Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 964 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Ulrieh, Karl T
Jakarta: Salemba teknika, 2001
658.575 ULR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Umar Adiwinoto
"Universitas Indonesia. Fakultas Ekonomi dan Bisnis
Industri minuman ringan berkarbonasi di Indonesia mengalami perkembangan pesat. Dengan pertumbuhan sebesar 15% per tahun, industri ini menarik minat produsen-produsen luar negeri maupun lokal. Produsen luar negeri seperti Coca-Cola dan Pepsi harus menghadapi merk-merk baru bahkan house-brand yang diproduksi oleh distributor lokal. Pangsa pasar minuman ringan di Indonesia 95% dikuasai oleh merk-merk Coca-Cola seperti Coke, Sprite dan Fanta.
Diantara produk-produk Coca-Cola di Indonesia, Fanta merupakan produk yang cukup potensial untuk dikembangkan. Walaupun penjualannya cukup stabil tetapi kontribusinya terhadap total penjualan perusahaan hanya sebesar 27%, dibanding Sprite sebesar 43,7% dan Coke sebesar 29,3%.
Masalah yang dihadapi oleh PT Coca-Cola Indonesia seba-gai produsen Fanta adalah bagaimana meningkatkan penjualan dan pangsa pasar Fanta dalam industri minuman ringan berkarbonasi non-kola. Adapun tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui posisi bersaing Fanta dalam industrinya dan bagaimana strategi pemasaran PT Coca-Cola Indonesia dalam rangka memperkenalkan Fanta aroma baru. Aroma yang digunakan pada produk Fanta baru ini adalah aroma lychee.
Fanta lychee ini ditujukan bagi segmen wanita dan anak-anak dengan daerah penyebaran di DKI Jakarta dan seki-tarnya. Adapun sasaran pasar yang dituju pada segmen ini adalah remaja dan wanita berusia antara 12 sampai 25 tahun. PT Coca-Cola Indonesia memposisikan produk ini untuk konsu-men minuman ringan yang mencari kesegaran rasa dan penyegar dahaga.
Strategi pemasaran yang dijalankan oleh PT Coca-Cola Indonesia dalam rangka peluncuran Fanta lychee berdasarkan bauran pemasarannya yaitu penggunaan kemasan botol kecil ukuran 6,5 dan 7 ons dengan harga jual sesuai dengan harga produk-produk Fanta lainnya. Sedangkan jalur distribusinya menggunakan vertical marketing system yaitu dengan memberi-kan lisensi kepada perusahaan pembotolan untuk melakukan pengolahan, pembotolan dan pemasaran produ-produk Coca-Cola. Untuk promosi produk baru ini digunakan materi POP (point of purchase) seperti poster, logo dan truck back sign. Selain itu jug a dilakukan promo si dagang y'aitu pemberian insentif bagi para dealer dan salesman.
Persaingan pada segmen minuman ringan berkarbonasi non-
kola ini cukup ketat. Mudahnya produsen untuk meniru aroma yang laku di pasaran, menyebabkan kemasan produk menjadi perhatian konsumen. Penggunaan kemasan 6,5 dan 7 ons pada produk Fanta lychee ini tampaknya kurang tepat karena selain dari volumenya yang hampir sama, warna yang kurang menarik dari Fanta lychee ini tidak dapat diraanipulasi. Kombinasi yang tepat adalah penggunaan kemasan kaleng dan botol, tetapi hal ini akan meningkatkan biaya produksi. Rekomendasi pemecahan maslah yang ditawarkan penulis adalah penggunaan tetrapack untuk mengganti kemasan kaleng. Dengan menggunakan tetrapack maka Fanta lychee dapat dijual dengan harga yang lebih murah dan masalah warna dapat diatasi.
Promosi yang dilakukan dalam memasarkan Fanta lychee lebih dititik beratkan pada promosi dagang bagi para dealer dan salesman. Sedangkan promosi untuk meningkatkan awarness konsumen akan adanya Fanta lychee di pasar masih kurang. Karena Fanta lychee ini merupakan produk baru yang.ditujukan pada konsumen remaja dan wanita maka menurut penulis penggunaan iklan televisi lebih tepat."
1995
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ulrich, Karl T.
