Hasil Pencarian  ::  Simpan CSV :: Kembali

Hasil Pencarian

Ditemukan 6 dokumen yang sesuai dengan query
cover
Leny Harstaty
"Ketersediaan dana jangka panjang memang sangat dibutuhkan oleh perusahaan dalam rangka pengembangan usahanya, termasuk di bidang usaha perbankan. Bagi bank, agar tenis berkembang maka haruslali memberikan kredit yang Iebíh banyak. Namun, bank mempunyai beberapa kendala antara lain sumber dana bank bersifat jangka pendek (giro, tabungan, deposito), sedangkan kredit umumnya jangka panjang sehingga bank menghadapi risiko mismatch, Begitu pula bagi bank pemberi Kredit Pemilikan Rumah (KPR), di mana KPR umumnya berjangka panjang 15 - 20 tahun. Sementara di lain pihak, bank tersebut mempunyal aset yang idle berupa tagihan KPR tersebut.
Guna menjembatani kebutuhan dana tersebut dan memanfaatkan aset yang idle tadi, dimungkinkan dengan cara melakukan asset backed securitization (ABS) atau efek beragun aseEt (EBA) atau melakukan sekuritisasi aset. Sekuritisasi aset merupakan instrumen pendanaan jangka panjang (3-10 tahun) dengan cara mengalihkan atau menjual aset berupa piutang atau tagihan ke pihak lain yang berfungsi khusus yang disebut special purpose vehicle (SPV). Kemudian SPV menerbitkan surat utang yang dljamin dengan portofolio aset tadi. Keuntungan sekuHtisasi net antara lain dapat meningkatkan likuiditas, karena pada dasarnya sekuritisasi aset merupakan penjualan aset, sehingga merupakan sumber dana baru atau tambahan likuiditas yang diperlukan perusahaan. Karena transaksi sekuritisasi aset diperlakukan sebagai penjualan aset, dengan begitu aktiva tertimbang menurut risiko (ATMR) akan berkurang, dan dapat dikatakan dengan jumlah modal yang sama, akan memperbaiki tingkat kecukupan modal dan melakukan ekspansi aktiva. Keuntungan lain, sekuritisasi net ? -khususnya oleh bank, dapat menutupi kesenjangan antara sumber dana dengan penyaluran dana.
Aset-aset yang dapat disekuritisasi adalah aset yang relatif aman, seperti tagihan KPR, tagihan kartu kredit, tagihan kredit kendaraan bermotor, dll. Sekuritisasi aset pada tagihan KPR agak berbeda dengan aset lain, di mana sekuritas hutangnya dapat pula diperdagangkan di pasar khusus mortgage, yang disebut pasar sekunder perumahan (secondary mortgage market). Adanya pasar sekunder perumahan ini akan memberikan likuiditas untuk sektor perumahan secara berkesinambungan dan berdampak pada penurunan tingkat bunga KPR yang dapat dinikmati masyarakat. Naniun, sebagai tahap awal, sekuritisasi aset pada tagihan KPR dijembatarn dengan adanya konsep secondary mortgage facility (SMF) sebagai lembaga yang memberi pinjaman kepada bank pemberi KPR. dengan jaminan portofolio tagihan ¡(PR. Pada SMF, tagihan KPR dijadikan jaminan, jadi bukan merupakan penjualan aset.
