Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Isran Idris
"Sistem gilir ganti sawah adalah pola penguasaan tanah sawah menurut hukum adat bagi ahli waris perempuan secara bergilir ganti dalam menggunakan atau pemakaiannya untuk mendapatkan hasilnya. Adanya sistem ini adalah pengaruh sistem kewarisan yang membedakan antara harta berat dan ringan. Banyaknya peserta dan persilangan gilir ganti sawah mempengaruhi pergerakan sistem dan masa tunggu setiap peserta mendapatkan gilirannya. Pada saat ini Sistem gilir ganti sawah sudah tidak efektif dan fleksibel lagi karena bekerja diatas lapisan ke 3 dan persilangan melebihi dari 3 generasi. Keadaan ini diperburuk dengan luas sawah yang sangat kecil, sehingga produktivitasnya tidak layak untuk mencukupi kebutuhan sebuah keluarga petani.
Penguasaan dan pemilikan sawah gilir ganti tidak sepenuhnya pada anak perempuan, walaupun ahli waris adalah anak perempuan tapi mereka harus memenuhi beberapa persyaratan, sehingga menimbulkan pemilikan barsyarat. Dalam prakteknya pengaturan, peruntukan dan kebijakan berada pada anak laki-laki. Walaupun ahli waris adalah anak perempuan, tapi bila dijual anak laki-laki mendapat bagian. Sehingga pola penguasaan dan pemilikannya tidak tegas. Sistem perwarisannya tidak sesuai dengan Pasal 9 UUP, dimasa dalam perwarisan kedudukan anak laki-laki dan perempuan adalah sederajat, sedangkan di Kerinci anak laki laki sebagai ahli waris tidak mendapat bagian atas tanah sawah gilir ganti. Ketidak tegasan kepemilikan menyebabkan tidak terdapatnya kepastian hakum, dan sampai sekarang tidak ada bukti kepemilikan baik secara Hukum Adat maupun UUPA (sertifikat), satu - satunya tanda yang dijadikan bukti kepemilikan adalah ranji.
Walaupun tidak efektif, produktif, dan tidak adanya kepastian hukum, masyarakat Kerinci tetap mempertahankannya, karena mereka melihat dari sudut sosiologis den antropologis, bukan dari sudut ekonomis dan yuridis.
Kondidisi ini dimasa mendatang akan menjadi lebih komkpleks lagi dan perlu adanya pertimbangan yang mendasar untuk mempertahankan eksistensinya. Untuk mengatasinya agar sesuai dengan cita-cita UUPA, yai_tu adanya kepastian hukum, maka setiap pemilikan tanah harus didaftarkan, dan setiap tanah harus dikerjakan secara aktif sehingga bisa menjadi sumber kehidupan yang layak, maka perlu melaksanakan beberapa kebijakan antara lain: penyuluhan, penyerderhanaan sistem, dan membuat sertifikat khusus. Dalam pelaksanaannya harus dilakukan secara terpadu dengan melibatkan pejabat formal, dan informal, serta instansi terkait."
Depok: Universitas Indonesia, 1997
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Randy Bagasyudha
"[ABSTRAK
Penelitian ini ingin mencari tahu faktor apa yang membuat seorang pemilih
memutuskan untuk memilih satu kandidat dan tidak memilih kandidat lainnya.
Penelitian ini membahas pengaruh faktor sosiologis (agama, suku, jenis kelamin,
keluarga dan peer group), faktor psikososial (orientasi isu, orientasi kandidat,
identifikasi partai politik), pilihan rasional (prospectives voting, retrospectives
voting) dan vote buying terhadap preferensi pemilih. Penelitian ini juga membahas
faktor yang dominan di antara faktor-faktor tersebut dalam mempengaruhi
preferensi pemilih. Dengan melakukan metode kuantitatif laboratory
experimental, penelitian ini menemukan bahwa ada empat faktor dominan yang
sangat mempengaruhi preferensi pemilih, yaitu: orientasi isu, orientasi kandidat,
agama dan vote buying. Sehingga, dapat diinterpretasikan bahwa pemilih lebih
rasional namun terjebak dalam pragmatisme politik yang muncul sebagai dampak
dari kekecewaan dan rasa frustasi terhadap kinerja para elit politik.

ABSTRACT
This study examines why voters voted the way they did: what factors make a
voter decides to choose one candidate over the others. This study analyzes the
influence of sociological factors (religion, ethnicity, gender, family and peer
group), psychosocial factors (issues orientation, candidates orientation, party
identification), rational preferences factors (prospectives voting, retrospectives
voting) and vote buying on voter preference. The study also determines the most
dominant factor among these factors in influencing voter preference. Using
quantitative laboratory experimental method, results show that there are four
dominant factors that influence voter preference: issue orientation, candidate
orientation, religion and vote buying. Thus, it can be interpretated that voters are
more rational, but they are currently being trapped in a political pragmatism
resulted from desperation and frustration toward political leaders’ performance, This study examines why voters voted the way they did: what factors make a
voter decides to choose one candidate over the others. This study analyzes the
influence of sociological factors (religion, ethnicity, gender, family and peer
group), psychosocial factors (issues orientation, candidates orientation, party
identification), rational preferences factors (prospectives voting, retrospectives
voting) and vote buying on voter preference. The study also determines the most
dominant factor among these factors in influencing voter preference. Using
quantitative laboratory experimental method, results show that there are four
dominant factors that influence voter preference: issue orientation, candidate
orientation, religion and vote buying. Thus, it can be interpretated that voters are
more rational, but they are currently being trapped in a political pragmatism
resulted from desperation and frustration toward political leaders’ performance]"
2015
T44396
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library