedalam bidang retorika, khususnya studi semantik. Teori yang menjelaskan hubungan antara pemakaian sebutan (simbol) dengan tujuan (sikap) sang pemakai, antara lain teori segi tiga makna. Teori ini menerangkan, dipakainya sebuah simbol berdasarkan latar belakang tertentu sanggup menunjukkan tujuan Peranan latar belakang dalam menunjukkan surat tertentu penggunanya, maksud tertentu ini, lebih jelas lagi dalam analisis pentas. Sedangkan penyimpulan adanya tujuan tertentu akibat dipakainya suatu sebutan karena mempunyai latar belakang tertentu dibenarkan oleh logika substansial dari Stephen Toulmin. Dikenalnya rasa kata dalam masyarakat Indonesia, turut pula dijadikan dasar dalam melihat sikap suatu surat kabar yang cenderung memakai istilah tertentu untuk menyebut suatu kelompok perlawanan. Hasil penelitian menunjukkan, kecenderungan tersebut memang terjadi. Istilah-istilah tertentu seperti pejuang, pemberontak, grilyawan, atau gerombolan, cenderung digunakan oleh keempat harian sampel, yaitu Suara Pembaruan, Suara Karya, Pelita, dan Merdeka, untuk menyebut suatu kelompok perlawanan. Hal ini berarti adanya sikap tertentu koran tersebut terhadap kelompok itu. Apalagi hubungan penggunaan istilah-istilah dengan tujuan tertentu tersebut, dikontrol dengan faktor-faktor yang diperkiraka ikut mempengaruhinya. Maka perbedaan sikap diantara keempat harian itu menjadi makin jelas tampak ke permukaan. Di antara ketujuh kelompok perlawanan yang menjadi sampel yakni PLO, MNLF, LTTE, NPA, SWAPO, Mujahidin, dan Contra, ada yang disebut dengan istilah yang berkonotasi positif, ada pula yang digelari dengan sebutan yang berkesan negatif atau netral. Besarnya peranan faktor-faktor yang diperkirakan ikut mempengaruhi penyebutan itu nampak pula dari perbedaan sikap antar surat kabar. Misalnya Merdeka memojokkan Mujahidin, sementara ketiga harian yang lain malah mendukungnya. Atau sewaktu harian Pelita memberikan citra baik terhadap MNLF, ketiga koran yang lain menggambarkannya dengan kesan yang buruk. Dalam penelitian ini faktor-faktor pengaruh tersebut mencakup missi dan perhitungan ekonomi suatu surat kabar, kondisi sistem politik Indonesia termasuk ideologinya, serta arus informasi internasional.
1991
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ade Armando
Depok: Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia, 1988
S4001
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Hamdhani Masil
Abstrak :
ABSTRAK
Sejak pertengahan abad ke-20 dunia komunikasi telah terutama amat pesat dalam bidang mengalami rangkaian perubahan mendasar, disebabkan oleh perkembangan yang teknologi komunikasi dan informasi. yang Segenap perubahan dan perkembangan itu telah sampai di Indonesia, dan imbasannya telah memasuki dunia pers. Hal itu misalnya dapat dilihat dari begitu pesatnya perkembangan teknologi persuratkabaran di sini yang beberapa di antaranya sudah sampai pada penggunaan perangkat keras era informasi Demikian pula teknik penulisan berita, gaya tulisan dan tata wajah suratkabar telah menggunakan tolok ukur dan nilai-nilai informasi global. Gejala tersebut dibarengi dengan munculnya beberapa hal menarik dalam dunia pers di Indonesia, terutama yang berkaitan dengan fenomena konglomerasi pers dan pers konglomerat. Fenomena ini muncul di tengah-tengah iklim keterbukaan dalam bidang politik yang mulai merebak sejak pertengahan tahun 1980-an. Semua itu pada gilirannya ternyata berpengaruh terhadap dunia pers Indonesia. Sekarang ini beberapa pengamat menyatakan telah terjadi perubahan persepsi wartawan menyangkut fungsi mereka dalam masyarakat. Demikian pula telah terjadi perubahan menyangkut tuntutan dan harapan masyarakat terhadap fungsi dan peranan yang seharusnya dilakukan oleh institusi pers. Penelitian ini bertujuan melihat sejauh mana kenyataan tersebut telah terjadi, Yang dilakukan adalah melihat bagaimana persepsi wartawan dan masyarakat terhadap