Konsep ini telah diterapkan di beberapa negara termasuk Malaysia, yang terbukti berhasil menciptakan suku bunga KPR yang rendah. Indonesia pun mulai mengadaptasi konsep SMF ini, mengingat suku bunga KPR di Indonesia tertinggi di banding negara di Asia Iainnya. Namun, kondisi perekonomian Indonesia yang belum stabil mengakibatkan tertundanya peiaksanaan sekuritisasi aset. Perusahaan yang niemungkinkan penerapan sekuntisasi aset atas tagihan KPR adalah Bank BTN. Bank negara yang mengkhususkan din menyalurkan kredit di bidang perumahan ini memiliki tagihan KPR yang besar jumlahnya. Dengan penerapan sekuritisasi aset melalui mekanisme SMF maupun dalam pengertian ?penjualan aset?, diharapkan BTN mempunyai sumber dana murah berjangka panjang yang cukup besar, sehingga dapat membiayai KPR lebih banyak lagi, dengan begitu dapat memenuhi kebutuhan masyarakat akan perumahan. "
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 1999
T-Pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Ria Marlinda Paallo
"Pengembangan bisnis menjadi harapan untuk memastikan keberlangsungan suatu perusahaan. Kebutuhan atas pendanaan untuk mendukung pengembangan tersebut membuat perusahaan berusaha memperoleh strategi pendanaan yang sesuai dengan kinerja keuangan. Setiap skema investasi dan risiko yang dipilih akan memberikan dampak pada pemilihan strategi pendanaan, hal ini menjadi studi kasus pada penelitian untuk memperlihatkan pengaruh atas strategi pendanaan yang dipilih terhadap kinerja keuangan sehingga perusahaan memperoleh alternatif strategi pendanaan yang sesuai. Studi kasus ini menggunakan Analisa yang mendalam atas aspek finansial, sensitivitas dan simulasi yang dilakukan pada PT Jasamarga Related Business. Berdasarkan studi yang dilakukan strategi pendanaan menjadi kebutuhan prioritas perusahaan dalam menyusun strategi bisnis perusahaan. Kinerja keuangan merupakan cerminan keberlangsungan perusahaan sehingga segala pembentuk strategi terutama pemilihan atas strategi pendanaan perlu dilakukan kajian lebih dalam.

Business development is the key to ensure the sustainability of a company. The need for funding to support this development makes the company try to obtain a funding strategy that is in accordance with financial performance. Each investment and risk scheme selected will have an impact on the selection of a funding strategy, this is a case study in research to show the effect of the selected funding strategy on financial performance so that companies obtain appropriate alternative funding strategies. This case study uses an in-depth analysis of financial aspects, sensitivity and simulations conducted at PT Jasamarga Related Business. Based on studies conducted, the funding strategy is a priority requirement for the company in developing the company's business strategy. Financial performance is a reflection of the company's sustainability so that all strategy makers, especially the selection of funding strategies, need to be studied more deeply."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Amri Sanusi
"Investasi infrastruktur seperti jalan tol memiliki nilai investasi awal yang besar dan waktu pengembalian yang panjang dengan rata-rata mencapai 60 tahun. Selama masa pengoperasiannya juga diperlukan biaya yang cukup besar untuk mempertahankan pemenuhan standar pelayanan minimal jalan tol. Pada penelitian ini memberikan alternatif perbandingan strategi pendanaan yang paling optimal dan pengaruh strategi tersebut terhadap kinerja keuangan dalam studi kasus di PT Jasamarga Transjawa Tol. Penelitian ini dilakukan mix method dengan mengumpulkan data kualitatif dan kuantitatif. Data kualitatif didapat dari hasil wawancara dengan manajemen PT JTT sedangkan data kuantiatif dilakukan dengan membandingkan tiga alternatif pendanaan proyek yang berasal dari pinjaman bank, obligasi, dan divestasi dengan skema sekuritisasi terhadap kinerja keungan dengan melakukan analisis likuiditas, solvabilitas, aktivitas (turnover), dan profitabilitas dari. Berdasarkan analisis yang telah dilakukan, strategi pendanaan yang paling sesuai dengan rencana bisnis jalan tol adalah melalui skenario penerbitan obligasi. Dalam skenario ini, diperoleh tingkat pengembalian tertinggi bagi pemegang saham, yang diukur dengan tingkat pengembalian internal atas ekuitas (IRR Ekuitas). Hal ini dimungkinkan karena skenario penerbitan obligasi menawarkan beban bunga yang lebih kompetitif, serta kewajiban pembayaran pokok yang hanya dilakukan pada akhir masa obligasi, memungkinkan PT JTT untuk mengoptimalkan pembayaran dividen kepada pemegang saham.