New York: McGraw-Hill, 2016
658.575 2 ULR p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Engking Siswayasa
Darusalam, Banda Aceh: Pusat Latihan Penelitian Ilmu-Ilmu Sosial Aceh, 1984
658.56 ENG p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Edrina Elfia Rosa
"Salah satu penerapan aspek sistem mutu industri farmasi yang di atur dalam CPOB adalah pengkajian mutu produk. Pengkajian Mutu Produk (PMP) / Product Quality Review (PQR) yang dilakukan berkala pada tiap tahun untuk menganalisa tren dan perbaikan dengan mempertimbangkan hasil kajian terhadap produk yang diproduksi setahun sebelumnya dan didokumentasikan. Aspek lain yang diatur dalam CPOB adalah personalia, personil harus terkualifikasi, salah satu nya yaitu kualifikasi personil dengan menggunakan dummy batch record. Tujuan dari penulisan ini adalah mengetahui prosedur pemeriksaan catatan bets, memahami tahapan proses kualifikasi personil untuk pemeriksaan catatan bets menggunakan Dummy Batch Record, memahami cara pembuatan laporan Product Quality Review, membuat Dummy Batch Record sediaan solid dan laporan Product Quality Review sediaan injeksi steril produksi PT. Mahakam Beta Farma. Pelaksanaan dilakukan di PT Mahakam Beta Farma pada periode Agustus – September 2020. Pembuatan dummy Batch Record dan draft Product Quality Review (PQR) dilakukan dengan tahap pengumpulan data, tahap pembuatan dummy Batch Record dan tahap pembuatan draft Product Quality Review (PQR). Hasil yang didapat yaitu kualifikasi personil dengan dummy batch record dinyatakan lulus apabila nilai yang diperoleh selama kualifikasi minimal 70 dan tidak satupun penyimpangan kritikal yang terdeteksi dan Penyusunan Product Quality Review di PT. Mahakam Beta Farma telah memenuhi kriteria regulasi (persyaratan CPOB) yang ada.

One of the aspects of the pharmaceutical industry quality system that is regulated in CPOB is the assessment of product quality. Product Quality Review (PQR) which is carried out periodically every year to analyze trends and improvements by considering the results of the study on products produced a year earlier and documented. Another aspect that is regulated in the CPOB is personnel, personnel must be qualified, one of which is the qualification of personnel using a dummy batch record. The purpose of this paper is to know the procedure for checking batch records, understand the stages of the personnel qualification process for checking batch records using the Dummy Batch Record, understand how to make a Product Quality Review report, make a Dummy Batch Record for solid preparations and a Product Quality Review report for sterile injection preparations produced by PT. Mahakam Beta Farma. The implementation was carried out at PT Mahakam Beta Farma in the period August - September 2020. The production of a dummy Batch Record and a draft Product Quality Review (PQR) was carried out with the data collection stage, the dummy Batch Record preparation stage and the Product Quality Review (PQR) drafting stage. The results obtained are personnel qualifications with a dummy batch record passed if the scores obtained during the qualification are at least 70 and no critical deviation is detected and the Preparation of Product Quality Review at PT. Mahakam Beta Farma has met the existing regulatory criteria (CPOB requirements)."
Depok: Fakultas Farmasi Universitas Indonesia, 2021
PR-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Barrow, Simon
"Levels of 'employer brand awareness' are rising fast across Europe, North America and Asia-Pacific, as leading companies realise that skilled, motivated employees are as vital to their commercial success as profitable customers and apply the principles of branding to their own organization. Starting with a review of the pressures which have generated current interest in employer branding, this definitive book goes on to look at the historical roots of brand management and the practical steps necessary to achieve employer brand management success - including the business case, research, positioning, implementation, management and measurement. Case studies of big-name employer brand stories include Tesco, Wal-Mart, British Airways and Prêt a Manger."
New Jersey: John Wiley & Sons, 2006
658.314 BAR e
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
St. Louis: Facts & Comparisons, 2002
338.020 29 REV
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Phillips, Jerry J.
Virginia: Michie Company, 1994
346.02 PHI p
Buku Teks SO  Universitas Indonesia Library
cover
Hutasuhut, Maslina W.
