Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Aisha Stireino Elfa
"Ketergantungan perusahaan terhadap TI, membuat sumber daya yang berhubungan dengan TI harus aman dan terjaga dari berbagai ancaman. Bencana seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, dan bencana alam atau buatan lainnya merupakan sebuah ancaman bagi perusahaan. Untuk mengurangi risiko kerugian perusahaan jika terjadi bencana, maka dibutuhkan strategi pemulihan bencana. Disaster Recovery Plan (DRP) sebagai proses atau prosedur yang terdokumentasi yang dibuat untuk membantu memulihkan atau melindungi perusahaan dari bencana dan Business Continuity Plan (BCP) sebagai teknik yang digunakan perusahaan untuk pulih baik sebagian atau sepenuhnya dari bencana yang mengganggu proses bisnis dalam jangka waktu yang ditentukan. Walaupun istilah Disaster Recovery Plan (DRP) lebih sering digunakan, tetapi DRP merupakan bagian dari kerangka kerja besar Business Continuity Plan (BCP). DRP cenderung melayani sistem TI, sementara BCP melayani perusahaan secara keseluruhan, walaupun pada sebagian besar kasus, fungsi bisnis penting yang membutuhkan keberlangsungan bisnis biasanya bergantung pada TI. Penelitian ini difokuskan pada kesiapan TI dalam mendukung keberlangsungan bisnis / ICT Readiness of Business Continuity (IRBC) lembaga keuangan non-bank PT JPAS, dimana perlindungan terhadap informasi pelanggan merupakan hal terpenting dalam transaksi bisnis. Penelitian ini melakukan analisis prosedur DRP-BCP yang sudah diterapkan berdasarkan kerangka kerja ISO/IEC 27001:2013 (ISMS) untuk menilai IRBC rencana pemulihan bencana. Penelitian dilakukan dengan metodologi studi kasus kualitatif. Pengumpulan dan pengolahan data dilakukan dengan observasi dan tinjauan dokumen. Hasil penelitian berupa rekomendasi kerangka kerja IRBC dan berdasarkan matrik performansi RTO/RPO dihasilkan rekomendasi infrastruktur untuk solusi less data loss. Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa secara teknologi performansi pemulihan bencana sudah berada di level yang tinggi, tetapi secara pendekatan prosedur Plan-Do-Check-Action masih terdapat inkonsistensi. Hasil dari penelitian direkomendasikan agar menjadi pertimbangan manajemen puncak perusahaan demi keberhasilan dalam pengoperasian rencana keberlangsungan bisnis sesuai dengan kebutuhan bisnis dan persyaratan regulasi.

The company's dependence on ICT makes ICT-related resources must be safe and secure from various threats. Disasters such as floods, fires, earthquakes, and other natural or man-made disasters pose a threat to the company. To reduce the risk of loss in the event of a disaster, a disaster recovery strategy is needed. well-known strategies commonly used in disaster recovery are Disaster Recovery Plan (DRP) and Business Continuity Plan (BCP). DRP is a documented process and procedure designed to help restore or protect a company from disasters and BCP is a technique utilized to construct and verify an organization to find a way to recover partially or fully interrupted critical business functions and resume operation during a predetermined timeframe after a disaster. Although DRP is commonly used, DRP is part of Business Continuity Plan (BCP) framework. DRP tends to IT systems, BCP tends the company as a whole, although in most cases, critical business functions that require business continuity usually depend on IT. This study focuses on IT readiness to support business continuity / ICT Readiness Continuity (IRBC) in non-bank financial institution PT JPAS, where the protection of customer information is the most important thing in business transactions. This study analyzes the DRP-BCP procedures that have been implemented based on the ISO/IEC 27001:2013 (ISMS) framework to assess the IRBC of disaster recovery plans. The research was conducted using a qualitative case study methodology. Data collection and processing is done by observing the infrastructure technology implemented and documents review. The results of the research are recommendations for the IRBC framework and based on the RTO/RPO performance matrix, recommendations of infrastructure update to reduce data loss. This study concluded, disaster recovery technology is already at a high level, but there are still inconsistencies found in procedure approach a Plan-Do-Check-Action. The results of the research are recommended to be taken as consideration by the company's top management for its success in implementing business continuity plans."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-Pdf
UI - Tugas Akhir  Universitas Indonesia Library
cover
Aisha Stireino Elfa
"Ketergantungan perusahaan terhadap TI, membuat sumber daya yang berhubungan dengan TI harus aman dan terjaga dari berbagai ancaman. Bencana seperti banjir, kebakaran, gempa bumi, dan bencana alam atau buatan lainnya merupakan sebuah ancaman bagi perusahaan. Untuk mengurangi risiko kerugian perusahaan jika terjadi bencana, maka dibutuhkan strategi pemulihan bencana. Disaster Recovery Plan (DRP) sebagai proses atau prosedur yang terdokumentasi yang dibuat untuk membantu memulihkan atau melindungi perusahaan dari bencana dan Business Continuity Plan (BCP) sebagai teknik yang digunakan perusahaan untuk pulih baik sebagian atau sepenuhnya dari bencana yang mengganggu proses bisnis dalam jangka waktu yang ditentukan. Walaupun istilah Disaster Recovery Plan (DRP) lebih sering digunakan, tetapi DRP merupakan bagian dari kerangka kerja besar Business Continuity Plan (BCP). DRP cenderung melayani sistem TI, sementara BCP melayani perusahaan secara keseluruhan, walaupun pada sebagian besar kasus, fungsi bisnis penting yang membutuhkan keberlangsungan bisnis biasanya bergantung pada TI. Penelitian ini difokuskan pada kesiapan TI dalam mendukung keberlangsungan bisnis/ICT Readiness of Business Continuity (IRBC) lembaga keuangan non-bank PT JPAS, dimana perlindungan terhadap informasi pelanggan merupakan hal terpenting dalam transaksi bisnis. Penelitian ini melakukan analisis prosedur DRP-BCP yang sudah diterapkan berdasarkan kerangka kerja ISO/IEC 27001:2013 (ISMS) untuk menilai IRBC rencana pemulihan bencana. Penelitian dilakukan dengan metodologi studi kasus kualitatif. Pengumpulan dan pengolahan data dilakukan dengan observasi dan tinjauan dokumen. Hasil penelitian berupa rekomendasi kerangka kerja IRBC dan berdasarkan matrik performansi RTO/RPO dihasilkan rekomendasi infrastruktur untuk solusi less data loss. Berdasarkan penelitian disimpulkan bahwa secara teknologi performansi pemulihan bencana sudah berada di level yang tinggi, tetapi secara pendekatan prosedur Plan-Do-Check-Action masih terdapat inkonsistensi. Hasil dari penelitian direkomendasikan agar menjadi pertimbangan manajemen puncak perusahaan demi keberhasilan dalam pengoperasian rencana keberlangsungan bisnis sesuai dengan kebutuhan bisnis dan persyaratan regulasi.

