Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 3 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Maria Fionna Callista
"Rasa bersalah dalam kedukaan merupakan salah satu respon emosional ketika individu merasa telah gagal memenuhi standar dan harapannya dalam hubungannya dengan almarhum dan/atau kematian. Rasa bersalah yang dirasakan secara intens dan berkepanjangan ini beresiko menghambat keberfungsian dan kesejahteraan individu dalam kehidupan sehari-hari, meningkatkan kemungkinan individu mengalami masalah kesehatan mental, hingga resiko untuk bunuh diri. Penelitian ini bertujuan untuk mengevaluasi intervensi Acceptance and Commitment Therapy (ACT), berjumlah empat sesi, untuk menurunkan rasa bersalah yang dialami individu. Partisipan penelitian berjumlah tiga, yang memenuhi kriteria, yaitu berusia 18-30 tahun, mengalami kehilangan (meninggal dunia) orang terdekat, mengalami rasa bersalah selama masa kedukaan yang dijalani, dan belum pernah mendapatkan penanganan psikologis terkait kedukaan sebelumnya. Desain penelitian adalah one group before-after (pretest-posttest) untuk mengevaluasi pengaruh intervensi dengan membandingkan hasil pengukuran sebelum dan sesudah intervensi. Data kuantitatif didapatkan menggunakan alat ukur Bereavement Guilt Scale (BGS), Acceptance and Action Questionnaire-II (AAQ-2), Cognitive Fusion Questionnaire (CFQ), dan Five Facet Mindfulness Questionnaire (FFMQ), sedangkan data kualitatif didapatkan lewat hasil wawancara dan observasi selama intervensi. Hasil kuantitatif menunjukkan adanya penurunan skor rasa bersalah dan meningkatnya fleksibilitas psikologis partisipan. Secara kualitatif, intervensi terbukti dapat membantu partisipan dalam proses pemaafan dirinya terhadap perilaku yang dilakukan selama almarhum masih hidup, mengurangi kecenderungannya untuk menyalahkan diri, keluar dari pemikiran bahwa ia merupakan penanggung jawab atas kematian almarhum, dan menerima bahwa tindakan yang dilakukannya merupakan usaha terbaik yang telah diusahakannya saat almarhum masih hidup. Dapat disimpulkan bahwa ACT dengan total 4 sesi terbukti mengatasi rasa bersalah pada partisipan penelitian.
......Guilt in grieving is an emotional response when individuals feel they have failed to meet their standards and expectations concerning the deceased and/or death. Intense and prolonged feeling of guilt has the risk of hampering the functioning and well-being of individuals in everyday life, increasing the likelihood of individuals experiencing mental health problems, to the risk of suicide. The study aims to evaluate the effectiveness of Acceptance and Commitment Therapy (ACT) intervention, totaling four sessions, to reduce feelings of guilt experienced by individuals. Three participants were aged 18-30 years, experienced the loss (passed away) of a loved one, has experienced guilt during their grieving period, and had never received any psychological treatment. The research design was a one group before-after (pretest-posttest) design to evaluate the effect of the intervention by comparing the results of measurements before and after the intervention. Quantitative data obtained using the Bereavement Guilt Scale (BGS), Acceptance and Action Questionnaire-II (AAQ-2), Cognitive Fusion Questionnaire (CFQ), and Five Facet Mindfulness Questionnaire (FFMQ), while qualitative data obtained through interviews and observations during the intervention. Quantitative results show a decrease in the score of guilt and an increase in the psychological flexibility of the participants. Qualitatively, the intervention was proven to be able to help participants in the process of forgiving themselves for the behavior they committed during the life of the deceased, reducing the tendency to blame themselves, getting out of thinking that they are responsible for the death, and accepting that the decisions made were the best they could take. It is shown that ACT of 4 sessions is proven to overcome guilt in research participants."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2023
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Mery Kharismawati
"Tesis ini merupakan penelitian Sosiopsikologi sastra yang membahas empat karya sastra dari Okinawa yang menunjukkan kemunculan rasa bersalah yang muncul dari problematika yang dialami oleh tokoh utama. Hal ini dilatari oleh masalah diskriminasi yang dirasakan oleh warga Okinawa terkait dengan masalah pendudukan asing dan perang. Tesis ini berusaha menemukan pandangan dunia dengan menerapkan teori Struktural Genetik Goldmann dan mengaitkannya dengan rasa bersalah dari tokoh cerita dengan bantuan teori Psikologi. Pandangan dunia pengarang menunjukkan penolakan terhadap perang dan pendudukan asing. Pandangan ini berkaitan dengan posisi Okinawa yang menjadi korban diskriminasi, asimilasi, pertempuran Okinawa, dan pendudukan asing. Terdapat kesadaran ganda, yakni sebagai korban (higaisha) dan sebagai pelaku kejahatan perang (kagaisha), dalam kaitannya dengan posisinya sebagai bagian dari Jepang yang melakukan kejahatan perang di masa Perang Dunia II. Rasa bersalah yang muncul, menurut teori Psikologi, membawa pengarang pada pemikiran tentang perdamaian yang lebih objektif, yang tidak menonjolkan kesadaran sebagai korban yang sewajarnya muncul dari warga Okinawa.