"ABSTRAK
Model pengambilan keputusan selama ini mengasumsikan bahwa produk yang akan dibeli merupakan produk yang belum pernah dimiliki sebelumnya. Pada kenyataannya, konsumen juga membeli produk baru, pengganti produk lama yang masih berfungsi. Proses mental yang terjadi dalam diri konsumen tentu berbeda dalam memutuskan membeli produk baru yang belum pernah dimiliki, atau membeli produk baru pengganti produk lama yang masih berfungsi. Model pengambilan keputusan membeli produk baru pengganti dari Okada (2001), menerangkan bahwa akuntansi mental terhadap produk lama, serta harga nominal produk baru merupakan faktor yang mempengaruhi keputusan konsumen membeli produk baru pengganti. Model ini perlu dikembangkan dengan pendekatan behavioral agar diketahui proses pengambilan keputusan yang lebih tepat, serta dapat menerangkan pengaruh stimulus pemasar pada pengambilan keputusan konsumen.
Dalam penelitian ini diperiksa pengaruh stimulus pemasar berupa framing dan stimulus self control untuk menggoda konsumen, beserta kondisi mood konsumen, dalam pengambilan keputusan membeli produk pengganti.
Eksperimen dilakukan dengan 2x2x2 between-subject factorial design, untuk mengukur variabel respon bivariat yaitu Nilai Produk Baru dan Niat Membeli Produk Baru Pengganti.
Analisis dengan metode Analisis Faktor, Manova dengan menerapkan prosedur General Linear Model (GLM) Multivariate model custom dan model full factor serta One way Anova.
Hasil penelitian menunjukkan, bahwa stimulus pemasar berupa framing dan stimulus self control untuk menggoda konsumen, bersama dengan kondisi mood konsumen, ditemukan berpengaruh terhadap variabel respon bivariat Nilai Produk Baru(Y1) dan Niat Membeli Produk Baru Pengganti (Y2). Manipulasi Self Control oleh pemasar yang ditemukan sebagai faktor utama (main effect), serta interaksi framing dengan mood (F*M), berpengaruh secara signifikan terhadap variabel respon bivariat (Y1,Y2). Variabel respon Nilai Produk Baru (Yl) ditemukan berpengaruh secara positif terhadap variabel respon Niat Membeli Produk Baru Pengganti (Y2). Selain itu, dengan memperhitungkan pengaruh linier Nilai Produk Baru sebagai kovariat, ditemukan bahwa Niat Membeli Produk Baru Pengganti mempunyai perbedaan signifikan antara kedelapan set, tergantung dari perlakuan yang dibentuk oleh ketiga faktor eksperimen.
Kontribusi penelitian dalam tataran teoritis yaitu memberikan model alternatif pengambilan keputusan membeli produk baru pengganti, memberikan masukan bagi literatur pemasaran tentang pentingnya strategi migrasi dengan mempertimbangkan faktor-faktor eksperimen dalam penelitian ini, memberikan masukan tentang framing pada forward looking sebagai bagian akuntansi mental, juga masukan bagi literatur psikologi sosial, dan statistika terapan.
Dalam implikasi manajerial, temuan dalam penelitian ini memberi sumbangan pemikiran pentingnya strategi migrasi sebagai bagian dari strategi mempertahankan konsumen, strategi framing sebagai strategi creative, strategi pemilihan media vehicle sebagai strategi media, serta pentingnya pertimbangan behavioral dalam membuat strategi promosi penjualan."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2004
D551
UI - Disertasi Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Trisika Putri Hapsari
"Keberadaan orang-orang gay yang kini terlihat semakin nyata di antara kita merupakan salah satu indikasi bahwa jumlah orang-orang gay ini tidak sedikit ditarnbah dengan adanya sejarah yang menujukkan bahwa gay di Indonesia sudah ada sejak jaman Tradisional. Kategori gay yang single income with no kids serta memiliki karakteristik global sebagai pengikut trend dan pelaku gaya hidup yang dinamis, menjadikan gay sebagai satu komunitas haru yang menarik untuk dipelajari.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mencari proposisi faktor budaya , faktor individu, faktor sosial, dan faktor psikologi pada orang-orang gay di Jakarta dengan menggunakan model pemikiran yang dikenlukakan Deborah Baxter dui T'c :as Christian University dan merggiinakan model penelitian eksploratif, dimana pada penelitian eksploratif penelitian berangkat dari sebuah konsep yang abstrak untuk kemudian menemukan dan menstrukturisasi informasi-informasi ditemukan agar dapat menuju kepada sebuah hipotesis. Penelitian ini tidak menguji hipotesis. Pengambilan data menggunakan teknik wawancara mendalam dan responden diambil berdasarkan teknik judgmental sampling.