fungsifungsi sosial pers. Tegasnya, penelitian ini hendak menjawab pertanyaan, apakah terdapat perbedaan penilaian antara masyarakat dalam melihat pers sebagai medium sosialisasi, kontrol wartawan dan pengawasan lingkungan (surveillence), sosial, korelasi dan hiburan. Berdasarkan data yang berhasil dikumpulkan diperoleh petunjuk bahwa untuk isu-isu yang mengandung fungsi sosialisasi dan korelasi, terdapat perbedaan penilaian antara wartawan dengan masyarakat. Sedangkan untuk isu-isu yang mengandung fungsi pengawasan, kontrol sosial dan hiburan, kedua kelompok cenderung mempunyai penilaian yang sama. Dengan kata lain, di kalangan masyarakat ternyata harapan dan tuntutan mereka terhadap pers relatif belum berubah. Mereka menilai pers sangat positif sebagai medium pengawasan (surveillence) , sosialisasi, kontrol sosial, korelasi dan hiburan. Sedangkan di kelompok wartawan sedikit terjadi perubahan. Para wartawan umumnya menilai pers memang sangat positif sebagai medium surveillence, kontrol sosial dan hiburan. Namun kebanyakan mereka cenderung menilai pers kurang positif sebagai medium sosialisasi dan korelasi.
1992
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Simorangkir, J.C.T.
Bandung: Binacipta, 1980
323.44 SIM h
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
cover
Jakarta: ISAI, 1996
384.54 BRE
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Jakarta: Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI), 2010
070.408 DEN
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Yogyakarta: Yayasan Bentang Budaya, 1994
343.099 PER
Buku Teks  Universitas Indonesia Library
cover
Indi Kurniaini Ns
Abstrak :
ABSTRAK
Sebagai institusi sosial, komunikasi dan ekonomi sosial-kemasyarakatan. sebagai media pers mempunyai peranan dalam kehidupan Peranan itu berkaitan dengan fungsi pers informasi, pendidikan, hiburan, dan warisan sosial. Begitu pula pers Islam yang ada di Indonesia yang mempunyai peran dalam kancah perjuangan kemerdekaan bangsa. Bahkan berperan sebagai cikal-bakal tumbuh-kembangnya dunia penerbitan pers di Indonesia. Peranan itu memang mengalami perubahan seiring dengan perkembangan masyarakat industri dan informasi yang sekaligus terjadi dalam kehidupan masyarakat Indonesia. Perubahan peranan pers Islam yang terkait dengan perubahan sosial kemasyarakatan itu ternyata menghadapi faktor-faktor yang menyebabkan kendala bagi perkembangan pers Islam di Indonesia. Faktor-faktor tersebut yang paling utama adalah masalah profesionalisme yang berhubungan dengan semu aspek manajemen penerbitan pers seperti peliputan, percetakan, peredaran dan pemasaran. Di samping masalah teknis, ada pula masalah esensi ajaran Islam yang harus berhadapan dengan realitas sosial dan politik. Masalah esensi ajaran Islam ini menjadi persoalan tersendiri bagi perumusan pers Islam yang lebih sesuai bagi tuntutan tersebut. Ada sekelompok penerbit dan pengelola pers Islam yang lebih memilih sekadar bertahan hidup dari pada mengikuti tuntutan perkembangan tersebut, namun ada pula yang mencoba melakukan terobosan/melalui format pers Islam yang lebih bisa diterima oleh semua kalangan. Baik masalah teknis maupun esensial mempunyai jalan keluar untuk diatasi jika diiringi oleh keinginan kuat dari penerbit dan pengelola pers Islam. Terutama menyangkut masalah teknis, bisa diatasi dengan beberapa cara. Sedangkan untuk mengatasi masalah esensi ajaran diperlukan kajian yang lebih dalam terhadap ajaran Islam yang relevan dengan kehidupan masyarakat industri. Karena itu rumusan pers Islam yaitu pers yang menonjolkan aspirasi dakwah perlu mendapat kajian-ulang. Kalau perlu simbol-simbol keagamaan yang ditonjolkan oleh pers Islam dihapuskan saja, diganti dengan penampilan yang lebih inklusif. Yakni penampilan yang mengena untuk semua kalangan Islam. Pers dakwah Islam menjadi pers umum yang bernafaskan Islam.
1993
S-Pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>