Investments in infrastructure such as toll roads require substantial initial investment and a long return on investment period, averaging up to 60 years. The operation of toll roads also necessitates significant costs to maintain compliance with minimum service standards. This study provides alternative comparisons of the most optimal funding strategies and their impact on financial performance, with a case study on PT Jasamarga Transjawa Tol (PT JTT). The research employs a mixed-method approach, collecting both qualitative and quantitative data. Qualitative data were obtained through interviews with PT JTT management, while quantitative data were gathered by comparing three alternative project funding strategies: bank loans, bonds, and divestment through securitization schemes. These strategies were analyzed in terms of liquidity, solvency, activity (turnover), and profitability. Based on the analysis conducted, the most suitable funding strategy aligned with the toll road's business plan is the bond issuance scenario. This scenario yielded the highest return for shareholders, measured by the internal rate of return on equity (Equity IRR). This outcome is possible because the bond issuance scenario offers more competitive interest costs and principal repayment obligations that are only due at the end of the bond term, allowing PT JTT to optimize dividend payments to shareholders."
Jakarta: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2024
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Isye Lily Amelia
"Tujuan penelitian untuk mengetahui pelaksanaan, peluang, kendala dan potensi pengembangan aktivitas sekuritisasi tagihan KPR melalui Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIKEBA) pada bank yang menjadi pelopor aktivitas tersebut. Bagi bank, sekuritisasi aset menjadi alternatif strategi pendanaan jangka panjang yang ditujukan untuk mengatasi masalah mismatch antara pembiayaan kredit bertenor panjang dengan sumber dana jangka pendek. Dana segar hasil sekuritisasi dapat membantu bank memperbesar kapasitas pembiayaan KPR bagi masyarakat. Dalam pelaksanaannya masih terdapat kendala pemasaran produk KIK-EBA, karena relatif baru bagi investor. Namun, mengingat kebutuhan perumahan tinggi dan untuk pembiayaannya membutuhkan dana yang besar, maka kedepannya sekuritisasi aset akan semakin berkembang dengan dukungan semua pihak yang terlibat.

The purpose of this study is to know the implementations, opportunities,obstacles and development of mortgage asset securitization through Kontrak Investasi Kolektif Efek Beragun Aset (KIK-EBA) at one bank that became a pioneer in securitization. This activity has become an alternative strategy for long term financing to resolve mismatch problems between lending and third party fund. The proceeds of mortgage asset securitization could enhance bank's capacity in lending. However, this kind of investment (EBA) still new in Indonesia and takes time to improve. In the future, EBA will take an important role in the financing market since the demand of housing is high. Nevertheless, the need of housing is absolutely high in the society and for financing the mortgages, bank needs a huge of funds. In the future, this kind of activity will be growing with some support from all parties."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2012
T31533
UI - Tesis Open  Universitas Indonesia Library
cover
Dali Sadli Mulia
"PT Telekomunikasi Indonesia, Tbk adalah perusahaan milik negara yang bergerak dalam bidang penyelenggaraan jasa telekomunikasi domestik di indonesia. Lingkungan kompetisi yang monopoli akan segera berubah menjadi lebih kompetitif dengan berlakunya UU no 36 tahun 2000 yang mengatur skema industri jasa telekomunikasi di Indonesia.
Dalam memenuhi kebutuhan dana investasi, selain sumber dana internal, perusahaan mendapatkan pinjaman dalam skema two-step loans dan pemenintah dan melakukan penawaran saham di tahun 1995. Untuk menghadapi kondisi kompetisi maka perusahaan melakukan perubahan strategi dengan perluasan usaha yang meliputi phone, mobile, video, internet dan services (PMVIS) dengan melakukan investasi Iangsung maupun pembentukan anak perusahaan / afiliasi. Selain itu perusahaan diharuskan untuk melakukan restrukturisasi perusahaan sesuai dengan tuntutan perubahan skema industri jasa telekomunikasi dengan melaksanakan transaksi jual beli usaha dengan PT INDOSAT senilai US$ 1,5 milyar. Rencana investasi perusahaan yang diproyeksikan hingga tahun 2006 adalah senilai Rp 43,25 triliun.
Untuk mendukung pemenuhan kebutuhan dana maka perusahaan memerlukan strategi pendanaan yang tepat dengan tujuan selain kebutuhan dana lerpenuhi juga dapat meningkatkan nilai perusahaan. Hal tersebut dapat tercapai apabila perusahaan dapat membuat perhitungan target struktur modal yang oplimal, Strategs pendanaan diíorrnulasjkan berdasarkan hash perhitungan target struktur modal dengan menentukan struktur modal yang memiliki weighted average cost of capital dengan nilai yang paling kecil.