Faktor budaya pada dibatasi pada nilai-nilai yang ada dalam lingkungan sosial gay di Jakarta dan yang berkaitan dengan pembelian produk. Penelitian ini menemukan 8 proposisi yang berkaitan dengan faktor budaya. Yang pertama adalah adanya istilah Gaydar atau gay radar sebagai media untuk mengenali sesama gay yang berupa tanda-tanda fisik dan non fisik. Kedua, adanya klasifikasi orang gay berdasarkan ras, berdasarkan media untuk sosialisasi, berdasarkan karakter penampilan orang gay dipengarulii oleh latar belakang pekerjaan mereka, vaitu bidang administratif, di bidang kreatif dart pekerja bidang lapangan. Kemudian gay juga dapat dilihat dari sifat keterbukaan orientasi seksualnya kepada orang lain. Ketiga, penelitian ini juga menemukan bahwa kegiatan seksual dan falk-tor fisik menipakan faktor penting yang dianut oleh orang-orang gay, dimana fisik dianggap sebagai media utilitas dalam mencari pasangan. Keempat, penelitian ini menemukan bahwa orang gay memperhatikan perawatan dan penampilan fisik mereka agar maksimal untuk mendapatkan pasangan dan awet muda dengan melakukan perawatan wajah dan tubuh serta mengikuti trend. Kelirna, penelitian ini menemukan bahwa perpaduan sisi feminin dan maskuiin ini menjadikan orang gay lebih peka, sensitif dan kreatif Keenam, gay akan selalu berusaha untuk bisa terlihat lebih, kelas dan status sosial adalah faktor penting mereka. Untuk ini mereka akan bekerja lebih keras atau mencari jalan lain seperti mencari gadun atau sugar daddy agar dapat mengangkat kelas sosialnya, Ketujub, gaya hidup pada orang-orang gay ternyata untuk dua kepentingan vaitu gava hidup untuk sosialisasi dan gaya hidup untuk kepentingan self image.
Faktor individual pada penelitian ini dibatasi pada umur dan gaya hidup para responden. Penelitian ini menemukan bahwa gaya hidup prang gay dipengaruhi oleh umur dan pengalaman pribadi mengenai kehidupan orang gay di luar Indonesia. Responden yang telah berumur 30 tahun ke atas dan yang pernah mengalami kehidupan gay di luar negeri cenderung masuk ke dalam kelompok actualizer dan fl lfilleds. Sementara untuk gay yang berada pada rentang 20 - 30 tahun umumnya berada pada kelas experiencer.
Faktor sosial pada penelitan ini dibatasi pada grup referensi dan menemukan bahwa gay cenderung lebih memilih sahabat sesama gay atau perempuan dibandingkan laki-laki hetero. Grup referensi ini berperan penting dalam normative influence yang memberikan pengaruh informasional, utilitarian dan pengaruh ekspresi untuk orang-orang gay. Topik-topik yang sering menjadi pembahasan di antara grup referensi adalah laki-laki, fashion, entertainment dan kehidupan prbadi masing-masing anggotanya.
Faktor psikologi pada penelitian ini dibatasi pada motivasi, dikhususkan kepada motivasi pembelian. Aspek-aspek pembangun motivasi pada responden berasal dari faktor biologis, faktor emosi atau fantasi dan faktor lingkungan. Kebutuhan responden biasanya berupa acquired needs basil adapasi lingkungan. Mayoritas pembelian berdasarkan emosional adalah untuk barang-barang trend dan merek-merek yang menimbulkan kecintaan pada diri responden. Impulsive buying dominan pada rentang usia 20 - 30 tahun dimana kegiatan tersebut dianggap sebagai elemen hiburan. Pada usia 30 tahun keatas lebih membeli barang berdasarkan rasio, kebutuhan dan kualitas produk. Lalu ditemukan pula proposisi bahwa posisi dalam kegiatan seksuat orang gay (top atau bottom) memberikan pengaruh terhadap perilaku konsumsi orang gay.
Penelitian ini menemukan sebuah konsep yang populer di kalangan orang-orang gay yaitu konsep gay friendly yang biasanya ditujukan untuk sebuah lokasi. Gay friendly adalah situasi yang dapat membuat gay merasa nyanian berada di sebuah lokasi, walaupun sebenarnya tempat tersebut ditujukan untuk segmen hetero.