The company's dependence on ICT makes ICT-related resources must be safe and secure from various threats. Disasters such as floods, fires, earthquakes, and other natural or man-made disasters pose a threat to the company. To reduce the risk of loss in the event of a disaster, a disaster recovery strategy is needed. well-known strategies commonly used in disaster recovery are Disaster Recovery Plan (DRP) and Business Continuity Plan (BCP). DRP is a documented process and procedure designed to help restore or protect a company from disasters and BCP is a technique utilized to construct and verify an organization to find a way to recover partially or fully interrupted critical business functions and resume operation during a predetermined timeframe after a disaster. Although DRP is commonly used, DRP is part of Business Continuity Plan (BCP) framework. DRP tends to IT systems, BCP tends the company as a whole, although in most cases, critical business functions that require business continuity usually depend on IT. This study focuses on IT readiness to support business continuity / ICT Readiness Continuity (IRBC) in non-bank financial institution PT JPAS, where the protection of customer information is the most important thing in business transactions. This study analyzes the DRP-BCP procedures that have been implemented based on the ISO/IEC 27001:2013 (ISMS) framework to assess the IRBC of disaster recovery plans. The research was conducted using a qualitative case study methodology. Data collection and processing is done by observing the infrastructure technology implemented and documents review. The results of the research are recommendations for the IRBC framework and based on the RTO/RPO performance matrix, recommendations of infrastructure update to reduce data loss. This study concluded, disaster recovery technology is already at a high level, but there are still inconsistencies found in procedure approach a Plan-Do-Check-Action. The results of the research are recommended to be taken as consideration by the company's top management for its success in implementing business continuity plans."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2021
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Rizki Ananda
"Kondisi Pandemik yang disebabkan oleh COVID-19 meningkat cukup pesat di awal tahun 2020 dan menimbulkan banyak kerugian terhadap banyak perusahaan, sehingga beberapa perusahaan yang tidak siap akan penanganan keadaan darurat terpaksa harus gulung tikar. Business Continuity merupakan sebuah Langkah bagi setiap pengusaha untuk menangani kondisi yang tidak terduga yang bersifat pandemik. Salah satu aturan mengenai Business Continuity terdapat di dalam The National Fire Protection Association (NFPA) 1600, mengenai standar dari Manajemen Keadaan Darurat dan Business Continuity, yang mana memiliki beberapa point inti yaitu Recovery Point Objective (RPO), Maximum Tolerable Downtime (MTD), Recovery Time Objective (RTO). PT XYZ merupakan sebuah perusahaan yang bergerak pada jasa hulu minyak gas dan panas bumi, yang mana berada pada pekerjaan sektor Objek Vital Nasional. Perusahaan ini telah memilii Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) yang mengacu kepada ISO 4500:20018. Penelitian ini akan menganalisa bagaimana point penting Business Continuity yaitu RPO, MTD, dan RTO terdapat dalam sistem manajemen keselamatan kerja (SMK3) di PT XYZ saat ini dan menjadikan rekomendasi untuk perusahaan.

The Pandemic condition caused by COVID-19 increased quite rapidly in early 2020 and caused many losses to many companies, so that several companies that were not ready to handle emergencies were forced to go out of business. Business Continuity is a step for every entrepreneur to deal with unexpected conditions that are pandemic. One of the rules regarding Business Continuity is contained in The National Fire Protection Association (NFPA) 1600, regarding the standards of Emergency Management and Business Continuity, which has several core points, namely Recovery Point Objective (RPO), Maximum Tolerable Downtime (MTD), Recovery Time Objectives (RTO). PT XYZ is a company engaged in upstream oil gas and geothermal services, which are in the work of the National Vital Object sector. This company has an Occupational Health and Safety Management System (SMK3) which refers to ISO 4500:20018. This study will analyze how the important points of Business Continuity, namely RPO, MTD, and RTO are contained in the work safety management system (SMK3) at PT XYZ at this time and make recommendations for the company."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library