Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Farhan Nur Fauzan
"Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui proses produksi kapal pinisi pelat datar dengan membandingan proses produksi kapal tersebut dengan kapal pinisi. Untuk mencapai tujuan tersebut maka analisis yang akan dilakukan perbandingan dari desain kapal phinisi, proses produksi, material, SDM, dan biasa. . Dari perhitungan diatas maka didapatkan proses produksi kapal pelat datar yang sudah di plot yaitu 72 hari,-. Alasan itulah penulis mencoba meneliti mengenai pembuatan proses produksi kapal phinisi pelat datar ukuran 17 meter sehingga dapat menghasilkan sebuah sistem produksi kapal pelat datar. Sehingga dapat digunakan sebagai rujukan dalam produksi kapal pelat datar selanjutnya.
......The purpose of this research is to know the process of production of flat hull ship by comparing the production productivity of the ship with the other phinisi. To achieve these objectives then the analysis will be done comparison of phinisi ship design, production productivity, materials, human resources, and ordinary. From the above calculation then got how many days of comparison of production productivity that is 72 days. That reason the author tries to investigate the making of the production process of 17 meter flat plate ship so as to produce an efficient flat plate vessel production system. So it can be used as a reference in the production of the next flat plate vessel."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2017
S70074
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Muslimin
"ABSTRAK
Kapal pinisi merupakan salah satu warisan budaya nenek moyang bangsa Indonesia. Melalui tangan para panrita lopi (Ahli Pembuatan Kapal), kapal pinisi telah menjadi simbol kebanggaan tidak hanya untuk Indonesia namun dunia pun mengakuinya sebagai karya yang luar biasa. Proses pengrajinan kapal pinisi diwariskan secara turun temurun dari satu generasi kegenerasi berikutnya. Perkembangan era globalisasi yang semakin maju menyebabkan pengetahuan pengrajinan kapal pinisi sulit terwariskan dari satu generasi kegenerasi berikutnya, penyebab utama yang menghambat proses transformasi pengetahuan pengrajinan kapal pinisi karena sebagian besar generasi muda di Kecamatan Bonto Bahari lebih memilih untuk merantau dan menempuh pendidikan dibanding belajar pengrajinan kapal pinisi. Kurangnya generasi muda di Kecamatan Bonto Bahari yang mengetahui proses pengrajinan kapal pinisi menjadi masalah tersendiri bagi eksistensi kapal pinisi dimasa sekarang dan yang akan datang, padahal pengetahuan pengrajinan kapal pinisi telah di tetapkan sebagai salah satu warisan budaya dunia oleh UNESCO (United Nations Educational, Scientific and Cultural Organization)."
Yogyakarta: Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Yogyakarta, 2018
959 PATRA 19:2 (2018)
Artikel Jurnal  Universitas Indonesia Library
cover
Muhammad Ilham Arsyansyah
"Kapal Pinisi merupakan salah satu bentuk dari cagar budaya non benda yang ada di Indonesia dan telah terdaftar untuk dilestarikan budayanya. Kawasan Luar Batang merupakan kawasan yang kami pilih untuk menjadi salah satu kawasan pengembangan dan pelestarian dari kapal pinisi dengan tema besar The Journey of Pinisi. Tema ini berfokus untuk memberikan pengantar kepada masyarakat tentang kapal pinisi sebagai bagian dari cagar budaya dalam bentuk wisata edukasi yang memberikan pengalaman spasial kapal pinisi kepada pengunjung.
......Pinisi ship is a form of intangible heritage in Indonesia and registered to be kept as a culture. Luar Batang area is an area that we chose as a developing and nurturing area for pinisi ship with the idea of The Journey of Pinisi. This idea focus on giving an introduction to people about Pinisi as a part of intangible heritage in a form of education tourism that give the spatial experience with pinisi ship to visitiors."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Mutiara Fitrisari
"Kawasan Kota Tua merupakan area yang sebagian besar kawasannya terdiri dari kawasan cagar budaya peninggalan masa kolonial Belanda yang di dalamnya terdapat bangunan bersejarah. Untuk itu pemerintah Jakarta melakukan upaya pelestarian dan revitalisasi bangunan-bangunan cagar budaya beserta kawasan Kota Tua secara keseluruhan. Karya tugas akhir ini merupakan sebuah respon terhadap kebijakan pelestarian kawasan Kota Tua tersebut.
Museum Sejarah Pinisi merupakan bagian dari penataan ulang revitalisasi kawasan Luar Batang sebagai tujuan pariwisata yang mendukung kawasan pariwisata cagar budaya Kota Tua. Kawasan ini mengangkat Journey of Pinisi sebgai program utama kawasan sebagai kawasan pariwisata edukasi yang mengedukasi pengunjung tentang Kapal Pinisi dimulai dari proses pembuatannya, sejarahnya, masyarakat penciptanya, hingga perjalanannya sebagai faktor penyokong aktivitas dagang di Kota Batavia pada masa penjajahan Belanda.
Pembuatan kapal pinisi merupakan serangkaian proses yang tidak hanya mencakupp teknik pembuatan saja namun juga beberapa upacara tradisi yang mengiringi berjalannya pembuatan Kapal Pinisi. Serangkaian proses ini merupakan cagar budaya tak benda yang telah ada dan terus dilakukan dalam pembuatan Kapal Pinisi sejak abad ke 16. Namun, semenjak penemuannya hingga saat ini telah banyak terjadi perubahan bentuk dan ukuran pada Kapal Pinisi. Untuk itu Museum Sejarah Pinisi menunjukan bagaimana perubahan bentuk dan ukuran pada Kapal Pinisi tersebut terjadi.