Penelitian ini juga menemukan bahwa produk atau tempat untuk orang gay di Jakarta ternyata sudah ada, balk yang dikhususkan untuk gay yang kebanyakan adalah entertainment, atau yang secara implisit ditujukan untuk orang gay yang biasanya menggunakan tanda-tanda hanya dapat dimengerti oleh orang-orang gay, seperti bahasa (contoh : PLU, Q), warna -warna terang, potongan pakaian yang spesifik (Contoh: body fit, kaos ketat, celana ketat), dan ornamenomamen pada pakaian. Promosi yang biasanya dilakukan untuk orang gay adalah melalui mouth w mouth, fasilitas internet, telepon dan sms.

The presence of gays in the society has become more obvious nowadays. This is an indication that the quantity of gays in the society have risen above the amount from the traditional era. Gays with the characteristics of single income with no kids and usually are trend followers of globalization live a life that is dynamic, make the gay community very interesting to study.
The objective of this research is to determine the proposition of the culture, individual, social, and psychology actors which influence the gay society in Jakarta in terms of product's buying activitiy. The model used to examine this phenomenon was taken from the thoughts of Deborah Baxter .from Texas Christian, University, ::while the research method used is the expolatory method. This exploratory method would start from an abstract view of the concept to later on determine and structurize all the information so that it can be used to determine a hypothesis. This research will not test the hyphotesis but gather all information and hypothesis or proposition gathered. Technique used to gathered informations was in depth interview and respondent was taken using judgemental technique sampling.
The culture factors which inlufence the gay society in Jakarta will only be looked upon from the charactersitics of which gays buys their products. There are eight propositions of which will be looked upon in this study from the culture point of view. The first is what is called the gaydar or gay radar, which is a kind of media or gays to determine other gays in the society. The second would be the clasiffication of gays according to race, the media they socialize in, and also their appearance which is usually a direct affect from their background, namely administrative, creative or field work. Gays can also be characterized from their sexual openess to others. The third would be how the gays use the method of physical and sexual factors an important media to find their partners. The fourth, the reality in which gays give extra attention to take care of their physical appearance as art effort to maximize their chance in getting a partner and also to stay young in apppearance. The fifth, the mixture of the feminin and masculin side make gays more sensitive and creative. The sixth, gays often desire to appear more Fancy in style, as class and status matter greatly for them. For this purpose it is very common that gays work harder so that they can achieve more income to support their lifestyle, or they try to find other ways to do that such as finding a gadun or sugar daddy. The seventh, gays live in two life dimensions, one for socialization and secondly for self-image.
The individual factors of this study will be looked upon from the age and the lifestyle of the respondents This study reveals that a gay's lifestyle is heavily affected by their age and life experience of foreign gay societies. The respondents which are 30+ years old and have had foreign gay society experience tend all into the actualizes and fullields category. Whilst the ones which are between 20-30 years old tend to all into the experiencer category.
The social factors in the study will be looked upon from the reference group and has found that gay are more intend and comfort to have nor a woman best friend or gay, rather than a heterosexual man. The reference groups in gay world is important to transfer normative value which influences them in the aspect of information, utilitarian and expressive way for gay. Topics that are often happened in gay group is a light topics such as man, fashion entertainment and personal life among members.
The psyhcology factors in the study will be looked upon from the buying motivation. The arousal motives in gay people is caused by biological factors, emotional factors and environmental factors. The needs oftenly is the result from environment learning. Majority, the buying activity of gay people was based on emotional or impulsive buying, specifically for trend items or product that courage fetish feeling among individual_ Impulsive buying is dominant to those are in the range of-20-30 years old. Meanwhile to those who are above 30, buying activity was based on ratio, need and the product quality. This research has also found that the sex style has influenced gay in their buying activity.
This research has also found the gay friendly concept among gay people. Gay friendly concept oftenly is for a location that has the ambiance of comfort, friendly that made gay people are enjoy to be there, even though this location was built for heteroseksual segmentation.
This research has also found that gay's product or specific location for gay in Jakarta are already existed now. Most of them are in the entertainment area. Those who are implicitly aiming gay people oftenly used sign or symbol that can only be understood by gay people, such as language (example : PLU, Q), bright colors or specific cutting for wardrobe (example : body fit, body flattering, tight pants) and special ornaments. Promotion for gay products in Jakarta commonly using mouth to mouth method, Internet facilities, direct phones and sms.
"
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2006
T18497
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
<<   1 2 3 4 5 6 7 8 9 10   >>