Dengan mempertimbangkan kepentingan investor asing dan lokal maka hasil perhitungan struktur modal yang optimal adaiah pada saat perusahaan memiliki rasio debt/equity 50:50. Hal ini menjadi dasar dalam penentuan strategi pendanaan untuk melakukan perubahan struktur modal eksisting yang memiliki rasio debt/equity 40:60 dengan fund raising berupa pinjaman senilai Rp 5,66 triliun di tahun 2001. Mengingat perusahaan diarahkan untuk Iebih beradaptasi pada ikiim kompetisi maka sumber dana pinjaman pun tidak mengandalkan pada skema two-step loans.
Dengan perhitungan dan asumsi yang relevan maka perubahan struktur modal tersebut akan dapat memenuhi kebutuhan dana investasi hingga tahun 2006 sekaligus meningkatkan nilai perusahaan yang semuta Rp 45,58 triliun menjadi Rp 54,42 triliun. Dan hasil analisa sensitivitas didapatkan bahwa penurunan 5% dan pendapatan perusahaan akan mengakibatkan perusahaan kekurangan dana untuk pembiayaan investasi mulai tahun 2003."
Depok: Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, 2001
T4732
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library
cover
Yafiazmi Dhaniswara
"Indonesia terletak di Ring of Fire dan memiliki potensi panas yang tinggi mencapai 29.000 MW atau setara dengan 40% potensi panas bumi dunia. Potensi ini baru digunakan sebesar 8,9% atau 2.130,6 MW walaupun pemerintah sendiri menargetkan peningkatan penggunaan energi panas bumi sebesar 7.241, 5 MW atau setara dengan 16,8% dari total potensial di tahun 2025, masih banyak yang belum digunakan. Menurut CNN Indonesia (2016), pengembangan energi panas bumi membutuhkan waktu yang lama, memiliki risiko yang tinggi dan modal akan kembali pada waktu yang lama sehingga investor tidak tertarik untuk menelusuri bisnis ini dan sedikit yang tertarik berinvestasi pada pengembangan energi panas bumi di Indonesia. Penelitian ini penting untuk dilakukan guna menganalisa strategi pendanaan investasi proyek geothermal. Terdapat tiga skenario pendanaan proyek panas bumi, yaitu: (1) 100% ekuitas untuk keseluruhan investasi; (2) Pinjaman untuk keseluruhan investasi pembangkit listrik dan ekuitas untuk keseluruhan investasi lapangan uap; (3) Pinjaman untuk investasi lapangan uap kecuali SAGS dan ekuitas pada SAGS dan make up well drilling. Skenario pendanaan tersebut juga akan dibandingkan sebagai berikut: (1) tanpa CDM dan REC; (2) dengan CDM; (3) dengan REC. Alat yang digunakan untuk menganalisis investasi yang digunakan dalam penelitian ini adalan Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), Discounted Payback Period (DPP) dan Profitability Index (PI). Hasil akhir akan dibandingkan menggunakan metode analisis skenario

Indonesia is located on the Ring of Fire and has a high heat potential of 29,000 MW or equivalent to 40% of the world's geothermal potential. This potential has only been used by 8.9% or 2,130.6 MW, although the government itself targets an increase in the use of geothermal energy by 7,241.5 MW or equivalent to 16.8% of the total potential in 2025, there is still much that has not been used. According to CNN Indonesia (2016), the development of geothermal energy takes a long time, has a high risk and the capital will return in a long time so investors are not interested in exploring this business and few are interested in investing in the development of geothermal energy in Indonesia. This research is important to do in order to analyze the funding strategy of geothermal project investment. There are three geothermal project funding scenarios, namely: (1) 100% equity for the entire investment; (2) Loans for the entire power plant investment and equity for the entire steam field investment; (3) Loans for investment in steam fields except for SAGS and equity in SAGS and makeup well drilling. The funding scenarios will also be compared as follows: (1) without CDM and REC; (2) with CDM; (3) with REC. The tools used to analyze the investments used in this research are Net Present Value (NPV), Internal Rate of Return (IRR), Payback Period (PP), Discounted Payback Period (DPP), and Profitability Index (PI). The final results will be compared using the scenario analysis method."
Depok: Fakultas Teknik Universitas Indonesia, 2022
T-pdf
UI - Tesis Membership  Universitas Indonesia Library