The Kota Tua region is an area that mostly consist of heritage from the Dutch colonial era that have many historical buildings. Therefore, the Jakarta govement is doing an effort to preserve and revitalize the historical buildings and the Kota Tua region as a whole. This final project is a response to that Kota Tua preservation policy.
Pinisi Historical Museum is a part of the redesign of Luar Batang area as a tourist destination that supports Kota Tua. Luar Batang will promote the Journey of Pinisi as the main program of this educational tourism area that educates the visitors about Pinisi ship starting from its manufacturing process, history, community, and journey as one of the supporting factor of Batavias trading activity in the Dutch colonization.
Pinisi ship making is a series of processes that not consist of the manufacturing process and of a series of ceremonies that accompanies the process of manufacturing itself. These processes are one of Indonesian intangible heritage that has been carried out since the 16th century. However the design and size of the
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
PR-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Hannum Ayu Lestari
"JPO Tematik Pinisi Karet Sudirman merupakan sebuah ikon baru Kota DKI Jakarta yang diresmikan sebagai fasilitas penyeberangan sekaligus sebagai tempat ketiga. Pengadaan JPO sebagai tempat ketiga merupakan sesuatu yang tidak biasa, mengingat tempat ketiga merupakan tempat yang identik untuk mencari hiburan dengan berkumpul dan bersosialisasi. Oldenburg (2023), mengemukakan bahwa banyak tempat yang diiklankan sebagai tempat ketiga pada kenyataannya tidak sesuai dengan konsep tempat ketiga. Oleh karena itu, penelitian ini bertujuan untuk mengkaji kondisi aktual penggunaan JPO Tematik Pinisi Karet Sudirman dengan menemukan kesesuaian terhadap karakteristik dan manfaat tempat ketiga melalui sudut pandang keruangan. Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pengumpulan data yang dilakukan secara triangulasi sekaligus membuktikan keabsahan data. Hasil dari penelitian mengungkapkan bahwa karakteristik dan manfaat yang dirasakan masyarakat ketika mengunjungi JPO Tematik Pinisi Karet Sudirman memiliki banyak kesesuaian dengan teori tempat ketiga yang dikemukakan oleh Oldenburg. Segmen atau jalur yang memiliki fungsi paling optimal sebagai tempat ketiga adalah area singgah.
......JPO Tematik Pinisi Karet Sudirman is a new icon of DKI Jakarta which was inaugurated as a crossing facility as well as a third place. The procurement of JPO as a third place is something unusual, considering that the third place is an identical place to find entertainment by gathering and socializing. Oldenburg (2023), suggests that many places advertised as third place do not in fact fit the concept of third place. Therefore, this study aims to examine the actual conditions of the use of Sudirman Rubber Pinisi Thematic JPO by finding suitability to the characteristics and benefits of the third place through a spatial perspective. This research is a qualitative research with data collection carried out by triangulation while proving the validity of the data. The results of the study revealed that the characteristics and benefits felt by the community when visiting JPO Thematic Pinisi Karet Sudirman had a lot of compatibility with the third place theory put forward by Oldenburg. The segment that has the most optimal function as a third place is the layover area."
Depok: Fakultas Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Indonesia, 2023
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Nasution, Egin Setya Efendi
"Sebuah bagian dari usulan rancangan baru kawasan kampung Luar Batang yang secara historis memiliki peran yang cukup signifikan dalam pertumbuhan kota Batavia dan perencanaan kawasan Kota Lama Jakarta pada saat sekarang. Kampung Luar Batang adalah salah satu yang masih bertahan diantara sejumlah kampung bersejarah di Jakarta, yang sudah punah digantikan pusat-pusat kegiatan bisnis. Meskipun saat ini kondisi kampung Luar Batang tidak begitu teratur akibat padatnya perumahan penduduk di sekitar lokasi, namun secara garis besar kawasan kampung Luar Batang merupakan salah satu tempat yang menarik untuk dikunjungi. Tipe rumah-rumah nelayan yang dilengkapi oleh berbagai jenis perahu kecil merupakan salah satu objek tersendiri. Oleh karena itu, diperlukan upaya pengembangan pariwisata yang terintegrasi dengan potensi di sekitar sehingga dapat memperkuat ekistensi kampung Luar Batang di masa mendatang.
Dengan mengangkat ekistensi kapal pinisi sebagai warisan cagar budaya di kawasan, maka Luar Batang Cultural Center ini diperuntukkan sebagai sarana pengetahuan dan pembelajaran seni budaya untuk turis yang berkunjung maupun masyarakat lokal dengan tujuan mempertahankan nilai historis kawasan kampung Luar Batang, implementasinya berupa pameran dan galeri seni, area komunitas dan tentunya kelas budaya dengan terjun langsung mempelajari seni peran, seni musik, seni tari dan lainnya.
......A part of the proposal for a new design of Luar Batang village area which historically has a significant role in the growth of the city of Batavia and the planning of the Jakarta Old Town area at present. Luar Batang village is one that still survives among a number of historic villages in Jakarta, which have already become extinct and are replaced by business centers. Even though the condition of the Luar Batang village is not so regular due to the dense housing around the location, in general the Luar Batang village area is one of the interesting places to visit. The type of fishing houses that are equipped by various types of small boats is one of its own objects. Therefore, integrated tourism development efforts are needed with the potential around so that it can strengthen the existence of the Luar Batang village in the future.
By raising the existence of the Pinisi ship as a cultural heritage in the region, Luar Batang Cultural Center is intended as a means of knowledge and learning of cultural arts for tourists who visit and the local community with the aim of maintaining the historical value of the Luar Batang village area, its implementation in the form of exhibitions and art galleries, the community area and of course the culture class by jumping into direct study of acting, music, dance and more.
"
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2020
TA-pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library