Ditemukan 2 dokumen yang sesuai dengan query
Hargo Saputro
"
Penyebab utama timbulnya lahan kritis, terutama di hulu daerah aliran sungai, adalah manusia. Mereka pada umumnya melakukan usaha tani lahan kering (tegalan) tanpa disertai dengan upaya konservasi. Jumlah lahan kritis itu terus meningkat setiap tahun. Departemen Kehutanan telah menyelenggarakan program rehabilitasi lahan dan konservasi tanah untuk menanggulanginya. Namun program ini tidak mungkin berhasil tanpa dukungan dan partisipasi dari masyarakat, khususnya mereka yang mengelola atau menguasai lahan di wilayah hulu daerah aliran sungai.Dalam upaya menggalakkan dukungan dan partisipasi masyarakat itu, pemerintah telah mengadakan gerakan penghijauan, yang kemudian diperkuat dengan tenaga penyuluh kehutanan, dan didukung dengan pembuatan unit percontohan usaha tani pelestari sumber daya alam. Namun semuanya ini belum dapat membuat petani berswadaya dalam melaksanakan rehabilitasi lahan dan konservasi tanah. Maka kemudian diciptakan program kredit usaha tani konservasi (KUK), untuk mengatasi kekurangan modal di kalangan para petani lahan kering.Penelitian ini berupaya meninjau pelaksanaan program KUK tersebut, dengan mengambil wilayah penelitian di Daerah Istimewa Yogyakarta, khususnya di Kabupaten Kulonprogo dan Gunungkidul.Berdasarkan hasil observasi di Kulonprogo dan survai tanggapan petani di Gunungkidul, dapat diketahui bahwa petani masih belum mungkin berswadaya dalam upaya konservasi tanah, mengingat akan perhatiannya yang masih harus difokuskan pada upaya penanggulangan kehidupan ekonominya yang miskin. Program KUK yang sangat birokratis, dan sangat berorientasi pada kepentingan perbankan semata, justru menambah beban petani yang sudah tidak ringan. Padahal kebutuhan mereka akan modal tidak teratasi dengan KUK. Karenanya, petani terpaksa harus mencari Cara "gali lubang tutup lubang" untuk bisa membayar kembali hutangnya. Berdasarkan basil penelitian ini, disarankan agar konservasi di hulu daerah aliran sungai, diberi subsidi oleh pemerintah.Daftar Kepustakaan : 23 (1982 - 1992) .
ABSTRACTAll sorts of reasons bringing about the degradation of land, mainly in the up land of watershed area, is homosapiens. They cultivated the dry land without considering the conservation principle, hence, the amount of critical land is increasing every year. The Department of Forestry has organized a Land ' Rehabilitation and Soil Conservation Program to cope with it. The program, however, will not succeed if the people, particularly the farmers who own and manage the land in the upland watershed area, do not support and actively participating.To encourage support and participation of the people, The Department of Forestry manages greening movement by employing forestry instructor to develop demonstration plots where farmers learn by doing the water and soil conservation practices. Despite of lacking capital, farmers do not have the capacity to carry out land rehabilitation and soil conservation. To help the peasant carrying out the pro-gram, special loan has been given by the bank.This research is trying to study the effect of loan to the conservation program in the Special Province of Yogyakarta, particularly in Kulonprogo District and Gunungkidul District.Observing the implementation of loan program in Kulonprogo, and performing survey on farmer's response to the loan in Gunungkidul, this research finds some facts that farmers are still far from self-supporting in carrying out the land conservation. They still have to struggle for overcoming their poverty. As a matter of fact, the bureaucracy of the loan is oriented only to the benefit of the bank itself, so that the lack of capital among the farmers can not be solved. That is why, farmers must look for any alternative in-come to pay their debt. It is suggested that subsidy should be granted by the government for soil conservation on the up land of the watershed area.Number of References : 28 (1982 to 1992)."
Jakarta: Program Pascasarjana Universitas Indonesia, 1996
T-Pdf
UI - Tesis Membership Universitas Indonesia Library
Maulita Rizqi Shafira
"Indonesia mengalami peningkatan beban penyakit tidak menular, salah satunya dari penyakit jantung koroner (PJK). Prevalensi PJK di Provinsi DI Yogyakarta mencapai 2% dan menjadi salah satu yang tertinggi di Indonesia. Prevalensi penyakit ini terus meningkat di Indonesia salah satunya disebabkan oleh tingkat urbanisasi yang tinggi. Tingginya tingkat urbanisasi di DI Yogyakarta menyebabkan pelimpahan aktivitas dan budaya perkotaan ke wilayah sekitarnya, sehingga masyarakat mengembangkan karakteristik seperti populasi perkotaan, tetapi karakteristik wilayahnya masih berupa perdesaan. Wilayah ini disebut sebagai wilayah semi-perkotaan. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi faktor yang berhubungan dengan kejadian PJK pada populasi dewasa di wilayah semi-perkotaan Provinsi DI Yogyakarta tahun 2022 menggunakan data Sistem Informasi Penyakit Tidak Menular dari Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. Desain penelitian ini adalah cross sectional dengan sampel penduduk berusia >18 tahun sesuai kriteria inklusi yang diolah menggunakan analisis univariat, bivariat, dan multivariat. Hasil penelitian ini menemukan bahwa usia, hipertensi, diabetes melitus, dan merokok merupakan faktor risiko utama yang memprediksi kejadian PJK pada populasi dewasa wilayah semi-perkotaan Provinsi DI Yogyakarta tahun 2022. Sementara itu, penelitian ini menemukan faktor risiko riwayat PJK keluarga dan obesitas berhubungan negatif dengan kejadian PJK. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi pertimbangan dalam penyusunan program dan kebijakan kesehatan terkait PJK dan dalam pelaksanaan penelitian selanjutnya.
Indonesia is experiencing an increasing burden of non-communicable diseases, one of which is coronary heart disease (CHD). The prevalence of CHD in DI Yogyakarta Province reaches 2% and is one of the highest in Indonesia. The prevalence of this disease continues to increase in Indonesia, partly due to the high level of urbanization. The high level of urbanization in DI Yogyakarta causes the spillover of urban activities and culture to the surrounding area, so that the community develops characteristics such as urban population, but the characteristics of the area are still rural. These areas are referred to as semi-urban areas. This study aims to identify factors associated with CHD in the adult population in semi-urban areas of DI Yogyakarta Province in 2022 using Non- Communicable Disease Information System data from the Indonesian Ministry of Health. The design of this study was cross-sectional with a sample of residents aged >18 years according to the inclusion criteria processed using univariate, bivariate, and multivariate analysis. This study found that age, hypertension, diabetes mellitus, and smoking are the main risk factors predicting the incidence of CHD in the adult population of semi-urban areas of Yogyakarta Province in 2022. Meanwhile, this study found that the risk factors of family history of CHD and obesity were negatively associated with the incidence of CHD. These results are expected to be considered in the preparation of health programs and policies related to CHD and in their implementation of further research."
Depok: Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Indonesia, 2024
S-pdf
UI - Skripsi Membership Universitas Indonesia Library