......
This thesis is a socio-psychological literature research discusses four literatures from Okinawa. The stories tells about the guilty feeling emerged from problematic main character. It is based on discrimination felt by the Okinawan people associated with problems of foreign occupation and war. This thesis strives to find world-view by applying the theory of Structural Genetics Goldmann and associate it with the guilt of the main character of the story with the help of psychology theory. By using Genetic Structuralism theory from Lucien Goldmann, we can understand the author’s world view which shows objection to war and foreign (military) occupation .The world-views have a correlation with Okinawan position as a victim of discrimination, assimilation, and foreign (military) occupation, while in the other hand they do have contribution in doing so as a part of Japan military regime, widely known as perpetrator of war crime in the World War 2. The emerging guilty feeling follow the psychology theory, lead the authors to the more objective peace, leaving alone victim consciousness commonly accentuated by Okinawan people."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 2014
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Sahfi Khalila Barlian. author
"Penelitian ini bertujuan untuk menguji hubungan antara perasaan bersalah dan perilaku melukai diri pada golongan usia emerging adult. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan desain non-eksperimental. Terdapat dua hipotesis penelitian yang diajukan; (1) terdapat hubungan antara perasaan bersalah dan perilaku melukai diri dan (2) terdapat hubungan antara perasaan bersalah dan self-punishment. Variabel perasaan bersalah sebagai independent variable pada penelitian ini diukur berdasarkan total skor perasaan bersalah dan skor dari setiap dimensinya yaitu trait guilt, state guilt, dan moral standards. Perilaku melukai diri sebagai dependent variable pada penelitian ini diukur berdasarkan frekuensi atas banyaknya perilaku melukai diri yang telah dilakukan dan memiliki variasi DV self-punishment sebagai fungsi dari perilaku melukai diri. Self-punishment merupakan fungsi yang diteliti karena merupakan dampak internalisasi yang kuat dari rasa bersalah mengacu pada studi Nelissen dan Zeelenberg (2009). Hasilnya, hipotesis pertama penelitian ini diterima parsial karena hanya trait guilt yang memiliki korelasi positif yang signifikan dengan perilaku melukai diri. Hal ini berimplikasi perlunya pengukuran kepribadian untuk studi lanjutan. Selanjutnya, hipotesis kedua penelitian ini diterima karena terdapat hubungan positif yang signifikan antara perasaan bersalah dan self-punishment. Hal ini bertujuan untuk menjawab penelitian Inbar, Pizzaro, Gilovich, dan Ariely (2013) dan yang menyarankan adanya pengujian dinamika antara perasaan bersalah, perilaku melukai diri, dan self-punishment. Partisipan pada penelitian ini terdiri dari 119 pria dan wanita usia 18 hingga 29 tahun yang merupakan warga negara Indonesia yang pernah atau sedang terlibat dalam perilaku melukai diri.
......This study aims to examine the relationship between guilt and nonsuicidal self-injury among emerging adult. This is a quantitative research with non-experimental design. There are two main hypotheses in this study; (1) guilt significantly and positively correlates with nonsuicidal self-injury and (2) guilt significantly and positively correlates with self-punishment. Guilt as independent variable is measured using total score and each score of its dimensions; state guilt, trait guilt, and moral standards. Nonsuicidal self-injury as dependent variable is measured based on frequency of nonsuicidal self-injury episodes and has variation of its DV which is self-punishment as its function. Self-punishment is measured because it is a strong internalization impact of guilt according to the study of Nelissen and Zeelenberg (2009). Results show that only trait guilt significantly correlates with nonsuicidal self-injury, so the first hypothesis is accepted partially. This implies the need for personality measurements for further studies. Furthermore, the second hypothesis of this study is accepted because guilt significantly correlates with self-punishment. These results aim to answer the study of Inbar, Pizzaro, Gilovich, and Ariely (2013) and which suggested testing the dynamics of feelings of guilt, self-injurious behavior, and self-punishment. Participants of this study consisted of 119 Indonesian men and women aged 18 to 29 who have/had engage in self-harm."
Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia, 2020
S-pdf
UI - Skripsi Membership  Universitas Indonesia Library